Salsabilah, si bayi jompo. Begitulah kelakar nenek Ana yang merawat bayi
perempuan ini, Selasa (22/5) saat syukuran 40 harinya. Julukan itu
diberikan karena sejak lahir, Salsabilah yang saat itu berusia 3 hari
dirawat di panti jompo. "Saya terpaksa menitipkan di sini. Karena di
panti, sering dijahilin kakak-kakaknya,"kata Su'aidah Hajar pemilik
panti asuhan Assakinah Anwarah dan panti jompo Anisa Umul Qhoirot ini
di Bengkong.
Salsabilah adalah satu dari tiga bayi baru lahir yang diberikan pada
Su'aidah. Dua bayi lain, kini sudah besar. Rayhan yang dulu diantar ke
panti umur 8 bulan sekarang sudah 5 tahun. Sedangkan Zahra sudah 1,5
tahun, dulu bocah berwajah imut ini diserahkan ke panti oleh keluarganya
saat umurnya masih 3 hari.
"Kalau Salsabila, sewaktu bunda baru pulang umroh. Ini rezeki dari
Allah. Ibunya Salsabilah sakit. Sekarang udah dibawa pulang ke
kampungnya di Jawa. Neneknya si bayi yang ngasih ke bunda,"kata Suaidah.
Salsabilah lahir prematur. "Waktu lahir beratnya 1,4 kg. Sekarang sudah 3
kg,"kata Ana, nenek yang selalu menjaga Salsabila. Siang itu,
Salsabilah yang dipakaikan rok terusan putih tanpa lengan itu masih
terlihat kecil dan kurus. Ia tertidur pulas dipangkuan Rosna. Tidurnya
tak terganggu ketika nenek-nenek di panti jompo membaca sholawat. Hari
itu, adalah hari spesial untuk bayi berhidung mancung ini. Umurnya genap
40 hari, tali pusarnya juga sudah lepas. Su'aidah juga sudah
mengkhitankan anak asuhnya ini.
Sejak dibawa kesini, Salsabilah tak pernah lepas dari tangan Rosna,
wanita lansia asal Sumatra Barat itu. "Kalo di pegang orang lain
Salsabilah rewel. Sekarang saja saya harus begadang dari jam 12 malam
sampai pagi,"kata Rosna.
Ada sekitar 25 anak yang diasuh Su'aidah. Mereka tinggal di rumah
tingkat tiga di kawasan Bengkong Polisi no 45. Untuk membantu merawat
anak-anak tersebut, Su'aidah mempekerjakan dua orang wanita. Umi
bertugas mengurus anak-anak, Dariman memasak. Su'aidah juga mengajak
Habibi, putra bungsunya membantu mengurus panti.
Sejak tahun 1998, Su'aidah merekrut anak-anak jalanan untuk dididik di
panti asuhan. Selain itu ia juga sering kedatangan orangtua atau
keluarga si bayi yang ingin anak-anak atau cucunya diasuh. "Ada yang
sudah yatim piatu, ada juga yang diserahkan karena ibunya si bayi hilang
ingatan setelah jadi TKW di Malaysia, tapi banyak juga yang diantar
karena keluarganya tidak mampu," kata wanita yang sering diundang
sebagai pembaca Al Quran.
Anak-anak yang diberikan pada Su'aidah usianya juga beragam. Tapi
sekarang Su'aidah hanya menerima anak-anak usia 3-4 tahun saja. "Mudah
mendidik anak-anak usia balita. Kalo yang besar sudah susah diatur,"kata
wanita asal Sumatra Barat ini.
Lia, putri kedua Su'aidah yang selama ini mengurus anak-anak panti, juga
merasakan hal yang sama. "Bayi dan anak-anak mudah ngurusnya.
Alhamdulilah, bayi-bayi yang dititipkan disini tidak rewel. Mereka tetap
tenang walau diletakkan di tempat tidur. Mereka juga tidak selalu minta
digendong. Sepertinya anak-anak ini tahu keadaannya,"kata wanita yang
sedang hamil 6 bulan ini.
Su'aidah juga menyekolahkan anak-anak. Tak heran kalau anak-anak di
panti ada yang tidak mau kembali ke keluarganya. "Biasanya setelah
dibawa balek ke kampung, ngak sekolah lagi. Ada yang disuruh kerja, atau
mengurus sawah,"kata Su'aidah dengan suara lirih.
Seperti Yahya, bocah laki-laki yang dirawat di panti asuhan sejak bayi
ini tidak lagi sekolah. "Saya dapat kabar kalau Yahya kerja di sawah.
Padahal kalau msih terus sekolah, seharusnya dia itu sudah kelas 5,"kata
wanita yang sering menemani jamaah umroh Zulindo .
Aa' juga mengalami hal serupa. Ia menjadi putus sekolah sejak diambil
tetehnya dari panti. "Dia sering telpon saya minta dijemput. Katanya dia
kepengen tinggal dengan teman-teman di panti,"kata Su'aidah.
Rata-rata, anak-anak yang sudah agak besar diambil lagi keluarganya.
"Ada yang sudah pulang ke Jambi, Jawa juga Bandung. Biasanya mereka
disuruh kerja. Kadang saya melarang, tapi kadang pihak keluarga memaksa
mengajak pulang,"kata Su'aidah.
Sering juga kata Lia, anak-anak yang sudah disekolahkan diambil lagi
keluarganya. "Ada yang datang dan mohon izin. Tapi ada juga yang dibawa
kabur. Awalnya diajak jalan-jalan. Tapi ngak dipulangin lagi. Biasanya
saya tidak dirumah atau lagi umroh. Makanya mereka berani,"kata Su'aidah
di panti jompo Anisa Umul Qhoirot binaannya di Bengkong.
Bagaimana Su'aidah menghidupi anak-anak panti asuhan itu?
"Ada aja rezekinya. Selain itu saya kan juga dagang baju muslim juga
perlengkapan umroh dan haji. Dagangannya ada di lantai 3 panti
asuhan,"kata Su'aidah yang juga menjadi pengumpul jamaah umroh Zulindo.
Salsabilah, bayi yang belum genap 2 bulan ini saja, selalu kebanjiran
rezeki. Di panti jompo itu, ada kursi goyang bayi, tempat tidur,
baju-baju juga makanan bayi pemberian orang. "Ada saja yang mengantarkan
kesini. Bahkan ada yang memberikan seperangkat perhiasan untuk
Salsabilah. Orang itu diterima kerja, dia bernazar akan memberi seluruh
perhiasannya untuk Salsabilah,"cerita Su'aidah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar