Ustadz Luqman Rifai, Pendamping haji dan umroh
Selembar
kain ihram berwarna putih itu dililitkan perlahan menutupi pinggang
hingga mata kakinya. Mirip seperti memakai sarung pada umumnya. Selesai
cara pertama, ia mencontohkan lagi cara pemakaian ihram kedua. Puluhan
jamaah haji plus Zulindo yang ada di dalam ruangan itu pun memperhatikan
dengan sungguh-sungguh. Hening sejenak saja, namun tak lama kembali
terdengar suara-suara. ''Ulang lagi ustadz. Ulang lagi,''kata jamaah
haji serempak.
Luqman Rifai,
ustadz pembimbing haji dan umroh Zulindo Tour and service ini kembali
membuka ihram yang sudah terpasang di tubuhnya. Dengan sabar dan senyum
yang tetap mengembang, Luqman menjelaskan kembali. ''Jadi ini adalah
dua cara memakai ihram yang aman. Walau kita melangkah, tetap tertutup
rapat dan tidak lepas, '' jelas Luqman Rifai, saat manasik haji plus
Zulindo beberapa waktu lalu di Pusat Informasi Haji, Batam Center.
Dua
minggu mendatang, tepatnya tanggal 7 Oktober 2013, Luqman akan
berangkat ke tanah suci Mekah mendampingi 54 jamaah haji Zulindo.
Baginya, mendampingi jamaah
haji atau umroh sama juga dengan dakwah. Hanya yang membedakan ia tidak
memberi tausiyah seperti umumnya. ''Dengan saya memberi tahu sesuatu
yang tidak diketahui jamaah itu juga dakwah. Apalagi yang saya layani
ini tamu Allah,''kata alumni Ma'had Aly Ilmu Fiqh Salafiyah Syafiiyah
Situbondo Jawa Timur Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah pimpinan alm.
KHR. Ach. Fawaid As’ad di Sukorejo, Situbondo.
Menjadi
seorang pendakwah adalah keinginan pria kelahiran Jember 36 tahun lalu
ini. Ia pun memilih mondok, menjadi santri. Tepat tahun 1998, Luqman
diberi tugas oleh KHR. Ach. Fawaid As’ad ke Batam. ''Saya ditugaskan di
Yayasan Nuruddiniyah Batam. Dulu, yayasan ini adalah pusat pendidikan
dan dakwah Islam di Batam. Waktu itu belum banyak masjid dan ormas-ormas
Islam. Zaman itu, hampir semua karyawan pete belajar disini. Makanya
disebut pesantren karyawan," kata pria bertubuh subur ini.
Hingga
tahun 1999, Luqman masih mengajar agama. Rata-rata yang mengaji sampai
30an orang. Tapi khusus malam minggu, bisa mencapai 100 orang. Satu
tahun juga Luqman mengadikan dirinya untuk dakwah di Batam, setelah itu
ia pulang ke kampung halaman untuk menyelesaikan kuliahnya. ''Waktu
kesini saya masih semester 6. Saya sudah mulai ceramah agama juga ngajar
ngaji,''kata Luqman.
Tepat
tahun 2000, setelah menyelesaikan kuliah S1 Fakultas Dakwah Institut
Agama Islam Ibrahimy Situbondo Jawa Timur, Luqman kembali ke Batam. Ia
pun mengabdikan dirinya ke yayasan Al Mujahidin di kelurahan
Duriangkang, Seibeduk. '' Tadinya hanya mengelola masjid Al Muhajirin.
Tapi karena ada lahan luas milik masyarakat di dekat masjid, saya
bersama pengurus yayasan mencoba mengembangkannya jadi tempat pendidikan
Al Quran juga sekolah dasar. Tahun ini sudah ada siswa kelas. enamnya.
Gak terasa sudah enam tahun yayasan ini berdiri,'''tutur Luqman.
Tugasnya
lebih pada merekrut guru juga sdm lainnya, mengontrol kegiatan belajar
mengajar, juga mengatur manajemen sekolah. Saat ini siswa TPQ sudah 100
orang, siswa SD 219 orang. ''Istri saya, Risnawati juga menjadi
pengajar di TPQ, kata Luqman.
Berbagai
kegiatan dakwah juga dilakukan Luqman bersama yayasan Al Mujahidin ini.
Seperti Sabtu lalu, mereka mengundang ustadz Arifin Ilham, ketua
majelis zikir Jakarta, untuk mengisi kegiatan zikir akbar. ''Kegiatan
ini untuk mendinginkan suasana yang saat ini lagi panas-panasnya. Juga
untuk keselamatan bangsa. Kami targetkan 5000 an orang hadir di masjid
Al Mujahidin,''jelas Luqman. Sebelumnya, di tahun 2010, AA. Gym juga
pernah dihadirkan Luqman dan teman-teman dari yayasan Al Mujahidin.
Suatu
kali, Luqman dikenalkan oleh H. Saidul Khudri, pemilik yayasan
Nuruddiniyah Batam pada H. M. Kamsa Bakri, pemilik Zulindo tour and
travel. ''Saya waktu itu dapat hadiah dari yayasan Nuruddiniyah untuk
umroh. Saat itu, saya dipesankan oleh pak Kamsa untuk belajar, karena
akan dijadikan pembimbing haji dan umroh,''kenang Luqman.
Tepat tahun 2004, Luqman mulai menjadi pembimbing tetap jamaah haji dan umroh Zulindo.
''Saya
yang waktu itu masih mengajar di politehnik juga SMK Multi studi,
untuk mata pelajaran pendidikan agama Islam, sering gak masuk. Ninggalin
kampus, juga tidak bisa mengisi jadwal rutin ceramah di BCA, pertamina,
OB, juga bank Riau,''kata Luqman.
Karena
mendampingi jamaah haji dan umroh juga seperti dakwah, Luqman pun
memantapkan hati untuk meninggalkan semuanya. ''Disini saya juga memberi
tausiah, menunjukkan mana yg benar dan salah. Bahkan saya juga belajar
menjadi orang yang sabar. Karena selalu ada ribuan orang yang saya
hadapi. Dengan memberi layanan pada jamaah haji dan umroh itu menjadi
sebuah kemulian bagi saya. Ini sama dengan moto Kantor Kementerian Haji
Arab Saudi,''jelas Luqman.
Luqman
pun selalu ingat Allah ketika menghadapi jamaah yang sedang emosi.
''Kita harus ingat bahwa ini tamu Allah. Jadi muliakan tamunya.
Layanilah dengan sebaik-baiknya,''kata Luqman yang sudah 47 kali umroh
dan 2 kali berhaji.
Ternyata
pilihannya ini juga membuat dirinya khawatir. Ia yang baru dua tahun
menikah mulai merasa tidak tega meninggalkan istri dan anaknya. ''Kadang
sampai 20 hari ditinggal di rumah. Pernah suatu kali, saya tinggal di
Jeddah sampai 27 hari. Karena saat itu, jamaah umroh Zulindo datang
nonstop. Dan ketika saya pulang ke rumah, anak kedua saya, Nafisa
Tazkiyatan Nufus Rifai (5) sampe gak kenal. Dia takut, nangis sewaktu
saya gendong. Memang dia sejak dalam kandungan sudah sering
ditinggal,''cerita Luqman.
Sekarang, setiap kali Luqman bepergian lebih dari 10 hari putri pertamanya, Najwa Mahdiyyah Rifai (7) selalu menelpon.
Risiko
memang diakui Luqman pasti ada. Tapi ia berprinsip siapa yang menolong
agama Allah, makan Allah akan menolong kita. ''Saya selalu memberi
keyakinan pada jamaah ketika akan memulai perjalanan, bahwa kita ini
adalah tamu Allah. Jika kita menjadi tamu yang baik, Allah akan menjamu
dengan baik. Pastilah ada kekhawatiran. Kita terbang 9 jam, bawa beban 9
ton. Tapi ya kembalikan saja pada keyakinan tadi. Kita datang ini
bukan untuk memenuhi undangan dari Gubernur atau raja. Tapi undangan
dari Allah. Maka dari itu yakini saja, kita akan dilindungi selama
perjalan hingga tiba di rumahnya,''kata Luqman.
Tak
heran, jika setiap kali diatas pesawat, Luqman bisa tidur nyenyak.
''Dulu awal-awal 1-2 tahun, saya punya penyakit tidak bisa tidur
diperjalanan. Tapi tahun ketiga, saya mulai kepikiran. Dan mengubah pola
pikir. Saya harus istirahat saat dijalan. Karena ini kesempatan saya
untuk istirahat. Gak lucu, kalau saya, sebagai pembimbingnya yang
pingsan. Biasanya kalau sudah sampe, akan banyak yang dikerjakan. Bahkan
saat jamaah istirahat, kita masih ngurusin masalah lain. Kadang kopor
gak ketemu, kita juga yang cari kuncinya, kloset macet juga harus kita
yang uruskan. Karena hanya kita yang bisa berdialog dengan orang sana.
Makanya saya mulai biasakan tidur saat diatas pesawat. Saya pasrah
saja,''kata ustadz yang tinggal di perum GMP blok K no 73, Batuaji.
Tak
hanya masalah jamaah, Luqman juga harus siap menghadapi orang Arab yang
sering membatalkan transportasi juga akomodasi secara mendadak.
''Pernah dicancel mendadak. Kadang tidak tepat waktu. Ini yang sering
terjadi disana. Syukurlah Zulindo punya handling yg cukup kuat.
Handling itu, orang Indonesia yang sudah lama di sana. Mereka ini yang
menbackup jika terjadi hal-hal seperti itu. Termasuk juga akomodasi,
Zulindo selalu diprioritaskan. Karena tiap tahun selalu bawa 3000
jamaah,''jelas Luqman lagi. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar