Rabu, 30 Januari 2013

Dibalik Satu Helm Cadangan



Etty Tria Yahtini, pemilik usaha Cleaning Service di Batam

Porstek itu disiramkannya pada nat pembatas antar keramik yang mulai kotor dan berwarna hitam. Disikatnya kuat-kuat hingga nat itu berubah menjadi bersih. ''Bu Susi, usahakan lantainya bisa bersih ya. Kita harus mulai dari kita dulu. Baru bisa meyakinkan oranglain bahwa kita punya kemampuan untuk membersihkan, 'kata Etty Tria Yahtini, pemilik PT. HDS, perusahaan penyedia jasa cleaning service pada salah satu anak buahnya.


Wanita berkerudung putih itu pun manggut-manggut melanjutkan pekerjaannya. Susi, ibu dua anak ini ditemui Etty saat berjalan menyusuri jalan Temiang. ''Saya baru saja pulang kerja di warung makan di pasar. Tiba-tiba Bu Etty ini menawari saya tumpangan. Padahal saya gak kenal dengan beliau,''kenang Susi dua bulan yang lalu.
Etty mengaku, selalu menumpangkan orang-orang yang berjalan kaki di jalan Temiang. Karena itu ia selalu menyediakan satu helm cadangan. ''Saya suka aja membantu orang. Kan sekalian pulang ke rumah. Selain itu saya juga punya tujuan mencari orang yang mau bekerja ditempat saya,''kata wanita yang tinggal di Perumahan Mangsang Permai blok M no 64-65. Tidak melulu wanita, anak-anak sekolah juga sering ditawari Etty naik ke boncengan motornya.
 ''Kalau nganterin ya sampai ke rumahnya. Biasanya selama perjalanan, saya tanyain, ada tidak saudara atau tetangga yang lagi nyari kerjaan. Biasanya selalu ada,'''kata wanita kelahiran Medan tahun 1979 ini. Selain mencari karyawan dari pejalan kaki, Etty juga keluar masuk rumah liar. ''Saya dapat 7 orang di ruli. Itulah pertama kalinya operator yang saya punya. Dan saya mulai buka jasa cleaning service. Saya sendiri yang menawarkan ke konsumen,''cerita Etty di kantornya di Mega Legenda blok B2 no 33A, Batam Center.
Pekerjaan ini ternyata cukup diminati. Karena gaji yang saya tawarkan cukup tinggi. ''Saat ini saja menjadi pembantu rumah tangga hanya bergaji sekitar Rp 600 ribu. Di tempat saya sekarang para operator itu bergaji Rp 2.040.000 perbulannya. Mereka bekerja mulai masuk kerja pukul 08.00 dan sudah boleh pulang pukul 17.00 WIB,''kata alumni Batam Pos Entrepreneur School (BPES) angkatan ke 3 ini. Etty mengaku, ide bisnisnya kali ini didapatnya dari Singapura. Enam bulan menjadi penata rias pengantin di negeri Singa itu,
Etty melihat bisnis pengantin itu bermacam-macam. ''Saya lihat ada yang khusus menyediakan masakan, ada yang spesial bersih-bersih. Jadi dari sini saya terfikir buat di Batam. Dan memang usaha saya inilah yang pertama ada di Batam. Saya satu-satunya yang memulai,''kata Ett bersemangat. Etty juga mengaku dapat tantangan bisnis dari sesama teman BPES.
 ''Teman saya curhat, lagi bingung cari pembantu rumah tangga. Lalu saya janjikan bisa dapatkan PRT. Dari sini juga saya putuskan menjalani bisnis cleaning service,''kata Etty. Bisnis salonnya pun ditinggalkan. Dari 7 cabang salon, kini hanya tersisa satu di Mukakuning. ''Saya kan memang punya ketrampilan di salon. Pernah kursus di Tony and Guy di Singapura. Juga di Jonny Andrean di Jakarta,''kata Etty lagi.
Sebenarnya kata Etty, ia sudah mencoba bermacam-macam usaha. Dari salon, katering juga rumah makan. ''Yang paling menyedihkan saat saya mau buka usaha franchise rumah makan. Waktu itu, sudah mau soft opening, papan bunga ucapan sudah dipajang di depan toko. Saya ditipu. Karena ternyata outlet yang diberikan tidak sesuai dengan perjanjian. Akhirnya acara pembukaan itu batal. Saya rugi puluhan juta karena uang juga sudah disetor,''keluh Etty.
Kini, dua tahun sudah bisnis Cleaning service Umi Hanniya berjalan. Berbagai masalah selalu datang. Mulai dari karyawan yang berhenti bekerja. Hingga tidak menerima bayaran kerja dari konsumen. ''Masalahnya macam-macam. Tapi saya selalu berfikir positf aja. Kalau masalah anak buah keluar, saya anggap mereka bukanlah orang terbaik untuk perusahaan ini. Sedangkan jika masalah dari konsumen, seperti tidak mau bayar, ya saya anggap rezeki saya ditempat lain, bukan disini. Saya intropeksi aja, dan berusaha memperbaiki,''kata Etty bersungguh-sungguh.
Kini Etty tidak seperti dulu, bekerja sendirian. Ia sudah punya 52 karyawan. 12 orang diantaranya marketing, 1 orang manager, 4 orang accounting dan 35 orang operator. Bahkan bulan depan Etty sudah membuka cabang ketiga Umi Haniya Cleaning Service di Bali, setelah sebelumnya Etty buka di Medan. Etty mengaku, sangat bersyukur memiliki teman sekaligu guru bisnis.
 ''Biasanya kalau ada masalah pekerjaan, saya sms atau menelpon pak Rida K Liamsi, ownernya Riau Pos Grup. Beliau mau menjawab sms atau telpon kita, walau beliau sangat sibuk. Tapi yang paling selalu saya tanyain bu Lisa, GM nya BPES juga pak Chris, pengusaha Laundry Extraqilo. Kini, usaha Etty mulai ada pesaing. Ia merasa dengan adanya usaha sejenis ia menjadi tertantang, berbagai inovasi dibuat Etty dan timnya.
 ''Dulu sasarannya pada house cleaning. Tapi sekarang ada paket pilihan seperti Daily Cleaning, cleaning service juga renovasi cleaning,''kata Etty lagi. Etty berupaya melayani konsumen selayaknya raja. ''Kita berupaya melayani konsumen dengan berbagai tipe. Semua karyawan juga sudah tau harus bersikap. Tidak berbicara kasar, pokoknya tata kramanya diutamakan. Semua masalah harus dihadapi dengan kepala dingin. Walaupun kesalahan pada konsumen, tetap harus disikapi dengan pelayanan yang baik,''kata ibu tiga anak ini. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar