Sabtu, 07 September 2013

Kiprah Penari

Ciptakan 20 Tari, Belajardari Siapa Saja

Amarahnya memuncak ketika tahu nasi yang dihidangkan
di hadapannya basi. Lalu dicampakkanya beras yang
ditanak calon istrinya itu. Dengan ekspresi murka, Juliansyah
(28) dan tiga temannya, membuang nasi dalam
empat dandang kosong hingga membentuk gundukan
yang kemudian dikenal sebagai Pulau Subi, yaitu salah
satu pulau di Kabupaten Natuna.
Karena dibawakan dengan penuh ekspresi, tarian yang
diberi judul Berbatas Nasi oh Pulau Subi dari sanggar
Duta Santarina ini menjuarai parade tari tingkat Kota
Batam, beberapa waktu lalu. Dan tanggal 18 Mei ini akan
mewakili Batam di tingkat provinsi. Sebagai penari, Juliansyah
mengaku puas dengan kemenangan ini. Ia pun
bercerita tentang proses membuat tarian itu.
‘’Karena koreografer tarinya tidak tinggal di Batam dan
hanya tiga hari di sini. Jadi saya diberi tanggungjawab
selama proses latihan sampai tingkat provinsi,” kata pria
yang sudah tiga tahun menjadi koreografer di Batam.
Juliansyah, yang juga guru kesenian di SD dan SMP
Tabgha dipercaya koreografer tersebut untuk memperhatikan
detail setiap gerak penari pada saat koreografer
itu pulang ke Pekanbaru.
‘’Saya disuruh mengajari ekspresi dan detail gerak
setiap penarinya. Selain itu, saya juga memberi beberapa
masukan. Karena kita yang menarikan. Jadi kita tahu
bagian mana yang harus slow, agar tidak kehabisan napas,’’
kata lulusan SMK jurusan akuntasi.
Untuk tari Berbatas Nasi oh Pulau Subi, ia membaginya
menjadi tiga babak, babak pertama gerakannya lebih kepada
gerakan-gerakan yang resah bingung. Babak kedua,
gerakan-gerakan bahagia. Babak ketiga, gerakannya
kebanyakan gerakan ketakutan dan kebimbangan. ‘’Semua
gerakan itu dibuat oleh koreografer dari Pekanbaru.
Saya hanya membantu melanjutkan,’’ kata pria kelahiran
Medan 12 juli 1984.
Sejak tiga tahun berkiprah sebagai koreografer dan penari,
Juliansyah sudah menciptakan 20 tarian. Karya pertamanya,
adalah tarian Melayu. ‘’Saya buat tari Melayu
untuk Porseni SD Negeri di Tanjungpiayu. Alhamdulillah
dapat juara 2 tingkat provinsi,’’ kata anak dari Suryana
dan Altansyah Pasaribu.
kiprah
EDISI 15, Minggu III MEI 2013
EDISI 15, Minggu III MEI 2013
51
kiprah satu tarian,’’ kata pria yang pernah menjadi guru bahasa
Inggris door to door.
Kata Juliansyah, kepercayaan dirinya muncul dalam
mencipta tarian, sejak anak didiknya sering menang
lomba tari. Beragam tarian diciptakan Juliansyah mulai
dari tari modern klasik (hip hop, R&B, kabaret) juga tradisional
klasik dan tradisional kreasi.
‘’Karena suka menari, saya ingin bisa semua tarian.
Saya pernah belajar dengan anak SMA, dia pintar menari
breakdance. Jadi saya gak pilih-pilih. Asalkan saya bisa
dapat ilmunya, pasti saya minta ajarin,’’ tutur Juliansyah
yang juga menjadi koreografer di Sanggar Duta Santarina.
***
Selain itu, Juliansyah juga selalu diminta membuatkan
tarian untuk pentas seni SMANSA.
‘’Saya memang hanya lulusan SMK Akuntansi,
tapi saya suka menari. Saya bisa ciptakan tari dengan
banyak membaca buku teknik dasar menari.
Sharing dengan teman-teman. Saya juga suka
nonton ‘show you think you can dance’ di Channel
5. Acara ini ajang kompetisi khusus dance. Saya
suka dapat ide dari acara ini,’’ kata pria yang pernah
menjadi juara 3 line dance Tingkat Nasional
tahun 2012 dan juara 2 tingkat Nasional tahun
2013 ini.
Karena sudah terbiasa menciptakan tarian, Juliansyah
bisa menciptakan tarian dalam semalam.
‘’Malam saya dengerin musiknya, pagi sudah jadi

Rabu, 04 September 2013

Nuuruzzaman As Sidiqi, Hypnoterapis di Batam



Membantu yang Depresi hingga Lesbi

Gelak tawa dari ruangan bercat hijau itu makin ramai saja. Sesekali terdengar suara pria dewasa memberi arahan. ‘’Ayo, kakinya ditaruh di kursi, yang lain lewat dari bawah. Makin cepat lewatnya, lebih baik.’’
Itu adalah suara Nuuruzzaman As Sidiqi, seorang pakar hypnoterapi di Batam. Ia sedang memberi arahan pada siswa-siswi kelas presenter cilik di DW Production di Ruko Kurnia Djaya, Batam Center.

Senin, 02 September 2013

Bisnis dari Rumah


Rp 19.900 untuk sebuah mimpi

Dimana-mana, yang namanya bisnis gak ada yang modalnya puluhan ribu seperti ini. Sudahlah hanya Rp19.900 tapi bisa  menghasilkan puluhan ribu, ratusan ribu, jutaan rupiah, bahkan ratusan juta atau milyaran. Siapa yang ngak mau...pasti gak ada yang nolak.
Produknya udah disiapin lagi...gak perlu pusing...ngak perlu dimasak lagi...he.he...(jadi ingat bisnis kuliner saya).
Saat memulai bisnis, hal yang paling penting lainnya. adalah ilmu jalanin bisnisnya...banyak yang kebingungan harus ngapain yang ..harus bagaimana ya.. mau tanya siapa....ikut seminar..ikut kursus..dll. Disini, kita udah disiapin juga toolsnya...tinggal buka web yang sudah dibuatin. Pelatihan bisa dimana aja...mau chat di fb, bbm juga boleh....sambil tidur-tiduran ilmu tetap dapet..
Nah, kalo yang ini  gak kalah butuh modal gede...promosi produk. Kalau beriklan di media pasti butuh jutaan rupiah..kalo menginfokan dari mulut ke mulut..butuh waktu (bertahun-tahun) baru bisa dikenal orang...Disini gak perlu bingung lagi...ada medianya kok. Semua udah disiapinnnn...tinggal jalan aja.
Bagaimana dengan rewardnya...kalo ini sih gak kira-kira...buannnyaaak banget...dari hadiah-hadiah produk setiap bulannya,...duit apalagi..jalan-jalan pake layanan kelas satu gak kira-kira....diberikan spesial untuk kita karena kita mau bekerja....gak peduli baru satu tahun, dua tahun kerjanya...jadi gak ada yang namanya senior...dekat dengan bos...semuanya dinilai dari keaktifan kita aja...so jangan tunda lagi..ada kendaraan bagus nih untuk nyari duit...ya hitung-hitung bisa bantu suami bayar hutang....punya penghasilan sampingan..nah yang paling keren punya bisnis juga...yang paling bikin merinding,...bisnis ini bisa untuk anak-anak kelak...mereka akan aman..karena bisa kita wariskan...yukkk..kerjain..

Spesial bulan September ini...kita dikasih tools yang asyik untuk ngembangin bisnis...check it out..

Unik Listriani, desainer kebaya di Batam



Ingin Ajar Narapidana Bikin Kebaya

Kebaya pengantin berwarna putih tulang itu ada di pangkuannya. Dirabanya les Perancis (brokat Perancis) yang sudah terpasang menyatu, seolah-olah menjadi bagian dari kain kebaya itu. Dari wajahnya terlihat rasa puas. Sudah berhari-hari, bahkan berminggu-minggu, Unik Listriani, desainer kebaya di Batam ini berkutat dengan kebaya pengantin yang harus diselesaikan bulan Juni ini. ‘’Ini yang membuat kebayanya mahal. Karena dibuat dengan banyak detail. Pertama harus ditata dulu, terus dipentul, dijelujur, ditindes dengan bordir setelah itu dipayet,’’ kata Unik di ruang kerjanya di Ebony Salon & spa, Tiban BTN Blok A Nomor 4.

Selasa, 09 April 2013

Spesialis Motivator Wirausaha Wong Cilik



Riginoto Wijaya, Motivator Entrepreneur di Batam

Keinginannya hanya satu membantu wong cilik menjadi seorang wirausahawan. Ia rela mencontohkannya
dengan menjadi penjual smoothie.

Langganan Juara hingga Usia Senja


Jamilah Cony Fransiska, Atlet At letik Master Asal Batam


Usia Senja sia tua tak menghalanginya untuk berprestasi. Di usianya yang menginjak 51 tahun, ia berhasil mengumpulkan medali berbagai kejuaraan atletik internasional. Prinsipnya kerja adalah melayani.

Selasa, 02 April 2013

Amy Jamilah

Jamilah Conny Fransiska

30 Tahun Jadi Instruktur Senam

Jadi atlit diusia limapuluhan bukanlah halangan. Justru yang muncul semangat untuk memberi terbaik untuk Indonesia.

Medali perak itu tergantung dilehernya yang putih bersih. Senyumnya lebar saat kamera blackberrynya mengambil momen itu. Walau hasil foto itu tidak fokus, karena lebih banyak memperlihatkan aksara Thailand yang mirip huruf sansekerta ketimbang dirinya yang berdiri diatas podium. Namun foto yang dijepret seorang Thailand yang kebetulan berdiri didekat podium, sudah menjadi satu-satunya kenangan bagi Jamilah Conny Fransiska.
Saat itu, Amy, begitu ia biasa dipanggil, menerima penghargaan atas prestasinya menjuarai cabang olahraga lempar lembing. 
Amy, bersama enam atlit lainnya mewakili Indonesia dalam kejuaraan Athletics Masters Thailand Open 8-10 Maret lalu di kota Khonkaen, Thailand. Enam orang tim dari Indonesia berhasil membawa 3 emas, 4 perak dan 2 perunggu.
Kejuaraan atletik masters ini adalah kejuaraan cabang olahraga atletik khusus untuk kelompok usia 35 tahun keatas. Karena itu, mantan atlit nasional  yang kini berusia 51 tahun ini bisa tetap bisa bertanding.
''Untuk Atletik Master ini aku baru gabung 2 tahun ini. Karena softball di Pekan Olahraga Nasional (PON)  dibatasi umur, makanya aku pindah ke cabang Atletik dan masuk ke masters, yaitu kelompok usia,''kata atlit nasional Softball ini.
Kata Amy, sejak  tahun 1980, ia sudah sering bertanding di cabang olahraga Softball. Sampai sekarang pun, Amy mengaku masih main antar ''Aku sudah ikuti 5 kali PON mewakili beberapa daerah. Mulai dari Sulawesi Utara, Jawa Timur dan Sumatra Selatan. Juga jadi atlit Nasional  dari Sea Games, Asean dan kejuaraan dunia di Amerika,''kata wanita yang juga sangat dikenal sebagai instruktur senam di Batam.
Seperti sore itu, di rumahnya di Green Land, Amy sedang mengajari yoga pada  dua muridnya. Ruang tamu bercat hijau itu dibiarkan tanpa perabot. Salah satu dindingnya dipasangi kaca  besar. Di pojok ruangan  diletakkan meja tempat meletakkan tape. Di salah satu dinding lainnya,  matras-matras tergulung rapi,  bola plastik berukuran besar juga bertumpuk di sudut ruang tamu itu. Dumbel-dumbel beraneka warna berderet di depan kaca.
''Eny ini lagi  hamil 7 bulan. Kalau Sholla, dulunya kena pembengkakan di kepala bagian belakang. Sejak 6 bulan yoga, bengkaknya sudah berkurang 75 persen. Sudah gak pusing-pusing lagi,''kata Amy, sambil memperkenalkan kedua muridnya.
Setiap harinya Amy mengajar empat kelas senam. Selain privat di rumah juga di studio senam Tiara Mustika.
''Gak terasa sudah tiga puluh tahun ngajar. Sejak tahun 1983, aku sudah jadi instruktur senam. Aku mencintai yang aku lakukan dan aku melakukan yang aku cintai. Jadi  awet,''kata wanita kelahiran Manado ini. Bercanda di kelas menjadi kebiasaan yang selalu diselipkan Amy ketika mengajar.  Bagi Amy, itulah salah satu cara agar  murid-muridnya tidak terlalu lelah. ''Muridku dari mana-mana dan banyak banget. Mulai dari Manado, Malang, Jakarta, Batam juga Makassar.''kata Amy yang juga sering menjadi pembicara seminar di beberapa tempat. 
Sejak mengikuti Atletik Master, Amy makin sering mengikuti kejuaraan. Beberapa waktu lalu, Amy pernah ikut Kejurnas Atletik Masters Indonesia Open di Jogya. Amy berhasil meraih 2 medali, 1 emas cabang olahraga  lempar lembing dan 1 perak di tolak peluru. Lalu  Singapore Open beberapa bulan lalu, ia menambah peraihan medali menjadi  3 emas di cabang olahrga lembing, tolak peluru, dan cakram dan 1 perak di nomor Sprint 4x100M estafet. Kemudian Johor Open, Amy membawa pulang 2 medali 1 emas di tolak peluru dan 1 perak di lembing. Lalu ikut kejuaraan Asia Master di Taipei, Taiwan. Dan sekarang sedang mempersiapkan Singapore  Open 13-14 April, Malaysia Open 8-9 Juni dan Indonesia Open. ''Bangga bisa bawa nama bangsa dan negara dikanca dunia Internasional, dan lain-lainnya,''kata ibu dari seorang putri yang beranjak remaja.
Sejak menjadi atlit, Amy mengaku sangat menjaga tubuhnya. Ia juga berubah menjadi lebih disiplin dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan teman-teman Amy ikut  berpola hidup sehat. ''Saya bersyukur di umur masuk 51 tahun ini masih bisa berprestasi. Alhamdullillah selalu bersyukur pada Allah diberi kesehatan,''kata Amy lagi.
Gaya hidup sehat mulai dialkukan Amy, seperti mengkonsumsi makan  yg sehat, banyak sayur dan buah, juga seimbang nilai gizi lainnya, protein, lemak, karbohidrat, vitamin  dan mineral. Harus pinter-pinter mengaturnya supaya tidak mudah lelah atau sakit. Istirahat sangat penting dan tidur harus cukup, rekreasi atau refreshing juga perlu, bukan harus keluar uang banyak untuk refreshing, tidak harus jalan kemana-mana. Kebersamaan dengan suami atau anak meski hanya nonton TV. Kita bisa sharing, atau berlatih bersama, atau nonton dll itu,'' kata Amy lagi.
Menurut Amy,  teman adalah bagian dari hidupnya selain keluarga. ''Murid-muridku  adalah energiku. Aku melakukan yang aku cintai dan  aku mencintai yang aku lakukan, itu yg membuat aku gak merasa capek. Tapi semua itu aku percaya bahwa Allah yang memberikannya, jadi banyak berdoa dan bersyukur  atas yg sudah Allah berikan, Amin Yra
Salah satu resep yang membuat dirinya selalu bersemangat adalah kesadaran bahwa yang dilakukan itu hanya sebuah "pelayanan" melayani negara dan melayani murid-muridku. Kalau semata- mata kita hanya mengejar uang dalam mengajar dan prestasi kita bisa cepat lelah dan turun. Tapi kalau kita melayani, Insya Allah itu akan jadi kewajiban
Amy pun bercerita ketika mengikuti kejuaraan di Thailand beberapa waktu lalu. ''Medali perak kamarin untuk Lempar Lembing, yg lari 100M aku gagal ikut karena panitianya  kurang fleksibel,''kata istri dari Prasetyoadi.
Amy mengalami cedera lututnya akibat dari panitia yang tidak profesional. ''Waktu itu saya yang sudah selesai  lempar lembing pertama dan mohon izin untuk ikut lomba lari. Panitia menyetujui, tapi saat saya sedag bersiap untuk lari, nama saya dipanggil. Karena bingung. Saya kembali ke lapangan lempar lembing. Tanpa mengganti sepatu karena tidak ada waktu lagi. Akibatnya lutut hingga paha saya sakit dan tidak bisa digerakkan. Karena sepatu yang saya pakai bukan untuk lempar lembing,''cerita Amy.
Tiga minggu juga Amy berusaha memulihkan cedera. Dengan Yoga, kini kakinya sudah bisa digerakkan. Ia juga bisa menjalankan sholat lima waktu.***   

Asmaniar Susanti, Penggiat Line Dance


Rogoh Kocek Sendiri Demi Kembangkan Tari

Kecintaannya pada dunia tari membuat dirinya rela melakukan apa saja. Ia membuat scrip sendiri, buku panduan, bahkan membiaya instruktur dari Jakarta dengan biaya pribadi.

Senin, 18 Maret 2013

dr. Augustine, SP.pd



Jadi ''Dokter Dirham"

Saat memulai gerakan penggunaan transaksi dinar dan dirham Augustine diejek dan ditertawakan. Kini ia punya banyak pengikut, khususnya dari kalangan dokter.

Tangannya tak lepas dari Ipad. Berkali-kali ia memotret apa saja yang melintas di depan matanya. Bagai seorang fotografer, ia bergerak kesana-kemari memilih angel. Usianya yang sudah setengah abad, tak mempengaruhi fisiknya. Ia tetap berjalan dengan cepat. Bergerak tanpa henti mengitari satu per satu stand di Pasar Sultan Bintan, Seijang, Tanjungpinang.

Minggu, 17 Maret 2013

Dokter Dirham

dr Augustine Sp.pd

Jadi ''Dokter'' Dirham

Saat memulai gerakan penggunaan transaksi dinar dan dirham Augustine diejek dan ditertawakan. Kini ia punya banyak pengikut, khususnya dari kalangan dokter.
  
Tangannya tak lepas dari Ipad. Berkali-kali ia memotret apa saja yang melintas di depan matanya. Bagai seorang fotografer, ia bergerak kesana-kemari memilih angel. Usianya yang sudah setengah abad, tak mempengaruhi fisiknya. Ia tetap berjalan dengan cepat. Bergerak tanpa henti mengitari satu per satu stand di Pasar Sultan Bintan, Seijang, Tanjungpinang.

Hari itu, untuk kedua kalinya Augustine, seorang dokter spesialis penyakit dalam, menggelar pasar yang menggunakan mata uang dirham untuk transaksi. ”Ini perjalanan panjang sejak lima tahun lalu. Sangat sulit sekali mengenalkan dirham sebagai mata uang. Bahkan saya saja diejek, diketawain. Katanya mau naik unta lagi ya,” cerita Augustine.

Augustine mengaku sedih, karena melihat begitu banyak orang yang tidak mengerti manfaat dinar dan dirham ini. Memang, bagi mereka yang sudah berpenghasilan cukup atau sudah di zona nyaman, tidak akan peduli. ”Harga naik atau naik turun nilai uang tidak akan berpengaruh bagi mereka. Maklum saja uang mereka banyak,” kata wanita berkacamata ini.

Padahal, kata Augustine, kalau mereka yang sekarang hidup dalam zona nyaman, semuanya mau
menggunakan dirham maka dipastikan perekonomian kita akan membaik. Tidak ada lagi yang akan mencetak uang sesukanya. Karena membuat uang kertas lebih mudah dan modalnya kecil. Hanya diberi warna saja. Merah, jadi seratus ribu, diberi biru jadi lima puluh ribu. Akhirnya uang kertas itu terus saja dicetak. Akibatnya inflasi. Semua harga naik. Sedangkan harga uang makin merosot. Sebagi contoh, kata Augustine, untuk membuat 100 dolar AS, hanya butuh modal 9,9 sen. Sedangkan untuk membuat satu dinar harus menyediakan modal 2,3 juta untuk membeli emas 4,25 gram.

Demikian juga membuat dirham, butuh 2,3 gram emas. Karena itu, makin sulit mencetak uang baru. Dokter yang memiliki klinik Ibumas di Bintan Center ini, menceritakan awal mula mengenal mata uang yang digunakan sejak 14 abad yang lalu itu. ”Saya sedang di Jakarta, dan ketemu Amir Zaim Saidi. Dia adalah ketua Amir Indonesia untuk gerakan dinar dirham. Saat itu mata uang dinar baru terkenal untuk investasi saja. Belum dipakai untuk transaksi jual beli,” katanya.

Sejak tahu manfaat dirham, Augustine, mulai memakainya. Ia juga mengenalkan dirham pada rekan-rekan sejawat. ”Saya kenalin dengan dokter-dokter. Makanya Tanjungpinang paling banyak dokter-dokter yang menjadi jawara atau jaringan wirausaha dinar dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia,” kata istri dari Ahmad Permadi, seorang konsultan.

Dari data www.wakalanusantara.com, ada sekitar delapan dokter spesialis yang mau dibayar jasanya dengan dirham. Mereka itu terdiri dokter spesialis kandungan, dokter spesialis anak, dokter gigi dan dokter umum. Kata Augustine, total  44 jawara dirham di Tanjungpinang.  Dengan bidang usaha yang beragam. Selain jasa dokter, ada klinik, laboratorium, toko pakaian, kantin, tiket, laundri, kursus bahasa Inggris, guru ngaji, juga penjual sembako.

Seperti saat digelar pasar dirham di Pasar Sultan Bintan minggu lalu, meja-meja yang disediakan terisi. ”Makin hari, makin banyak yang ingin menjalankan sunah Rasul. Yaitu memakai uang dirham dan menyimpan mata uang dinar,” kata Augustine lagi. Banyak keuntungan dengan memiliki dirham dan dinar. Dari nilainya saja stabil. Sejak 17 Januari 2013, nilai 1 dirham adalah  Rp70 ribu. Untuk 1 dinar Rp 2,3 juta. Selain itu tidak ada riba dari dinar maupun dirham. Karena proses membuat dirham dan dinar dengan modal yang sama dengan nilai mata uangnya.

Dua tahun ini tugas Augustine bertambah. Sejak ditunjuk sebagai wakala (money changer) di Kepri bersama wakala yang ada di Batam. Ia punya kewajiban untuk mendekatkan dinar-dirham ke masyarakat, mengajak untuk memakai, juga menerima pembayaran.

Wakala milik Augustine ada di klinik Ibumas di Bintan Center, sedangkan wakala pertama di Batam ada di Masjid Nurul Islam di Batamindo, namanya Wakala Nurul Islam. Sedangkan wakala baru bernama wakala Ghurindam ada di Kepri Center, milik Huzrin Hood.

Pasar Sultan Bintan yang menjadi pasar dirham adalah wakaf dari kesultanan Bintan.  Huzrin Hood, selaku Sri Paduka Tri Buana, Kesultanan Bintan. ”Sebenarnya sejak beliau menjabat sebagai Bupati Bintan tahun 2001, kita sudah mengenalkan dinar dan dirham. Namun baru sekarang pasar dinar dan dirham bisa terealisasi sejak beliau memegang gelar Sultan Bintan,” kata Augustine.

Sebagai seorang pelopor dinar dan dirham, Augustine telah mengubah kebiasaannya. ”Tahun lalu, saya berkurban dengan dinar. Alhamdulillhah dapat kambingnya gemuk. Makan siangpun juga sudah membayar dengan dirham, ''kata Augustine.

 Bagi Augustine, banyak keuntungan yang didapat dengan memiliki dinar dan dirham. Uang yang dimilinya bernilai tetap tidak terpengaruh naik turun harga. Selama. 14 abad, 1 dinar tetap bisa membeli 1 ekor kambing. Setidak-tidaknya  ia juga sudah menjalankan sunah Rasul. ***

Senin, 11 Maret 2013

Tije, Pemilik Tije Club & School

 Mr Maker van Batam

Bergelar S2 bidang hukum, Tije justru berkecimpung di bidang keterampilan. Ia menggerakkan anak-anak untuk menggambar dan membuat kerajinan tangan.

Tangannya dengan cekatan membuat lingkaran padas elembar amplop cokelat. Lalu diambilnya sebuah mangkok plastik yang kemudian direkatkan pada kertas yang tadi dipotongnya. Diguntinginya semua pinggiran kertas hingga menyerupai rambut. Lalu mangkok plastik yang masih polos itu digambari hidung dan mulut. Tak lupa ditempelkan kumis dari kertas juga mata buatan. Kepala Singa itu pun selesai dibuat
Tije, pemilik Tije School & club di The Central Sukajadi. Ia pun menirukan suara singa.

''Haaummm...haaummmm, ''kata Tije sambil menggerakkan kepala singa yang dibuat dari mangkok plastik pada Aqil. Melihat mainan yang dimintanya sudah jadi, Aqil bersorak gembira. Tije memang selalu membuatkan mainan ataupun gambar-gambar pada anak-anak kecil yang datang bersama orangtuanya ke kantor istrinya notaris Deborah Ekawati Lukman Dadali.
Pemilik nama Tionghoa, Hang Teng Tjai ini memang selalu berada di kantor istrinya, karena bangunan kantor itu bersebelahan dengan sekolah Tije Club & School. Dan juga sekarang menjadi tempat tinggal sejak memiliki dua balita.

Selasa, 05 Maret 2013

Silvia Hilda, Pemilik Silhouette Models & Event Management



Yang Cantik-cantik ini Harus Dijaga

Tiga belas tahun sudah melatih putra-putri Batam menjadi model-model yang menjuarai berbagi event.  Dan menjaga mereka dari image buruk.

Tembang Jawa terdengar dari dalam ruko  Trafalgar Mall No.18-19C Taman Duta Mas, Batam Center  sore itu. Dari balik pintu kaca ruko terlihat tiga bocah cilik berlenggak-lenggok sambil mengenakan jarik (dalam bahasa Jawa, yaitu kain yang dililitkan menjadi rok panjang). Mereka berjalan  diatas panggung kayu mengikuti alunan musik. Empat orang remaja perempuan juga sudah mengenakan jarik menunggu giliran latihan. Sedangkan beberapa orangtua duduk didepan panggung menonton anak-anaknya berlatih. ''Ayo, jalannya pelan-pelan ya. Ikuti musiknya,''kata Silvia Hilda pemilik

Sabtu, 16 Februari 2013

Nasiah, Petugas Linen di RSOB


Cuci Kain Penderita HIV AIDS sampai  Kain Bau Bangkai

Karena terbiasa, kain yang menjijikan sekalipun dapat dibersihkan. Tak terasa sudah 27 tahun, ia menjalaninya.

Aroma pengharum pakaian langsung tertangkap hidung ketika  masuk ruang linen yang dulunya menjadi kamar Jenazah RSBP. Batam di Sekupang.
Didepan dua mesin pengering yang isinya berputar-putar itu duduk 2 orang perempuan yang sedang melipat kain. Sedang dua orang remaja laki-laki  menyusun tumpukan kain yang sudah terlipat tadi ke atas meja.
''Mereka sudah disini sejak jam 5 pagi.  Karena tadi malam ada pasien yang dioperasi. Kalau tidak dikerjakan mulai subuh, tidak bisa selesai. Padahal biasanya kain-kain itu pasti dibutuhkan untuk operasi pagi harinya,''kata Nasiah, yang sudah 27 tahun bertugas di ruangan linen RS. BP Batam.
Sejak menjabat sebagai koordinator ruangan Linen, wanita asal Belakang Padang ini tidak lagi berangkat subuh. ''Tapi saya sudah ada disini jam 7 pagi. Ada sepuluh orang anggota yang sekarang bantuin. Saya bagi dua shift, pagi dan sore,''kata Nasiah.

Sumarti, Mantan Petugas Pengungsi di Galang


Jemarinya Jadi Saksi Pengungsi Vietnam



Daya Ingatnya masih kuat, walau kejadian itu sudah 33 tahun lalu. Dulu dialah salah satu tenaga sukarela yang  mengurusi ratusan pengungsi dari Vietnam dan Kamboja di Pulau Galang.

Kapal feri milik Palang Merah Internasional itu baru saja merapat di dermaga pulau Galang 1. Sumarti, berumur  28 tahun kala itu bersama 5 orang temannya dari Tanjungpinang bergegas turun dan menuju kantor Palang Merah Internasional yang ada di Galang 1. Hari itu masih pagi, karena jam di kantor masih menunjukkan pukul 07.30 WIB. Namun, Sumarti  dan teman-temannya yang juga sesama tenaga sukarela dari Palang Merah Internasional sudah harus berada di kamp  pengungsi Vietnam di Galang 1. ''Saat itu pekerjaan utama saya menginput data para pengungsi dan menuliskannya pada  lembaran kertas. Seperti nama pengungsi, asal negara, tanggal kedatangan, nama kapal dan lokasi pertama pengungsi itu tiba. Zaman dulu belum ada komputer, jadi harus ditulis tangan. Padahal yang ditulis sampai ribuan lembar. Makanya lama,''kata Sumarti, yang kini sudah berusia 61 tahun.

Ternyata, tak hanya menuliskan data-data pengungsi saja, Sumarti juga berkewajiban mempertemukan pengungsi yang terpisah dari keluarganya. ''Biasanya dengan data-data yang sudah kami buat itu, bisa membantu pengungsi kembali ke keluarganya,''cerita wanita yang menjadi tenaga sukarela selama 8 tahun.
Sumarti pun teringat lagi, saat-saat ia harus menanyai satu persatu pengungsi itu. ''Saya belajar bahasa Inggris sejak ngurusi pengungsi. Kalo bahasa vietnam harus pakai penterjemah. Biasanya pakai pengungsi yang bisa berbahasa Inggris,''kata pensiunan guru sekolah dasar di Tanjungpinang ini.
Setelah mendata, tugas Sumarti selanjutnya adalah menempatkan para pengungsi di rumah-rumah panggung yang sudah disediakan. Setiap keluarga tinggal di satu kamar. '' Pengungsi Vietnam dan Kamboja tidak boleh dicampur satu rumah. Mereka bisa saling bunuh-bunuhan,''kata istri dari H. Rochman, pensiunan PNS Angkatan Laut di Tanjungpinang.
Selanjutnya Sumarti membagikan beras, bahan-bahan makanan mentah  dan peralatan mandi pada masing-masing pengungsi. ''Sambil menunggu sponsor atau negara ketiga yang mau nenerima pengungsi menjadi warga negaranya, mereka mengisi waktu dengan bercocok tanam disekitar kamp atau buat kafe kecil-kecilan.  
Petugas jaga akan  terus mengawasi, kata Sumarti. Karena sering dijadikan sarana untuk kabur.
Sumarti mengaku diawal direkrut menjadi tenaga sukarela, ia bertugas menempel perangko surat-surat pengungsi. Dua tahun juga ia jalani tugas itu. ''Dulu digaji Rp23 ribu perbulan. Sehari tidak kerja, tidak terima gaji,''kenang wanita kelahiran Pacitan, 1 Februari 1952.
Tugas lain Sumarti adalah membagikan beras ke daerah-daerah yang pernah disinggahi pengungsi. ''Kebanyakan di dekat pulau 7. Seperti Jemaja, Letung, Tebang Laden, Tarempa juga Malaysia. Ada satu pulau yang namanya pulau laut. Ini pulau paling ujung di pulau 7. Pengungsi Vietnam banyak yang singgah di sini. Mereka buat rumah-rumah di tepi laut. Pulau ini memang paling dekat dengan Vietnam, lampu-lampu di negara itu saja kelihatan,''kata wanita yang kini mengajar di Taman Pendidikan Al Quran.
Di dalam kota Tanjungpinangpun, juga disinggahi pengungsi Vietnam. Salah satunya di Bukit Cermin. Karena itu, Sumarti juga membagikan beras pada penduduk-penduduk yang tinggal disekitar itu. ''Beras ini diberikan sebagai ganti atas pertolongan mereka membantu para pengungsi,''kata ibu dari Rahmawati dan Wahyu Rahmad.
Sejarah mencatat, perang Vietnam telah berlangsung mulai tahun 1959 hingga 30 April 1975. Selama itu telah jatuh korban tiga hingga empat juta rakyat Vietnam, satu setengah hingga dua juta rakyat Laos dan Kamboja serta 58.159 pasukan Amerika.
Perang Vietnam itu berlatar belakang keinginan yang berbeda. Di pihak Vietnam Utara menghendaki agar. tercipta penyatuan Vietnam dalam pemerintahan yang merdeka. Sedang Vietnam Selatan menghendaki agar tercipta pemerintahan non komunis di Asia Tengara. Dari sinilah keberpihakkan Amerika dalam memerangi komunis dunia terlihat dengan melibatkan diri secara nyata dalam perang ini.
Perang ini mengakibatkan eksodus besar-besaran warga Vietnam ke negara lain, terutamanya Amerika Serikat, Australia dan negara-negara Barat lainnya, sehingga di negara-negara tersebut bisa ditemukan komunitas Vietnam yang cukup besar.
Sebelum ke Amerika, Australia, mereka ditampung di pulau Galang, Batam. Mereka, kata Sumarti,  dijemput petugas Palang Merah Internasional dari pulau-pulau tempat pertama kali mereka datang. Macam-macam kondisinya. Karena mereka datang menggunakan perahu sampan. Perahu yang mereka naiki lebih kecil dari yang sekarang dipamerkan di pulau Galang itu. Saat dijemput kapal Palang Merah di pulau-pulau itu, ada yang kelaparan, berkudis.   Saat datang ke pulau Galang, mereka sudah dengan kapal Palang Merah Internasional tidak lagi dengan sampan. ''Tahun 1979, para pengungsi itu mulai berdatangan dibawa dengan kapal Palang Merah Internasional ke Galang 1.  Kata petugas palang Merah, rombongan pengungsi pertama kebanyakan orang-orang kaya, mereka cantik-cantik. Banyak juga artis. Kalau rombongan pengungsi paling akhir kebanyakan kelaparan, dan banyak yang berkudis,''cerita Sumarti di rumahnya di Jl Terong no 15, Tanjungpinang.
Mereka kata Sumarti, berjumlah ratusan ribu orang,  menyebar  dengan menggunakan perahu kayu. 'Manusia perahu’ ini mencoba bertahan dengan pola hidup ala Tarzan. Memanfaatkan alam yang ada untuk bisa hidup. Pada akhirnya, Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) tak tega melihatnya. Para pengungsi Vietnam itu dibantu dengan membangun fasilitas-fasilitas tempat tinggal dan makanan di Galang 1. Kemudian sejak Galang 1 penuh, dibuka Galang 2 untuk menampung pengungsi. Galang 1  adalah perkebunan nanas, yang pabriknya berada di batu 18 Tanjungpinang.
Galang 1 menjadi awal tempat penampungan pengungsi. Pulau Galang akhirnya, menjadi tempat penampungan sementara pengungsi Vietnam, Kamboja dan Laos. Sebelum mereka diterima negara. ''Ketika sudah ada negara yang bersedia menerima mereka, para pengungsi dibawa ke Camp Air Raja di Tanjungpinang. Selanjutnya mereka dibawa dengan pesawat foker ke negara tujuan. Membagi giliran berangkat juga tugas saya. Biasanya saya dahulukan yang satu keluarga,''kata Sumarti dengan sumringah.
Sumarti mengaku setiap harinya, ia pulang dan pergi dari Tanjungpinang-galang. Ketika ada kapal palang Merah rusak, ia harus pakai kapal kayu yang butuh waktu 1,5 jam perjalanan. ''Sering pulang bawa kerjaan. Setumpuk kertas yang harus diisi dengan identitas pengungsi,''kata Sumarti. ***



Kamis, 31 Januari 2013

Kisah Penganiayaan Tak Berujung


TKW-TKW Indonesia di Malaysia

Ada banyak kisah diselter penampungan sementara TKI bermasalah. Kebanyakan mengucap syukur terselamatkan dari kekejaman majikan di Malayasia.

Bicaranya polos namun lancar. Tidak ada kekhawatiran saat ia menceritakan kenangan-kenangan pahit yang pernah dialaminya 14 tahun lamanya. Ia tetap terbuka tanpa ada yang ditutupi. Melalui sambungan telepon, Asihyati, gadis yang kini sudah berumur 15 tahun menceritakan kenangan buruk yang membuatnya berada di negeri jiran Malaysia.

Dulu Tarifnya Rp 20 ribu, Sekarang Rp 200 ribu

Eko Erwin Susanti, Penari Batam

Ponsel BlackBerry itu terus mengabadikan  tiga penari cilik  di panggung  BCS Mall.
Sambil terus merekam, sesekali Eko Erwin Susanti memberi aba-aba pada bocah cilik itu.  ''Mereka itu murid-murid saya di SD Ananda. Kalau lagi manggung seperti ini, saya wajib menemani, bahkan  yang  dandanin juga saya. Pokoknya komplit, ya ngajar, ya makeup,''kata Eko yang juga seorang penari.
Nanti malam, kata Eko, ia juga manggung di Harris Hotel Batam Center. Dua tarian sekaligus akan ditampilkan Eko bersama teman-temannya dari sanggar Tari Duta Santarina.

Rabu, 30 Januari 2013

Wisata Religius Kebun 1000 Pohon Kurma

Diatas bukit kampung Madinatul Awal (serambi Madinah) Tanjungpiayu Laut, kebun kurma 1000 pohon itupun diresmikan. ''Dengan penandatanganan bersama antara pejabat Kementrian Agama kota Batam, Lurah Tanjungpiayu, ormas Islam, Laz Masjid Raya Batam juga pengurus ponpes Serambi Madinah,  taman wisata religius Kebun Kurma resmi  dibuka,''kata Habib, penanggungjawab kampung Serambi Madinah, Sabtu (26/1).
Taman Wisata religius itu berada diatas lahan 6 hektar di Piayu Laut. Dengan pemandangan laut yang indah dan  jembatan Barelang. ''Tempat wisata religius Kebun Kurma ini adalah impian KH. Syamsul Abdul Majid, pendiri Kampung Madinatul Awal (serambi Madinah). Beliau sudah memulainya. Tahun 2005, tepatnya 28 Maret ditanamlah 2000 pohon kurma. Dari biji sekarang sudah tumbuh setinggi 2 meter,''jelas Habib.
Saat ini di kampung Serambi Madinah, sudah ada beberapa kegiatan yaitu ponpes serambi Madinah, pusat pengobatan Jawi, home industri minyak but but, perikanan darat, ladang rosela, usaha bawang goreng.
Nantinya diatas bukit ini akan dibangun, surau miniatur masjid Nabawi. ''Ini program jangka pendek. Karena itu kami butuh 10 orang tenaga sukarelawan dan sponsor untuk pembangunan surau ini, 'kata Habib berharap.
Hadir pada peresmian itu Kepala Kantor Kementerian Agama, Zulkifli Aka, Lurah Tg Piayu, Hadi Waluyo, Ketua Forum kerukunan umat beragama, Rustam EB, Syarifudin, ketua FPI Sei Beduk, Dahlan. Ketua FPI kota Batam, Syarifudin, LAZ. Masjid Raya Batam, Jayadi Daeng Paware, pembina yayasan wakaf serambi madinah.***

Dibalik Satu Helm Cadangan



Etty Tria Yahtini, pemilik usaha Cleaning Service di Batam

Porstek itu disiramkannya pada nat pembatas antar keramik yang mulai kotor dan berwarna hitam. Disikatnya kuat-kuat hingga nat itu berubah menjadi bersih. ''Bu Susi, usahakan lantainya bisa bersih ya. Kita harus mulai dari kita dulu. Baru bisa meyakinkan oranglain bahwa kita punya kemampuan untuk membersihkan, 'kata Etty Tria Yahtini, pemilik PT. HDS, perusahaan penyedia jasa cleaning service pada salah satu anak buahnya.


Rabu, 02 Januari 2013

Ingat Semua Muridnya, Dijuluki Guru Pentium

Elfiza, Kepala Sekolah SMA 3 Tanjungpinang

Kemampuannya mengingat  7500 anak muridnya membuat Elfiza dijuluki guru pentium.
Usianya tidak muda lagi. Terlihat dari guratan-guratan keriput di wajahnya juga gigi yang sudah tak lengkap lagi. Namun obrolannya tak menyiratkan usia yang makin banyak. Ia bisa panjang lebar bercerita tentang anak-anak didiknya yang jumlahnya mencapai 7500 orang.

Cari Ide sampai ke India

Rekaveny Soerya Respationo, ketua LKKS Kepri


Meningkatnya jumlah penderita cacat di Kepri membuat Rekaveny bersama LKKS perlu menggali ilmu hingga ke India demi memandirikan anak-anak cacat.

Merasakan Romantisnya Taj Mahal

Ke Agra dan Jaipur India

Walau siang itu pukul 14.00 WIB, namun sinar  matahari  di Agra, India  tidak begitu terik. Taj Mahal pun terlihat berwarna putih bersih. Aura romantispun langsung terasa ketika memasuki bangunan berumur 350 tahun ini. Maklum saja bangunan bergaya arsitektur Islam-Hindu  ini dibuat atas nama cinta. Alkisah, ada seorang Kaisar beragama Islam bernama Mughal Shah Jahan, ia membuatkan sebuah makam untuk istri tercintanya. Makam terindah dan tidak ada didunia manapun ini adalah permintaan  Arjumand Banu Begum, atau yang dikenal dengan Mumtaz - ul- Zamani atau Mumtaz Mahal. Wanita asal Persia ini wafat pada tahun 1631  sewaktu melahirkan Gauhara Begum, seorang putri anak ke-14 Shah Jahan.

Semuanya Berwajah Beda

Vihara 1000 Patung di Tanjungpinang

Mendengar di Tanjungpinang ada vihara 1000 patung, sudah membuat saya penasaran. Tadinya, sore itu juga saya ingin langsung menuju vihara yang bernama Ksitigarbha Bodhisattva, tempat 1000 patung itu berada. Untung saja, seorang teman SMA di Tanjungpinang yang juga sering berkunjung ketempat itu memberitahukan bahwa vihara yang ada di km 14 (batu 14 sebutan km) itu sudah tutup pukul 16.00 WIB.

Dulu Wartawan, Kini Keliling Daerah Ajarkan Budi Pekerti

Budi 'Liong Bun Fung' Tamtomo

Kerisauannya pada prilaku generasi muda yang suka tawuran, narkoba, seks bebas juga tak tahu sopan santun membuat Budi tertantang menyebarkan ajaran budi pekerti dari kitab klasik Cina.

Keliling Antarkan Smoothie untuk Penderita Kanker

Riginoto Wijaya, ketua  Cancer Information and Support Center (CISC)

Langit diluar masih gelap. Jalan di perumahan Taman Kota Baloi pun masih lenggang. Penghuninya kebanyakan masih terlelap tidur. Tapi tidak di rumah no 9 di  blok A4 perumahan Taman Kota Baloi ini. Suara blender sudah terdengar nyaring dari dapur rumah bercat putih itu. Lili, si pemilik rumah  itu sibuk memotong mangga dan nanas sambil menunggu smoothie yang ada  di blender  menjadi lembut. Tak sampai dua menit, smoothie berwarna merah jambu itu halus. Lalu dituanginya ke dalam gelas-gelas plastik yang sudah ditata Riginoto Wijaya, suaminya. Setelah semua gelas penuh, dengan cekatan, pria yang rambutnya sudah banyak beruban ini menutup satu persatu gelas itu dan memasukkan kedalam kotak plastik. "Hari ini tidak terlalu banyak, hanya 20 gelas, kalau besok banyak ya pesan. Ada dua puluh lima orang,''kata Lili sambil menunjukkan catatan nama-nama pemesan Smoothie, di rumahnya, Kamis (13/12).

Pekerjaan Paling Mulia

Sulastri, Kepala Perawat RSOB

Dingin pagi masih terasa. Namun Sulastri sudah harus berangkat dari rumahnya di  komp. Kartini 1, no.9 Sei.Harapan, Sekupang. Setelah mengerjakan tugas-tugas di rumah dan mengurus kebutuhan Ario, putra bungsunya. Ia  harus segera sampai di RSOB, tempatnya mengabdi  24 tahun  sebagai perawat.

Dituntut Bisa Padam Api juga Penyelamatan

Petugas-petugas Pemadam Kebakaran

Dari luar kantor Penanggulangan Bahaya Kebakaran (PBK) di Jl. Jenderal Ahmad Yani tampak lengang. Yang terlihat hanya mobil-mobil pemadam kebakaran yang terparkir rapi di dalam gedung. Tapi semakin kedalam kantor bercat putih merah itu, terlihat aktivitas beberapa  petugas PBK berseragam biru dongker. . Dan sebagian lagi asyik berdiskusi satu dengan lainnya.