Sekolah Bhineka Nusantara, Yayasan Multazam
Azan Magrib tanda berbuka puasa masih dua jam lagi. Namun siswa sekolah
Bhineka Nusantara sudah mulai berdatangan. Mereka mengenakan baju melayu
berwarna hijau muda. Rata-rata menenteng bungkusan plastik berisi nasi.
Di depan jalan masuk sekolah yang tak berpintu itu, Soleh, pendiri
sekolah Bhineka Nusantara menyapa siswa-siswanya yang baru datang.
''Ayo masuk nak, langsung ke ruangan,''sapa Soleh pada 4 orang siswi berkerudung.
Sore itu, Soleh mengajak siswa-siswinya buka puasa bersama. ''Sekalian
menutup kegiatan belajar selama bulan Ramadan. Kita makan
bersama-sama,''kata Soleh yang sudah mendirikan sekolah Bhineka
Nusantara sejak tahun 1999.
SMP Bhineka Nusantara adalah sekolah menengah pertama di Tanjungpiayu.
Berawal dari satu lokal, menyewa ruko di perumahan Griyatama. Siswa
pertamanya berjumlah 38 orang. Tiga tahun disana, Soleh pindah lagi ke
pancur. Hanya enam bulan saja. Tepat tahun 2002, pengajuan lahan untuk
mendirikan sekolah di setujui BP Kawasan. Kini sekolah Bhineka Nusantara
dibawah Yayasan Multazam berdiri diatas lahan 4000 meter persegi. Yang
sekelilinginya adalah rumah liar. Bahkan sekitar 75 m dari gedung
sekolah berdiri tower Sutet (saluran udara tegangan ekstra tinggi).
''Alhamdulillah sampai sekarang tidak ada pengaruh apa-apa. Lokasinya
juga agak jauh,'' kata Soleh.
Sekolah yang didirikan Soleh ini menjadi harapan. Disaat biaya sekolah
mahal, Soleh hanya membebankan SPP Rp50 ribu perbulan. ''Disini banyak
anaknya roda tiga alias pemulung. Anak-anak ketururan Tionghoa juga
banyak. Karena diseberang sini dulu di dam duri angkang ada perkampungan
China. Tapi sekarang sudah dipindahkan ke Dapur 12.. Jumlah anak-anak
China itu sekitar 30 persen,''tutur Soleh yang juga dosen Sekolah Tinggi
Keguruan dan Ilmu pendidikan Al Fayed..
Orangtua China diakui Soleh, lebih perhatian pada anak-anaknya. ''Coba
lihat itu, kalau orangtua China mengantar anaknya sampai kedalam
sekolah. Kalau anak-anak kita biasanya diturunkan di tepi jalan,''kata
Soleh sambil menunjuk seorang wanita China mengonjeng anak laki-lakinya.
Bagi Soleh, pendirian sekolah ini untuk membantu anak-anak dari keluarga
menengah kebawah. Karena itu Soleh tak terlalu membebani biaya sekolah.
Untuk siswa baru, uang pendaftaran SMP Rp425 ribu sudah termasuk baju
melayu dan baju olahraga), SD hanya Rp 540. ''Kami juga sudah mulai
ajak kerjasama teman untuk menjualkan baju putih biru dan bisa
dicicil,'' kata Daeng masse're, Kepala Sekolah SMP Bhineka Nusantara.
Walau dengan segala kekurangan, SD Bhineka Nusantara sudah punya 5
lokal. SMP 3 lokal dan 1 kantor. Saat ini kantor SD masih menumpang di
kantor SMP.
''Ada beberapa pihak yang menjadi donatur sekolah ini. Yang rutin sejak
awal Yayasan Anak Bangsa milik Sri Soedarsono juga Lembaga Amil Zakat
Masjid Raya Batam (LAZ MRB). Lapangan olahraganya dibantu Sekolah Tinggi
Teknik Singapura. Dibuatkan tiang basket, tiang voli, juga ngecat
lokal,'' kata Soleh sambil menunjukkan lapangan yang sudah di semen.
Murid SD Bhineka Nusantara sekarang 140 orang, SMP 54 anak. Dulu, kata
Soleh, untuk ujian akhir siswa kelas 3 SMP harus menumpang. Kira-kira
lima tahun juga numpang. Dan tahun 2007, mulai ujian sendiri.
''Alhamdulillah sudah 3 tahun ini, SMP selalu lulus 100 persen. SD, dua
tahun. Ini juga lulus semua. Rata-rata nilanya 7-8,5,''kata Daeng
masse're, guru asal Sulawesi ini.
Soleh merasa sangat senang dengan pencapaian itu. Karena gaji guru di
sekolah Bhineka Nusantara sangat kecil. '' Setiap bulannya para guru
terima gaji Rp 350 ribu. Kepala sekolahnya Rp800 ribu sudah ditambah
dengan tunjungan,''kata Soleh yang berperawakan tinggi besar.
Karena itu, Soleh selalu memberi kesempatan pada guru-guru itu mencari
sekolah yang bisa memberi gaji besar. Diakui Soleh, sudah banyak juga
guru sekolah Bhineka Nusantara diterima menjadi pegawai negeri sipil.
Kepala sekolah SD saja juga berganti 2 kali. SMP sudah 3 kali.
Guru-guru sekolah Bhineka Nusantara umumnya masih kuliah. Mereka masih
menyelesaikan strata 1 nya. ''Hanya disini saja mereka diterima
mengajar. Kalau disekolah lain tidak bisa, karena ijazah minimum
sarjana,''kata Soleh yang rajin menawari mahasiswanya mengajar di
sekolahnya.
Sampai saat ini, siswa yang belajar di sekolah Bhineka Nusantara makin bertambah. Siswa SMP 58 orang, SD 140 orang.
Permasalahan utama yang dihadapi guru-guru sekolah Bhineka nusantara
sekarang ini adalah kebiasaan murid-muridnya pada game online di warnet.
''Anak-anak jadi malas belajar. Makanya untuk mengantisipasinya, sejak
kelas 2 selalu ada pemantapan setiap mata pelajaran. Biayanya dari
bantuan dana bos,'' kata Soleh.
Jadi, kata Soleh, murid-murid yang berhenti sekolah disini bukan karena
diskor akibat melanggar aturan sekolah. Tapi karena malu belum membayar
SPP.
''Ada yang sampai tiga bulan belum bayar. Padahal dari pihak sekolah
memberi keringanan dengan tetap belajar, walau masih nunggak. Tapi
anaknya malu, dia akhirnya berhenti,''kata Daeng menimpali.
Sekolah Bhineka Nusantra ini hanya berjarak 50 meter dari jalan utama di
Tanjungpiayu. Untuk masuk kedalam harus melewati gang yang hanya bisa
dilewati kendaraan bermotor. Siswa-siswi Bhineka Nusantara ini
kebanyakan tinggal di ruli sekitar sekolah.
Area sekolah Bhineka Nusantara masih terbuka, karena tak berpagar.
Sekolah ini juga belum memiliki saluran air dari ATB. Melainkan dari
sumur yang dibuat di depan ruang kantor SMP. Saat tiba azan sholat,
murid-murid Bhineka Nusantara harus antri bergiliran mengambil wudhu.
***
Yayasan pendidikan multazam, smp, sd bhineka nusantara. Pemiliknya
soleh. sdh 3 kali pindah, pertama di griyatama (3 th), pancur (6 bln),
yg sekang ini di ruli pancur tower. Dgn spp 50 ribu. Lulusan dgn rata2
nilai 7 tertinggi 8,5. Ada 2 donatur tetap yayasan anak bangsa, badan
amil zakat, murid sd 140 org; smp 54 org. Pengaruh warnet besar membuat
anak2 malas belajar. Daeng masse're, kepsek smp (sejak th 2003) asal
sulawesi. Paling lama berdua dgn pendiri pak soleh.
Dulu pertamakali numpang ujian ke smp 9 basecamp (dari tahun 2000-2005).
2007 sdh bisa ujian sendiri krn tdk ada lagi lokal di negeri yg tdk
bisa dipake.
Dulu pertama kali buat smp krn di piayu tdk ada smp tahun 1999 -2000 dgn
siswa 38 anak2 sekitar, kebanyakan cina. Kran dulu di dam duri angkang
ada perkampungan cina. Dulu anak2 lain agama yg masak, yg muslim fokus
ibadah. anak2 ini lebih sopan diantar lgs ortunya ke dalam kelas. Guru 6
smp, 7 sd.
Dulu ngajar bertiga saja. Skrg tinggal berdua saja.
Lapangan olahraganya dibantu sekolah tinggi teknik singapura, tnag basket, tiang voli, ngecat lokal.
murid cina sampai 30 persen.
Utk ngajarin anak kristen, buda minta pendeta sama biksu di vihara. ,
ayo kalo mau kembangkan agama, bantu disini tapi tidak digaji. Sdh tiga
tahun smp 100 persen, sd 2 thun 100 persen. Sejak kelas 2 remedial
(pemantapan)setiap mata pelajaran dgn bantuan dana bos. Uang masuk smp
termasuk baju (melayu dan baju olahraga), spp, 425 ribu. Sd 540 ribu
spp, juga baju. Sdh ajak kerjasama teman, menjualkan baju putih biru dan
bisa dicicil. Guru2nya krrn harus ada akta 4, dimasukkan kuliah di al
fayed. Berapa aja duit, masuk aja dulu. Gaji guru di sini 350 ribu.
Gajikepala sekolah 800 ribu. Muridnya ada juga yg ngak sanggup bayar spp
nunggak sampai 3 bln: sbnrnya ngak masalah asal mau tetap sekolah. Tapi
anaknya malu, jadi berhenti sekolah. rata2 orangtua pemulung (roda
tiga). Ingin kenalkan bahwa sekolah ini dibawah yayasan multazam,
yayasan islam, jadi bukan sekolah kristen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar