Selasa, 09 April 2013

Spesialis Motivator Wirausaha Wong Cilik



Riginoto Wijaya, Motivator Entrepreneur di Batam

Keinginannya hanya satu membantu wong cilik menjadi seorang wirausahawan. Ia rela mencontohkannya
dengan menjadi penjual smoothie.

Beberapa lembar flyer diambil dari dashboard mobil Avanzanya. Flyer kuning bergambar buah-buahan itu
terlihat sangat menarik. Sebuah tulisan smoothie hut berukuran besar menempel di gelas yang hanya dibuat
dari garis-garis melengkung.

''Ini yang desain anak saya Yoseph Kurniawan. Dia memang sekolah desain grafis. Sekarang dia juga berbisnis selain ngajar. Bahkan dia juga motivator entrepreneur remaja. Saya juga nggak tahu menurunkan bakatdari siapa. Karena dia lebih dulu jadi entrepreneur. Saya justru belajar dari anak saya ini,'' kata Riginoto Wijaya, seorang motivator entrepreneur di Batam.

Flyer smoothie hasil karya anaknya itu memang menjadi bawaan wajib Riginoto Wijaya, kemana saja ia pergi. Flyer ini menjadi alat promosi Riginoto mengenalkan smoothie, minuman pencegah kanker yang diproduksinya sendiri bersama Lili, istrinya.

Secara kebetulan, siang itu Riginoto bertemu enam orang alumni Batam Pos Entrepreneur School yang sedang menggelar sharing bisnis di Kopi Tiam Pak Ngah di Penuin. Ia pun membagikan satu per satu flyer itu pada mantan murid-muridnya. ''Dulu saya manager, sekarang operator. Karena menjadi
pembuat smoothie,''canda Riginoto.

Karena itu, kata Riginoto, sekarang setiap kali menjadi pembicara tidak lagi bicara teori saja. ''Saya bisa menerangkan dengan riil. Dengan mencontohkan bisnis smoothie yang sudah saya kerjakan 4 bulan ini,'' kata
Rigininoto. Menjadi seorang motivator entrepreneur juga tak terfikir sebelumnya oleh Riginoto. Sebagai seorang sarjana fisika teknik Institut Teknologi Bandung (ITB) tahun 1974, Riginoto terbiasa menciptakan perangkat-perangkat teknologi.

Apalagi bekerja di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sejak 1968 sampai tahun 1991, membuat
seorang Riginoto lebih paham membuat benda-benda seperti alat monitor cardiograph, denyut jantung, alat
alutsista seperti kalkulator pemosisi elevasi dan kordinat meriam terhadap target sasaran, alat deteksi kapal selam di bawah air dengan monitor pola suara mesin kapal(spectrum suara), alat kendali otomatis bendung irigasi untuk sawah di Cirebon, remote terminal unit dengan mikroprosesor, alat tes loudspeaker tone burst generator juga alat kendali pengukuran otomatis spectrophotometer.

''Itu semua kami buat sendiri. Timnya banyak ada 300-an orang,'' kata pria kelahiran Cirebon 8 Februari 1948 itu. Riginoto mengaku, bekerja selama 23 tahun di LIPI hanya berharap uang pensiun. Ia rela menerima gaji pokok Rp161 ribu per bulan. Plus tunjangan jabatan struktural, tunjangan penelitian dan lain-lain. Menjadi sekitar Rp400 ribu per bulannya.

''Makanya saya nggak sarankan dua anak saya jadi pegawai negeri. Anak pertama saya Yosias Nugroho, justru memilih jadi pendeta GKI Serpong. Anak kedua saya, Yoseph Kurniawan, yang sesuai dengan harapan saya. Selain menjadi guru, dia juga memiliki bisnis sendiri. Memang sebaiknya begitu. Lebih baik berbisnis. Tidak akan dapat apa-apa kalau hanya berharap aman hidup karena ada uang pensiun,''
kata Riginoto.

Riginoto pun akhirnya keluar dari LIPI dan pindah ke PT Astra Internasional di Jakarta dari tahun 1991 hingga tahun 2003 dengan jabatan terakhir manajer produksi. ''Di Astra saya sudah mulai memberi konsultasi business process engineering, juga supply chain management. Bahkan saya menjadi manajer produksi asli Indonesia dengan top management orang Amerika,'' kenang Riginoto.

Keinginan menjadi entrepreneur muncul saat usia kerja di Astra 12 tahun. ''Saya resign dan ingin jadi entrepreneur,'' kata Riginoto yang juga menjadi dosen Universitas Internasional Batam (UIB). Waktu itu, kata Riginoto, ia mengirim SMS ke Hermawan Kartajaya, motivator wirausaha. ''Saya dapat nomornya dari seorang kawan, saya infokan ke beliau bahwa saya baru saja bergabung dengan Indonesia Marketing
Association (IMA) Batam,'' kata Riginoto.

Yang menarik ketika komunikasi dengan Hermawan, kata Riginoto, yaitu saat ia bertanya soal umurnya yang
sudah senja (52 tahun). ''Saya ragu, masih bisakah beralih profesi jadi marketer. Lalu beliau bilang gak ada yang terlambat, saya diminta lihat Perdana Menteri Malaysia, Mahatir Mohamad yang karirnya dimulai di atas 60 tahun. Itulah yg memberi saya semangat besar,'' tutur pria yang menjabat sebagai President Chapter di IMA Chapter Kepri.

Riginoto kemudian mengingat Kolonel Sander yang membawa Kentucky Fried Chicken berjaya di usianya
yang ke-65 tahun. ''Jadi tidak ada kata terlalu tua untuk memulai sesuatu. Dan buktinya saya bisa. Bagi saya
hidup kini bagaikan paruh waktu kedua setelah babak pertama selesai,'' tutur Riginoto yang tetap terlihat energik walau rambutnya sudah memutih.

Riginoto juga melihat prospek bidang entrepreneur lebih menjanjikan dibandingkan bidang eksakta. ''Kalau
di luar negeri seperti di Amerika, seorang peneliti, penghasilannya besar. Kalau di sini menulis eksakta tak
ada yang baca. Tapi coba nulis motivasi bisnis, banyakyang suka. Itulah yang membuat saya ganti haluan,'' jelas Riginoto.

Waktu itu, kata Riginoto, IMA Batam tidak aktif, lalu ia mengusulkan agar dilakukan reorganisasi dan ia pun
dipercaya menjadi presiden dan mulai menghidupkan kembali roda aktivitas IMA. ''Berbagai program sudah
dijalankan. Seperti membuat seminar marketing dua bulan sekali dan alhamdulillah berjalan sesuai rencana
selama dua tahun berturut-turut,'' jelas Riginoto dengan bangga.

Kata Riginoto, ia berharap suatu saat nanti, ada gedung khusus sebagai pusat pembinaan entrepreneur yang bisadipakai sepuluh 10 tahun ke depan dan bisa dibanggakan. ''Nantinya tempat itu jadi pusat pelatihan, konsultasi, dan sekaligus gerai bisnis terpadu,'' kata Riginoto. Untuk mencapai itu, kata Riginoto, ia melakukan kegiatan entrepreneur wong cilik. Memberi pelatihan, memberi motivasi juga membuat rubrik khusus di koran Posmetro Batam, namanya entrepreneur wong cilik (ewoci).

''Responnya bagus. Banyak yang bertanya cara memiliki usaha. Kebanyakan dari Batuaji. Bahkan lucunya ada yang curhat ingin bunuh diri. Padahal maksud judul tulisan saya itu kalau tidak melakukan aksi, maka bisnis akan mati,'' cerita Riginoto terkekeh.

Melalui bisnis smoothienya, Riginoto juga ingin memperlihatkan bahwa bisnis itu bertumbuh dari kecil secara
evolusi. ''Saya ingin memberi contoh cara kelola bisnis ini buat wong cilik yang mau jadi wong gede. Karena bisnis ini mengungkap hal rinci tentang kelola uang, kelola produksi, kelola pasar dan kelola sumber daya manusia,'' kata Riginoto.

Selain itu, sejak tahun 2009, Riginoto juga ikut mengajar marketing di Batam Pos Entrepreneur School sampai angkatan 8. Kemudian ia juga memberikan motivasi entrepreneur di PT Panasonic, UIB, pelatihan UMKM Pemko, Pemprov Kepri, juga inisiatif sendiri di Kelurahan Tanjunguma, juga di tempat tinggalnya di Taman Kota Baloi A4 No 9, Batam.

''Ilmu marketing saya memang didapat dengan cara autodidak. Berguru dari Pak Hermawan Kartajaya, baca
buku-bukunya dan ikut seminarnya,'' kata Riginoto, yang juga direktur utama PT Sehati Mitra Sukses, perusahaan miliknya yang bergeral di bidang jasa konsultasi maketing.

Jika dihitung-hitung, sudah tujuh tahun juga, Riginoto berkiprah di bidang marketing. ''Kalau dipilah-pilah, saya aktif menjadi motivator marketing empat tahun. Kalau pure entrepreneur baru tiga tahunan, tapi bukan sebagai praktisi. Praktisi real baru empat bulan. Tapi hasil sudah ada, revenue sekitar Rp20 juta-Rp25 juta di Maret 2013 ini.

Saya sudah beli satu kulkas juga satu blender lagi. Juga permintaan naik. Sekarang order satu hari sampai
95 gelas. Dulu 70 gelas,'' kata Riginoto. Setiap kali memotivasi, Riginoto selalu mengatakan bahwa setiap insan punya hak sukses meningkatkannasib dan rezekinya, asal niatnya dibangkitkan, yakin
berhasil dan tekun berjuang. ''Makanya banyak yang terbakar semangatnya. Dan mulai berbisnis,'' kata Riginotoyang sudah memiliki ratusan murid. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar