Bagus Purwanto, Pemilik RM. Gur Pur Ayam Bakar
Kios bercat
merah itu terlihat menyolok diantara kios-kios disekitarnya. Apalagi
ditambah neon box berukuran besar bertuliskan Ayam Bakar Gus Pur
dipasang depannya. Kios yang ada di depan perumahan Taman Raya ini
terlihat tak pernah sepi. Sejak tadi pengunjung datang dan pergi.
Memesan ayam bakar yang empuk nan gurih racikan seorang pria bernama
Bagus Purwanto.
Kini, Gus Pur, begitu ia biasa disapa, merasakan
kesuksesan yang telah diperjuangkannya bertahun-tahun. Padahal dibalik
perjalanan bisnisnya ini ada banyak duka juga penderitaan. Semuanya
diawali ketika ia ingin membuktikan bahwa bisnis itu tidak perlu modal.
Selama 6 tahun, Gus memilih menjadi supplier kosmetik seperti sabun
papaya, krem wajah dari Thailand. Saat itu ia memang membuktikan bahwa
bisnis bisa dilakukan tanpa modal. Rupiah demi rupiah keuntungan di
dapat Gus Pur. Namun semuanya berubah seketika. Saat itu, bln Mei tahun
2006, pukul 05.55 WIB gempa bumi berkekuatan 5,9 skala Richter itu
meluluhlantakkan toko-toko di pasar tradisional di Gunung Kidul.
''Pelanggan saya banyak di sana, grosiran kosmetik rata-rata di pasar
tradisional di Gunung Kidul. Sejak gempa, satu-satu pelanggan tidak bisa
membayar. Otomatis saya juga tidak bisa membayar pada produsen
kosmetik. Dan saya harus menutupi itu. Hutang makin makin banyak. Total
hutang di bank Rp 600 juta,'' kata Gus Pur mengenang awal kehancuran
bisnisnya.
Saat itu juga kata pria kelahiran Solo 39 tahun lalu, ia pergi meninggalkan hutang.
Berdua
dengan Murni, istrinya, meninggakan dua putranya yang masih balita
bersama bude dan pakdenya menuju kota Tanjungpinang. ''Saya dengar
jualan cabe merah dari Yogyakarta di Pinang menguntungkan. Saya pamit
sama anak, 3 bulan akan pulang. Karena sudah saya hitung akan dapat
untung dan bisa pulang bawa uang untung bayar utang,''kata Gus Pur di
kiosnya.
Tapi ternyata prediksi Gus Pur meleset. Persaingan dan pasar
yang sedikit membuat cabe-cabe yang dijual Gus Pur tidak menghasilkan
untung. ''Banyak pedagang banting harga, yang akhirnya harga jual sama
dengan harga modal. Daripada busuk mending terjual. Makanya di bulan
ketiga saya bangkrut dan tidak punya uang lagi,''cerita Gus Pur.
Apapun
dilakukan Gus Pur. Ia pun berkeliling dari satu rumah ke rumah yang
lain di Tanjungpinang. Mencari sere, kunyit atau daun salam yang tumbuh
liar di depan rumah warga. ''Bumbu dapur itu saya bawa ke pasar. Dijual
laku Rp 10 ribu-15 ribu. Uang segitu hanya cukup untuk makan. Padahal
saya harus selesaikan utang di Jawa. Untung saja masih ada hape
Erricson. Dan ada yang mau beli Rp200 ribu,''kata pria berkacamata ini.
Dengan
uang itu juga Bagus Purwanto, pindah ke Batam. ''Waktu itu istri saya
menemukan sebuah koran bekas. Yang memuat sebuah iklan yang isinya
tentang kesempatan belajar dan mengajar di pondok pesantren Al Fateh di
Nongsa, Batam. Dengan fasilitas makan dan tempat tinggal
gratis,''kenang Bagus.
Gus Pur pun segera mengajak istrinya ke
Batam. Dengan uang Rp 200 ribu, Gus Pur belanja beberapa kardus mie
instan sebagai bekal hidup di Batam dan membayar ongkos taxi dari
pelabuhan Telaga Punggur ke Nongsa.
Ternyata yang dimaksud makan
gratis itu diberi beras saja. Lauk pauk cari sendiri. Gus Pur yang tak
punya uang lagi, mulai mencari-cari pekerjaan yang menghasilkan uang. Ia
pun ikut-ikutan warga sekitar yang mengumpulkan pasir-pasir yang ada di
parit. Yang kemudian dijual pada supir-supir lori. ''Untuk makan istri
saya memanfaatkan daun singkong yang tumbuh liar. Daunnya sampai habis
dari atas sampai bawah. Hari ini dibuat bakwan, besok dibuat sayur oleh
istri saya,''kata Gus Pur sambil tersenyum.
Tiga bulan juga Gus Pur
tinggal di ponpes yang banyak dihuni penderita kelainan jiwa itu. Ia pun
memilih pindah ke Mushola Al Ikhlas, tempat seorang kenalannya di
Taman Raya. Di mushola ini Gus Pur minta waktu seminggu tinggal dan
makan di tempat ini. ''Pak Dul, yang juga penjaga mushola memberi kami
tinggal disana. Dan disinilah, kami mulai mencari-cari pekerjaan lagi.
Istri saya dapat kerjaan di rumah makan di rutan Baloi. Sedangkan saya
melakukan apa saja yang bisa. Mulai dari tukang cuci mobil, ngajar
ngaji, tukang pijat juga tukang bangunan. Kan ada ungkapan kalau sampai
Batam belum ngaduk semen belum bisa sukses,''kata Gus Pur sambil
tertawa.
Malam hari, Gus Pur tetap mengais rezeki. Ia jadi pegawai di
warung tenda milik Pakde (yang juga Ketua RT di Taman Raya). Sejak
pukul 17.00 hingga 02.00 malam, Gus Pur membantu Pakde. Setiap malam ia
di gaji Rp 15 ribu.
Disinilah kata Gus Pur awal mula bisnis ayam
bakarnya di mulai. "Waktu itu pakde dan bude menjual warung tendanya
karena hendak pulang ke Jawa. Dengan uang pinjaman dari seorang teman
sebesar Rp 7 juta, Gus Pur pun membeli warung tenda itu. ''Kami fokus
jualan. Dan lama kelamaan kami sudah bisa mengirim uang untuk bayar
hutang. Dan saya pun bisa pulang kampung sekadar menenggok anak-anak.
Dulu saya pulang ke Jawa harus sembunyi-sembunyi dan tidak berani pulang
ke rumah saya di Sukoharjo, Solo. Karena masih dicari-cari bank,''
kenang Gus Pur.
Kini warung tenda Gus Pur sudah menjadi kios-kios
permanen berdiri di seberang perumahan Taman Raya. Makin banyak dikenal
orang karena cita rasa ayam bakarnya yang mantap.
" Alhamdulliah,
hutang-hutang di bank berangsur-angsur terbayar. Setahun yang lalu semua
hutang terbayar. Saya pun lega dan kini kalau pulang kampung bisa
langsung ke rumah, dan menjadi percaya diri. Saya juga bisa mengajak
anak-anak muda di kampung saya untuk menjadi pegawai di tempat
saya,''kata Gus Pur.
Diakui Gus Pur, selain berjualan, ia juga coba
menjalankan bisnis online. Bisnis dengan menginvestasikan uang itu
dijalanin Gus Pur beberapa waktu. ''Uangnya gak dapat, perhatian pada
kedai juga berkurang. Makanya saya gak lagi ikutan bisnis trading atau
bisnis tanamkan uang itu. Karena bisnis ini juga, kios cabang kedua ayam
bakar Gus Pur di Batu Besar tutup. Sekarang hanya satu yang Taman Raya.
Kalau yang di Angkringan Mega Legenda tutup sementara. Minggu depan
buka lagi,''kata Gus Pur yang sedang menyiapkan konsep ayam bakar
oleh-oleh dengan cara online. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar