Kamis, 31 Januari 2013

Kisah Penganiayaan Tak Berujung


TKW-TKW Indonesia di Malaysia

Ada banyak kisah diselter penampungan sementara TKI bermasalah. Kebanyakan mengucap syukur terselamatkan dari kekejaman majikan di Malayasia.

Bicaranya polos namun lancar. Tidak ada kekhawatiran saat ia menceritakan kenangan-kenangan pahit yang pernah dialaminya 14 tahun lamanya. Ia tetap terbuka tanpa ada yang ditutupi. Melalui sambungan telepon, Asihyati, gadis yang kini sudah berumur 15 tahun menceritakan kenangan buruk yang membuatnya berada di negeri jiran Malaysia.


Siang itu, setelah istirahat makan siang, Asih sudah ada dalam antrian berobat di Rumah Kita, selter penampungan TKI B (TKI bermasalah) di Malaysia. Ia terus meringis, menahan perih yang dirasakan dari telapak kakinya. ''Kaki saya pecah-pecah. Kalau kena air sakit sekali. Saya gak tahu kenapa bisa begini. Makanya saya mau berobat,''kata gadis kelahiran Aceh, 25 Desember 1997. Tapi tadi, kata Asih, ia belum sempat diobati dokter,karena dipanggil ke kantor.

Asih adalah satu dari 60 an tenaga kerja wanita Indonesia  yang ditampung di Rumah Kita, sebuah selter di Pasir Gudang, Malaysia. Asih dan teman-temannya belum bisa dipulangkan ke tanah air karena masih menunggu penyelesaian masalah mereka. Ada yang harus menyelesaikan proses hukum seperti perkosaan, pencurian, ataupun pembunuhan. Selain itu juga ada yang masih menunggu pembayaran gaji dari majikan mereka. Semua kisah miris para TKW itu disampaikan pada dr. Sulastri, wakil dari Kementerian Sosial Provinsi Kepri  yang datang bersama rombongan  Kementerian Sosial akhir bulan Desember 2012 lalu.
Melalui sambungan telpon di Kedutaan Besar RI di Malaysia, Asih juga bercerita pada Batam Pos, saat  dirinya jadi korban Tsunami. ''Usia saya baru 6 tahun. Saya dibawa sebuah keluarga yang juga korban Tsunami ke Jakarta. Saya mau aja ikut karena saya juga sebatang kara,''kata Asih dengan nada suara yang tenang.

Ternyata di Jakarta, Asih semakin terlantar. Hanya sebentar ia tinggal bersama keluarga itu, selanjutnya ia ditinggal begitu saja. Dibawah jembatan tua yang ia  tidak  tahu namanya, Asih tinggal di bawah kolong jembatan hingga umur 13 tahun. Bocah kecil yang masih berumur 6 tahun itu harus mengais-ngais sampah, mencari kardus, kaleng juga makanan. Dari pukul 05.00 pagi sampai 24.00 WIB, Asih terus berkeliling mengitari sudut-sudut kota Jakarta. ''Makanan saya cari ditempat sampah. Kalau ketemu makanan, saya berdoa semoga ini rezeki saya. Kalau makanan ini halal pasti punya saya,''kata gadis bertumbuh kurus ini.
Dari mengumpulkan kardus juga kaleng, Asih mengaku hanya dapat uang Rp 3.500. Uang sebesar itu, kadang dipakai untuk mandi, kencing atau BAB. ''Bayarnya Rp 1.000. Makanya saya jarang mandi. Pokoknya kotor dan bau, baju saya saja satu dan robek-robek. Saya tidak pernah sholat. Karena badan kotor juga tidak punya baju lain untuk sholat,''kenang Asih.

Dua kejadian yang terus teringat dalam fikiran Asih yaitu saat umurnya 10 tahun. Ia menemukan sebuah kardus yang besar dan berat. ''Saya senang sekali, dan yakin  ini rezeki dari Allah. Karena kardus ini besar dan ada isinya. Tapi setelah dibuka, didalamnya ada bayi kembar siam.  Karena tidak punya susu, saya pergi cari uang untuk beli susu. Saya simpan bayi itu baik-baik. Tapi ketika saya pulang, bayi itu sudah dimakan anjing. Hanya tinggal jempolnya saja,''kata Asih tanpa beban.

Dan satu lagi saat umurnya 13 tahun, ia menemukan orangtua yang dibuang anaknya. Orangtua itu sakit. ''Saya tolong kasih makan. Tapi tak lama, orangtua itu meninggal. Saya kubur seadanya. Karena hanya digali pakai tangan, jadi tidak bisa dalam. Kalau hujan jenazah orangtua itu muncul lagi. Lalu saya kubur lagi. Saya berfikir salah apa saya ya, tidak bisa bantu orang lain,''kenang Asih.

Suatu hari, Asih yang sedang asyik mencari kardus di depan rumah seorang wanita, ditawari pekerjaan oleh si pemilik rumah itu. ''Dia bilang, ayo ikut ke Malaysia. Disana bisa dapat uang banyak. Apa tak malu tak punya baju, tak punya rumah, makan ngutang-ngutang,''kata Asih menirukan ucapan perempuan itu.
Di Malaysia, Asih bekerja pada sebuah keluarga Tionghoa. Satu tahun, Asih ditugasi merawat orangtua majikannya. ''Waktu saya datang, orangtuanya sudah sakit, tidak bisa bangun. Buang air kecil dan besar di tempat tidur. Makan saja susah. Katanya tak selera. Suatu kali, orangtuanya meninggal. Dan saya disalahkan. Saya dituduh membunuh orangtuanya, lalu saya dibuang di rumah kosong dalam kondisi pingsan setelah dikasih minum Milo,''kata gadis berkerudung ini.

Ketika siuman, Asih minta tolong pada seorang pekeja  yang ada disekitar rumah itu. ''Dia takut, disangka saya hantu. Karena waktu itu saya pakai baju putih dan rambut saya juga tergerai panjang. Dia cubit tangan saya. Di cuma ngetes saya hantu atau bukan,''kata Asih lagi.
Setelah kejadian itu, Asih kembali mendapat pekerjaan sebagai pembantu rumah tangga pada sebuah keluarga Melayu. Baru tiga bulan bekerja, Asih mengalami pelecehan seks oleh majikan laki-lakinya yang bernama Moh. Zein. ''Lima belas kali saya diperkosa. Kata majikan laki-laki saya itu, kalau mau buka baju dan tidur dengan dia, bisa masuk surga dunia. Saya mau aja, fikiran saya yang penting bisa masuk surga,''kata Asih.

Suatu kali Nurmala, majikan perempuan Asih tahu dan mulai menyiksa. ''Dia anggap ganggu suaminya. Dia juga menuduh saya mencuri. Saya pun disiksa 7 hari 7 malam. Diikat, disiram air kencing, dihantamkan ke tembok. Bahkan kemaluan saya dirusak sampai pendarahan. Saya tidak bisa lagi angkat benda berat. Terasa sakit. Mata saya juga kabur,tutur Asih.

Asih yang sudah sekarat dibuang ke semak-semak ditemukan polisi pukul 23.00 WIB. Dirumah sakit, pukul 24.00 WIB, Asih dinyatakan meninggal. Ia yang sudah dikafani dan dimasukkan peti es, terbangun lagi tepat pukul 05.00 WIB. ''Subhanallah, Alhamdullilah, Allah masih memberi saya kesempatan hidup,''ucap Asih.
Kini Asih sedang menunggu proses pengadilan kasusnya itu. Majikan perempuan dan laki-lakinya itu sudah dipenjara. ''Nanti setelah kasus ini selesai saya tak tahu harus kemana, karena biasanya akan dipulangkan kedaerah asal. Kalau bekerja belum bisa, umur saya masih lima belas tahun. Tempat asal saya ya kolong jembatan itu,''keluh Asih.

Namun Asih mengaku sangat bersyukur diberi kesempatan tinggal beberapa waktu, makan gratis, diberi tempat tinggal, ada pelatihan, ceramah agama, diberi baju di selter Rumah Kita ini. Ia juga merasa aman karena didukung pemerintah dalam menyelesaikan kasusnya.
Walau Asih mengaku tinggal di selter tidak sepenuhnya menenangkan. Ia harus melihat teman-teman sesama TKW yang selalu berantem. ''Kalau dilerai malah ikut dipukuli,''kata Asih.
***

Nama saya Vinis, begitu ia menulis curahan hatinya pada tiga lembar kertas yang diberikannya pada dr Sulastri.

Tulisan tanpa titik itu dibuat Vinis sejak tanggal 7 Mei 2012. Ia ingin sekali bisa pulang karena tidak kuat lagi disiksa majikannya. Gajipun tidak dibayar dengan macam-macam alasan. Tidur harus diatas jam 2 malam. Makan saja sulit. Sampai ulu hatinya sakit karena menahan lapar. Jika ada makananpun sudah dikasih kecoak dan bau kotoran manusia. Setiap kali salah, hanya makian saja yang terdengar. ''Lima majikan semua jahat. Majikan pertama bekin salah, terbakar 1 celana, disuruh 7x gosok. Aku juga ditelanjangi,''tulis Vinis.
''Kalau baca tulisannya ini miris rasanya. Pasti masih banyak yang mengalami nasib seperti Vinis ataupun Asih. Saat ini, mereka masih didalam rumah-rumah majikan di Malaysia,''kata dr Sulastri.

Saat ini yang bisa dilakukan Kemensos, adalah melakukan pendampingan hukum pada TKI bermasalah yang ada di selter.  Juga melakukan pemulangan hingga ke daerah asal. ''Kami bekerja sama dengan satgas juga pemerintahj daerah. Jadi TKI aman dan terhindar dari calo sejak berangkat dari Pasir Gudang di Malaysia. Hingga sampai ke daerah asalnya. Biasanya serah terima langsung pada  keluarga TKI yang menjemput,''kata dr. Sulastri yang menjabat Kasubdit di Kemensos Provinsi.

Saat ini ada 3 pintu pemulangan TKI, yaitu Batam, Tanjungpinang dan Tanjungbalai Karimun. Dari pelabuhan Pasir Gudang, para TKI ini dibawa dengan kapa. ''Khusus di Tanjungpinang, para TKI di inapkan diselter berbeda. Selter pria di Transito Batu 8, sedangkan yang perempuan di RPTS (rumah perlindungan trauma center) di Senggarang. Selanjutnya mereka menunggu jadwal kedatangan kapal Pelni yang akan membawa mereka ke daerah asal. Semua dikawal satgas,''kata wanita berkerudung ini. ***

1 komentar:


  1. SAYA SEKELUARGA INGIN MENGUCAPKAN BANYAK TERIMAH KASIH KEPADA AKI NAWE BERKAT BANTUANNNYA SEMUA HUTANG HUTANG SAYA SUDAH PADA LUNAS SEMUA BAHKAN SEKARAN SAYA SUDAH BISA BUKA TOKO SENDIRI,ITU SEMUA ATAS BANTUAN AKI YG TELAH MEMBERIKAN ANKA JITUNYA KEPADA SAYA DAN ALHAMDULILLAH ITU BENER2 TERBUKTI TEMBUS..BAGI ANDA YG INGIN SEPERTI SAYA DAN YANG SANGAT MEMERLUKAN ANGKA RITUAL 2D 3D 4D YANG DIJAMIN 100% TEMBUS SILAHKAN HUBUNGI AKI NAWE DI 085-218-379-259















    SAYA SEKELUARGA INGIN MENGUCAPKAN BANYAK TERIMAH KASIH KEPADA AKI NAWE BERKAT BANTUANNNYA SEMUA HUTANG HUTANG SAYA SUDAH PADA LUNAS SEMUA BAHKAN SEKARAN SAYA SUDAH BISA BUKA TOKO SENDIRI,ITU SEMUA ATAS BANTUAN AKI YG TELAH MEMBERIKAN ANKA JITUNYA KEPADA SAYA DAN ALHAMDULILLAH ITU BENER2 TERBUKTI TEMBUS..BAGI ANDA YG INGIN SEPERTI SAYA DAN YANG SANGAT MEMERLUKAN ANGKA RITUAL 2D 3D 4D YANG DIJAMIN 100% TEMBUS SILAHKAN HUBUNGI AKI NAWE DI 085-218-379-259

    BalasHapus