Senin, 02 September 2013

Unik Listriani, desainer kebaya di Batam



Ingin Ajar Narapidana Bikin Kebaya

Kebaya pengantin berwarna putih tulang itu ada di pangkuannya. Dirabanya les Perancis (brokat Perancis) yang sudah terpasang menyatu, seolah-olah menjadi bagian dari kain kebaya itu. Dari wajahnya terlihat rasa puas. Sudah berhari-hari, bahkan berminggu-minggu, Unik Listriani, desainer kebaya di Batam ini berkutat dengan kebaya pengantin yang harus diselesaikan bulan Juni ini. ‘’Ini yang membuat kebayanya mahal. Karena dibuat dengan banyak detail. Pertama harus ditata dulu, terus dipentul, dijelujur, ditindes dengan bordir setelah itu dipayet,’’ kata Unik di ruang kerjanya di Ebony Salon & spa, Tiban BTN Blok A Nomor 4.

Bagi Unik, kebaya rancangannya harus terlihat luwes. ‘’Luwes itu maksudnya, tempelan-tempelan motif-motif kain bordir yang diambil dari kain bordir lainnya tidak terlihat. Coba lihat ini seperti menyatu dengan kain dasarnya kan,’’ kata Unik, sambil memperlihatkan baju pengantin yang sudah ditempeli bunga bordir.
Menata lalu memilih bentuk-bentuk bordiran, diakui Unikbutuh waktu. Karena bisa berkali-kali mengubah letaknya. Seperti siang itu, lantai di ruang kerja Unik, berserakan kain-kain bordir yang sebagian motif bunga-bunganya sudah diguntingi. Sebagian lagi, sudah terpasang pada selembar kain brokat. Dan masih diberi jarum pentul.
Dalam sebulan, Unik bisa membuat dua baju kebaya. ‘’Itu belum dipasangi payet. Kalau lengkap dengan payetnya, butuh  waktu 2 bulan,’’ kata Unik yang belajar secara otodidak.
Berawal dari keinginan untuk melengkapi koleksi baju pengantin di salonnya, Unik membuat sendiri kebayakebaya pengantin itu. Sekitar tahun 2005, Unik memberanikan diri mendesain kebaya. ‘’Awalnya disewa saja.
Lama kelamaan, ada yang minta dibuatkan baju pengantin untuk kenang-kenangan,’’ cerita Unik.
Sejak itu Unik mulai membuat kebaya-kebaya untuk akad nikah dan kebaya resepsi. ‘’Desain kebaya nikah
simpel. Kebaya resepsi lebih glamour karena banyak memakai payet,’’ kata wanita asal Semarang ini.
Delapan tahun lalu, satu stel kebaya pengantin rancangan Unik dijual dengan harga Rp500 ribu. Kini, rata-rata harga sebuah kebaya pengantin dijualnya, Rp3juta-Rp7 juta. ‘’Yang paling mahal itu dipesan seorang Polwan. Warna kebaya pengantinnya dusty pink kombinasi hijau. Full ekor, ada batu swarosky, juga payet-payet. Kebaya itu dipakai di Lampung, tempat resepsi pernikahannya,’’ tutur Unik senang.
Pemesan kebaya-kebaya pengantin rancangan Unik ini kebanyakan dari Natuna, Karimun, juga Tanjungpinang.
Diakui Unik, ia sempat kaget, ternyata hasil rancangannya diketahui hingga ke pulau-pulau. ‘’Sepertinya
infonya dari mulut ke mulut. Saya saja nggak nyangka, sewaktu mereka datang ke sini. Katanya tinggal di Natukiprah na. Yang paling banyak dari Karimun,’’ kata Unik dengan logat Jawanya yang kental.
Kini sudah 100-an lebih rancangan kebaya Unik.
‘’Sekarang yang tersisa yang ada di butik saja. Kebanyakan sudah dijual. Biasanya rancangan lama, karena saya selalu buat lagi yang baru. Karena model kebaya pun selalu berkembang,’’ kata istri dari Irsal Zeda, Pegawai Badan Pertanahan di Tanjungpinang.
Walau sibuk membuat kebaya, Unik masih tetap merias pengantin. Seperti siang itu, banyak tamu yang datang juga dering telepon tak berhenti. Semuanya minta dirias pengantin.
Dua puluh tahun lamanya, Unik membangun Ebony Salon. Berawal dari satu kaca di ruang tamu di rumahnya
di Tiban BTN, kini ia sudah membangun sebuah salon lengkap dengan spa dan butik kebaya. ‘’Ini semua proses.
Nggak langsung bisa mendirikan bangunan sebesar ini. Ruang kerja saya aja baru saja direnovasi setelah pulang dari Eropa tahun lalu,’’ kata Unik yang mendesain ruang kerja dan butiknya ala Vintage Style seperti di Belanda.
Sebagai ibu tiga orang anak perempuan, Unik merasa harus tetap mengembangkan potensi diri walau hanya di rumah. Tahun 1993, Unik membuka salon, hanya dengan 1 kaca di ruang tamunya. Tahun 1997, Unik sudah mulai bisa merias pengantin. Dan tahun 2003, unik mulai menerima pesanan kebaya. Sampai
sekarang, Unik terus belajar agar rancangannya semakin bagus. Bahkan ia memimpikan suatu saat bisa membuat pagelaran busana hasil rancangannya.
‘’Saya kepengen koleksi-koleksi saya itu dipamerkan sekaligus juga menampilkan gaun rancangan terbaru
dari saya,’’ kata wanita yang kini berusia 51 tahun.
Baru-baru ini Unik menampilkan sepuluh kebaya rancangannya saat Talk Show yang diadakan Hijabersmom
di Harmoni One, minggu lalu. Unik dibantu Dinda, putrinya, merias seluruh model sejak pagi hari. ‘’Itu Dinda semua yang pasangin kerudung model. Dia memang telaten,’’ kata Unik.
Satu prinsipnya,dalam mencipta sebuah baju kebaya yaitu, tidak ada bahan terbuang. Unik bisa membuat
korsase-korsase dari sisa-sisa kain. Ia pun menunjukkan gambar dari ponselnya. Sebuah baju berwarna merah milik seorang ibu Bhayangkara dibuat Unik menjadi mewah. Ada penambahan aksen korsase (bunga-bunga) dari kuncup hingga berkembang pada bagian dada baju itu.
‘’Tadinya baju itu polos tanpa aksesoris. Karena masih ada sisa kain, saya buatkan korsase. Gak ada loh, korsase dijual di toko,’’ kata Unik.
Agar bisa memenuhi pesanan kebaya, Unik dibantu dua orang tukang potong, tujuh orang penjahit (tiga di
antaranya tenaga lepas), enam orang pemasang payet. ‘’Saya berdayakan ibu-ibu rumah tangga di ruli di dekat DC Mall. Saya tawari dulu, kalau mau saya ajarin,’’ kata Unik.
Sampai sekarang, Unik mengaku belum memenuhi janjinya untuk mengajari para narapidana. ‘’Saya sudah
dapat izin. Tapi belum ada waktu saja. Saya ingin sekali berdayakan mereka. Daripada termenung menghitung hari di balik jeruji, lebih baik berkarya dan bisa menghasilkan uang. Kira-kira 4-5 kali pertemuan saja, mereka sudah bisa kok,’’ kata Unik.
Uni mengaku, sudah mulai mempersiapkan salah satu putrinya untuk meneruskan bisnisnya ini. Dinda, anak
keduanya sudah dikursuskan sekolah Modiste di Semarang.
‘’Kelihatan Dinda yang paling telaten dibanding kakak dan adiknya. Eyangnya saja pernah dibuatin baju
kurung, walau ada yang salah tapi masih enak dipakai,’’
cerita Unik.
Dinda, diakui Unik sempat protes karena dia tidak bisa bekerja sesuai dengan ilmunya. Dinda adalah sarjana
teknik industri dari Universitas Diponegoro, Semarang.
‘’Saya pun menyakinkan dia, tidak ada yang sia-sia. Ilmunya juga akan terpakai,’’ kata Unik. Anak
sulungnya, Anin, walau memilih menjadi PNS di Pemko Batam, juga sering dilibatkan sebagai model baju-baju kebaya rancangannya. Termasuk Atika, putri bungsunya, walau agak jarang karena sedang kuliah di Universitas  Parahyangan, Bandung. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar