Sabtu, 17 November 2012

Pernah Terjerat Hutang Rp 600 juta

Bagus Purwanto, Pemilik RM. Gur Pur Ayam Bakar


Kios bercat merah itu terlihat menyolok diantara kios-kios disekitarnya. Apalagi ditambah neon box berukuran besar bertuliskan Ayam Bakar Gus Pur dipasang depannya. Kios yang ada di depan perumahan Taman Raya ini terlihat  tak pernah sepi. Sejak tadi pengunjung datang dan pergi. Memesan ayam bakar yang empuk nan gurih racikan seorang pria bernama Bagus Purwanto.

Kini, Gus Pur, begitu ia biasa disapa, merasakan kesuksesan yang telah diperjuangkannya bertahun-tahun. Padahal dibalik perjalanan bisnisnya ini ada banyak duka juga penderitaan. Semuanya diawali ketika  ia ingin membuktikan bahwa bisnis itu tidak perlu modal. Selama 6 tahun, Gus memilih menjadi supplier kosmetik seperti sabun papaya, krem wajah dari Thailand. Saat itu ia memang membuktikan bahwa bisnis bisa dilakukan tanpa modal. Rupiah demi rupiah keuntungan di dapat Gus Pur.  Namun semuanya berubah seketika. Saat itu, bln Mei tahun 2006, pukul 05.55 WIB gempa bumi berkekuatan 5,9 skala Richter itu meluluhlantakkan toko-toko di pasar tradisional di Gunung Kidul. ''Pelanggan saya banyak di sana, grosiran kosmetik rata-rata di pasar tradisional di Gunung Kidul. Sejak gempa, satu-satu pelanggan tidak bisa membayar. Otomatis saya juga tidak bisa membayar pada produsen kosmetik. Dan saya harus menutupi itu. Hutang makin makin banyak. Total hutang di bank Rp 600 juta,'' kata Gus Pur mengenang awal kehancuran bisnisnya.
Saat itu juga kata pria kelahiran Solo 39 tahun lalu, ia pergi meninggalkan hutang.
Berdua dengan Murni, istrinya, meninggakan dua putranya yang masih balita bersama bude dan pakdenya menuju kota Tanjungpinang. ''Saya dengar jualan cabe merah dari Yogyakarta di Pinang menguntungkan. Saya pamit sama anak, 3 bulan akan pulang. Karena sudah saya hitung akan dapat untung dan bisa pulang bawa uang untung bayar utang,''kata Gus Pur di kiosnya.
Tapi ternyata prediksi Gus Pur meleset. Persaingan dan pasar yang sedikit membuat cabe-cabe yang dijual Gus Pur tidak menghasilkan untung. ''Banyak pedagang banting harga, yang akhirnya harga jual sama dengan harga modal. Daripada busuk mending terjual. Makanya di bulan ketiga saya bangkrut dan tidak punya uang lagi,''cerita Gus Pur.
Apapun dilakukan Gus Pur.  Ia pun berkeliling dari satu rumah ke rumah yang lain di Tanjungpinang. Mencari sere, kunyit atau daun salam yang tumbuh liar di depan rumah warga. ''Bumbu dapur itu saya bawa ke pasar. Dijual laku Rp 10 ribu-15 ribu. Uang segitu hanya cukup untuk makan. Padahal saya harus selesaikan utang di Jawa. Untung saja masih ada hape Erricson. Dan ada yang mau beli Rp200 ribu,''kata pria berkacamata ini.
Dengan uang itu juga Bagus Purwanto, pindah ke Batam. ''Waktu itu istri saya menemukan sebuah koran bekas. Yang memuat sebuah iklan yang isinya tentang kesempatan belajar dan mengajar di pondok pesantren Al Fateh di Nongsa,  Batam. Dengan fasilitas makan dan tempat tinggal gratis,''kenang Bagus.
Gus Pur pun  segera mengajak istrinya ke Batam. Dengan uang Rp 200 ribu, Gus Pur belanja beberapa kardus mie instan sebagai bekal hidup di Batam dan membayar ongkos taxi dari pelabuhan Telaga Punggur ke Nongsa.
Ternyata yang dimaksud makan gratis itu diberi beras saja. Lauk pauk cari sendiri. Gus Pur yang tak punya uang lagi, mulai mencari-cari pekerjaan yang menghasilkan uang. Ia pun ikut-ikutan warga sekitar yang mengumpulkan pasir-pasir yang ada di parit. Yang kemudian dijual pada supir-supir lori. ''Untuk makan istri saya memanfaatkan daun singkong yang tumbuh liar. Daunnya sampai habis dari atas sampai bawah. Hari ini dibuat bakwan, besok dibuat sayur oleh istri saya,''kata Gus Pur sambil tersenyum.
Tiga bulan juga Gus Pur tinggal di ponpes yang banyak dihuni penderita kelainan jiwa itu. Ia pun memilih pindah ke Mushola Al Ikhlas, tempat seorang kenalannya  di Taman Raya. Di mushola ini Gus Pur minta waktu seminggu tinggal dan makan di tempat ini. ''Pak Dul, yang juga penjaga mushola memberi kami tinggal disana. Dan disinilah, kami mulai mencari-cari pekerjaan lagi. Istri saya dapat kerjaan di rumah makan di rutan Baloi. Sedangkan saya melakukan apa saja yang bisa. Mulai dari tukang cuci mobil, ngajar ngaji, tukang pijat juga tukang bangunan. Kan ada ungkapan kalau sampai Batam belum ngaduk semen belum bisa sukses,''kata Gus Pur sambil tertawa.
Malam hari, Gus Pur tetap mengais rezeki. Ia jadi pegawai di warung tenda milik Pakde (yang juga Ketua RT di Taman Raya). Sejak pukul 17.00 hingga 02.00 malam, Gus Pur membantu Pakde. Setiap malam ia di gaji Rp 15 ribu.
Disinilah kata Gus Pur awal mula bisnis ayam bakarnya di mulai. "Waktu itu pakde dan bude menjual warung tendanya karena hendak pulang ke Jawa. Dengan uang pinjaman dari seorang teman sebesar Rp 7 juta, Gus Pur pun membeli warung tenda itu. ''Kami fokus jualan. Dan lama kelamaan kami sudah bisa mengirim uang untuk bayar hutang. Dan saya pun bisa pulang kampung sekadar menenggok anak-anak. Dulu saya pulang ke Jawa harus sembunyi-sembunyi dan tidak berani pulang ke rumah saya di Sukoharjo, Solo. Karena masih dicari-cari bank,'' kenang Gus Pur.
Kini warung tenda Gus Pur sudah menjadi kios-kios permanen berdiri di seberang perumahan Taman Raya. Makin banyak  dikenal orang karena cita rasa  ayam bakarnya yang mantap.
" Alhamdulliah, hutang-hutang di bank berangsur-angsur terbayar. Setahun yang lalu semua hutang terbayar. Saya pun lega dan kini kalau pulang kampung bisa langsung ke rumah, dan menjadi percaya diri. Saya juga bisa mengajak anak-anak muda di kampung saya untuk menjadi pegawai di tempat saya,''kata Gus Pur.
Diakui Gus Pur, selain berjualan, ia juga coba menjalankan bisnis online. Bisnis dengan menginvestasikan uang itu dijalanin Gus Pur beberapa waktu. ''Uangnya gak dapat, perhatian pada kedai juga berkurang. Makanya saya gak lagi ikutan bisnis trading atau bisnis tanamkan uang itu. Karena bisnis ini juga, kios cabang kedua ayam bakar Gus Pur di Batu Besar tutup. Sekarang hanya satu yang Taman Raya. Kalau yang di Angkringan Mega Legenda tutup sementara. Minggu depan buka lagi,''kata Gus Pur yang sedang menyiapkan konsep ayam bakar oleh-oleh dengan cara online. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar