Sabtu, 18 Januari 2014

Kelamaan Ditinggal, Dilupakan Anak-anak

Ustadz Luqman Rifai, Pendamping haji dan umroh

Selembar kain ihram berwarna putih itu dililitkan perlahan menutupi pinggang hingga mata kakinya. Mirip seperti memakai sarung pada umumnya. Selesai cara pertama, ia mencontohkan lagi cara pemakaian ihram kedua.  Puluhan jamaah haji plus Zulindo yang ada di dalam ruangan itu pun memperhatikan dengan sungguh-sungguh. Hening sejenak saja, namun tak lama kembali terdengar suara-suara.  ''Ulang lagi ustadz. Ulang lagi,''kata jamaah haji serempak.


Luqman Rifai, ustadz pembimbing haji dan umroh Zulindo Tour and service ini kembali membuka ihram yang sudah terpasang di tubuhnya. Dengan sabar dan senyum yang tetap mengembang,  Luqman menjelaskan kembali. ''Jadi ini adalah dua cara memakai ihram yang aman. Walau kita melangkah, tetap tertutup rapat dan tidak  lepas, '' jelas Luqman Rifai, saat manasik haji plus Zulindo beberapa waktu lalu di Pusat Informasi Haji, Batam Center.

Dua minggu mendatang, tepatnya tanggal 7 Oktober 2013, Luqman akan berangkat ke tanah suci Mekah mendampingi 54 jamaah haji Zulindo.       
Baginya, mendampingi jamaah haji atau umroh sama juga dengan dakwah. Hanya yang membedakan ia tidak memberi tausiyah seperti umumnya. ''Dengan saya memberi tahu sesuatu yang tidak diketahui jamaah itu juga dakwah. Apalagi yang saya layani ini tamu Allah,''kata alumni Ma'had Aly Ilmu Fiqh Salafiyah Syafiiyah Situbondo Jawa Timur Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah pimpinan alm. KHR. Ach. Fawaid As’ad di Sukorejo, Situbondo.

Menjadi seorang pendakwah adalah keinginan pria kelahiran Jember 36 tahun lalu ini. Ia pun memilih mondok, menjadi santri. Tepat tahun 1998, Luqman diberi tugas oleh KHR. Ach. Fawaid As’ad ke Batam. ''Saya ditugaskan di Yayasan Nuruddiniyah Batam. Dulu, yayasan ini adalah pusat pendidikan dan dakwah Islam di Batam. Waktu itu belum banyak masjid dan ormas-ormas Islam. Zaman itu, hampir semua karyawan pete belajar disini. Makanya disebut pesantren karyawan," kata pria bertubuh subur ini.
Hingga tahun 1999, Luqman masih mengajar agama. Rata-rata yang mengaji sampai 30an  orang. Tapi khusus malam minggu, bisa mencapai 100 orang. Satu tahun juga Luqman mengadikan dirinya untuk dakwah di Batam, setelah itu ia pulang ke kampung halaman untuk menyelesaikan kuliahnya. ''Waktu kesini saya masih semester 6. Saya sudah mulai ceramah agama juga ngajar ngaji,''kata Luqman.

Tepat tahun 2000, setelah menyelesaikan kuliah S1 Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Ibrahimy Situbondo Jawa Timur,  Luqman kembali ke Batam. Ia pun mengabdikan dirinya ke yayasan Al Mujahidin di kelurahan Duriangkang, Seibeduk. '' Tadinya hanya mengelola masjid Al Muhajirin. Tapi karena ada lahan luas milik masyarakat di dekat masjid, saya bersama pengurus yayasan mencoba mengembangkannya jadi tempat pendidikan Al Quran juga sekolah dasar. Tahun ini sudah ada siswa kelas. enamnya. Gak terasa sudah enam tahun yayasan ini berdiri,'''tutur Luqman.
Tugasnya lebih pada merekrut guru juga sdm lainnya, mengontrol kegiatan belajar mengajar, juga mengatur manajemen sekolah. Saat ini  siswa TPQ sudah 100 orang, siswa SD  219 orang. ''Istri saya, Risnawati juga menjadi pengajar di TPQ, kata Luqman.
Berbagai kegiatan dakwah juga dilakukan Luqman bersama yayasan Al Mujahidin ini. Seperti Sabtu lalu, mereka mengundang ustadz  Arifin Ilham, ketua majelis zikir Jakarta, untuk mengisi kegiatan  zikir akbar. ''Kegiatan ini untuk mendinginkan suasana yang saat ini lagi panas-panasnya. Juga untuk keselamatan bangsa. Kami  targetkan 5000 an orang hadir di masjid Al Mujahidin,''jelas Luqman. Sebelumnya, di tahun 2010, AA. Gym juga pernah dihadirkan Luqman dan teman-teman dari yayasan Al Mujahidin. 
Suatu kali, Luqman dikenalkan oleh H. Saidul Khudri,  pemilik yayasan Nuruddiniyah Batam pada H. M. Kamsa Bakri, pemilik Zulindo tour and travel. ''Saya waktu itu dapat hadiah dari yayasan Nuruddiniyah untuk umroh. Saat itu, saya dipesankan oleh pak Kamsa untuk belajar, karena akan dijadikan pembimbing haji dan umroh,''kenang Luqman.
Tepat tahun 2004, Luqman  mulai menjadi pembimbing tetap jamaah haji dan umroh Zulindo. 
''Saya yang waktu itu masih mengajar di politehnik juga  SMK Multi studi, untuk mata pelajaran pendidikan agama Islam, sering gak masuk. Ninggalin kampus, juga tidak bisa mengisi jadwal rutin ceramah di BCA, pertamina, OB, juga bank Riau,''kata Luqman.
Karena mendampingi jamaah haji dan umroh juga  seperti dakwah, Luqman pun memantapkan hati untuk meninggalkan semuanya. ''Disini saya juga memberi tausiah, menunjukkan mana yg benar dan salah. Bahkan saya juga belajar menjadi orang yang sabar. Karena selalu ada ribuan orang yang  saya hadapi. Dengan memberi layanan pada jamaah haji dan umroh itu menjadi sebuah kemulian bagi saya. Ini sama dengan moto Kantor Kementerian Haji Arab Saudi,''jelas Luqman.
Luqman pun selalu ingat Allah ketika menghadapi jamaah yang sedang emosi. ''Kita harus ingat bahwa ini tamu Allah. Jadi muliakan tamunya. Layanilah dengan sebaik-baiknya,''kata Luqman yang sudah 47 kali umroh dan  2 kali berhaji.
Ternyata pilihannya ini juga  membuat dirinya khawatir. Ia yang baru dua tahun menikah mulai merasa tidak tega meninggalkan istri dan anaknya. ''Kadang sampai 20 hari  ditinggal di rumah. Pernah suatu kali, saya tinggal di Jeddah sampai  27 hari. Karena saat itu,  jamaah umroh Zulindo datang nonstop. Dan ketika saya pulang ke rumah, anak kedua saya, Nafisa Tazkiyatan Nufus Rifai (5) sampe gak kenal. Dia takut, nangis sewaktu saya gendong. Memang dia sejak dalam kandungan  sudah sering ditinggal,''cerita Luqman.
Sekarang, setiap kali Luqman bepergian lebih dari 10 hari putri pertamanya, Najwa Mahdiyyah Rifai (7) selalu menelpon.
Risiko memang diakui Luqman pasti ada. Tapi ia berprinsip siapa yang menolong agama Allah, makan Allah akan menolong kita. ''Saya selalu memberi keyakinan pada jamaah ketika akan memulai perjalanan, bahwa  kita ini adalah tamu Allah. Jika kita menjadi  tamu yang baik, Allah akan menjamu dengan baik. Pastilah ada kekhawatiran. Kita terbang 9 jam, bawa beban 9 ton. Tapi ya kembalikan saja pada  keyakinan tadi. Kita datang ini bukan untuk memenuhi undangan dari Gubernur atau  raja. Tapi undangan dari Allah. Maka dari itu yakini saja, kita akan dilindungi selama perjalan hingga tiba di rumahnya,''kata Luqman.

Tak heran, jika setiap kali diatas pesawat, Luqman bisa tidur nyenyak. ''Dulu awal-awal 1-2 tahun, saya punya penyakit tidak bisa tidur diperjalanan. Tapi tahun ketiga, saya mulai kepikiran. Dan mengubah pola pikir. Saya harus istirahat saat dijalan. Karena ini kesempatan saya untuk istirahat. Gak lucu, kalau saya, sebagai pembimbingnya  yang pingsan. Biasanya kalau sudah sampe, akan banyak yang dikerjakan. Bahkan saat jamaah istirahat, kita masih ngurusin masalah lain. Kadang kopor gak ketemu, kita juga yang cari kuncinya, kloset macet juga harus kita yang uruskan. Karena hanya kita yang bisa berdialog dengan orang sana. Makanya saya mulai biasakan tidur saat diatas pesawat. Saya pasrah saja,''kata ustadz yang tinggal di perum GMP blok K no 73, Batuaji.

Tak hanya masalah jamaah, Luqman juga harus siap menghadapi orang Arab yang sering membatalkan transportasi juga akomodasi  secara mendadak. ''Pernah dicancel mendadak. Kadang tidak tepat waktu. Ini yang sering terjadi disana. Syukurlah Zulindo punya  handling yg cukup kuat. Handling itu, orang Indonesia yang sudah lama di sana. Mereka ini yang  menbackup jika terjadi hal-hal seperti itu. Termasuk juga akomodasi, Zulindo selalu diprioritaskan. Karena tiap tahun selalu bawa 3000 jamaah,''jelas Luqman lagi. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar