Kamis, 11 Oktober 2012

Awalnya Hobi, Kini Menghasilkan


Dirumah saja, bukan berarti tak produktif. Asal pintar tangkap peluang dan  telaten, hasilnya juga lumayan. Bahkan omsetnya puluhan juta rupiah.

Yosa Noviani (36) baru saja membuka toko kuenya di ruko Vila Hanglekir Batam Center. Dari luar toko terlihat kue-kue brownies dengan label Ananda juga  berjajar di etalase. Sejak memulai usaha pembuatan brownies kukus empat tahun lalu, usaha Yosa terus berkembang.

Padahal awalnya hanya ingin mengisi waktu dan ingin membantu keuangan keluarga. Dengan modal Rp300 ribu pemberian suami, ibu tiga anak ini mulai membuat brownies. Yosa mulai menjual brownies seharga Rp1000 dalam potongan kecil-kecil ke pasar dan kedai. Ia juga menawarkan pada beberapa teman untuk menjualkan brownies kukusnya di kantin perusahaan Mukakuning. Namun karena salah satu penjual donat mengeluh dagangannya tidak laku, Yosa menghentikan penjualan browniesnya di kantin. Sejak itu, Yosa mencari pasar lain. Ia lalu memilih minimarket. Tapi untuk bisa dijual di minimarket, Yosa harus mengemas kuenya dalam kotak plastik dan berlabel. Ia lakukan dan hasilnya lumayan. ''Setelah masuk minimarket ternyata lancar,''kata wanita asal Sumatra Barat ini.

Salah satu celah pasar yang kemudian dibidik Yosa lagi adalah karyawan perusahaan di mukakuning. Ia menawarkan sistem agen pada karyawan-karyawan itu. ''Setiap ada anak pete yang lewat di depan rumah, saya panggil. Lalu saya tawarkan untuk menjadi agen brownies. Dan ternyata banyak yang mau. Lumayan, mereka kan dapat dapat penghasilan tambahan dari komisi penjualan,''kata Yosa lagi.

Kini, Yosa memproduksi 200 kotak setiap harinya. Minimal omset yang didapat Yosa Rp30jutaan. Saat pesanan ramai, Yosa bisa mengumpulkan penghasilan sampai Rp90juta. Ia bahkan sudah bisa menyewa satu ruko di Vila Hang Lekir. Produksi kuenya pun makin banyak karena didukung tempat yang luas. Dulu saat pesanan kue banyak, hampir seluruh ruang di rumahnya terpakai, bahkan kamar tidurpun juga dipenuhi brownies. Kini Yosa bisa menikmati hasil kerja kerasnya, ia sudah menunaikan ibadah umrah bersama suami dan mengajak anak-anak jalan-jalan ke Singapura.

Keinginan berbisnis juga dilakukan Dewi Indriaty (31). Sejak berhenti bekerja di salah satu perusahaan swasta di Batam, Dewi tak ingin diam saja di rumah. Ia tak mau hanya menunggu uang jatah bulanan dari suami. Ia kemudian melirik usaha jual beli tas bermerek. Di Batam, kata Dewi, tas bermerek cukup murah dan sangat dikenal hingga keluar daerah. Karena itu, Dewi memilih bisnis ini. Ia yakin mudah memasarkannya. Kemudian, Dewi mulai jualan, modal pertama ia minta pada suami.

Awalnya saya jualkan tas teman. Setelah ada modal saya beli tas-tas sedikit-sedikit di agen lalu saya jual lagi. Dulu sempat buka toko di salah satu mall di Batam Center, tapi karena sepi, saya tutup. Sejak itu saya jualan di rumah juga lewat blackberry. ''Lumayan rata-rata 10 tas laku terjual. Kalau lagi ramai, saya bisa kirim barang ke luar kota sampai 20 tas. Langganan saya ada yang di Bandung, Jakarta, Medan juga Surabaya. Saya baru saja pulang dari kirim tas ke Makasar,''kata Dewi di rumahnya di Pesona Asri Blok A10 no.2 Batam Center.

Karena tujuan awalnya berbisnis agar bisa tetap mengurus anak dan suami, Dewi tak pernah melupakan janjinya. Sebelum menyelesaikan pekerjaannya mengantar dua anaknya ke sekolah dan menyiapkan kebutuhan suami, Dewi belum memulai aktivitas bisnisnya. ''Setelah antar anak sekolah beres. Saya mulai jualan. Kadang ambil barang ke agen, ke jasa pengiriman barang, juga menawarkan tas via bbm (blackberry massager). Kalau sudah sore saya di rumah saja, jualan tas yang ada di rumah. Kadang ada pembeli yang datang ke sini. Baru saja tadi ada yang beli tas Louis Viton Rp2,5 juta,''kata ibu dari tiga anak ini.

Dari hasil berjualan tas itu, kata Dewi, ia bisa bantu keuangan keluarga. Bahkan ia punya uang sendiri seperti saat bekerja dulu. Tapi bedanya, tak perlu meninggalkan anak dari pagi sampai sore.

Keahlian dan Bisnis

Dari keahlian bisa dimaksimalkan menjadi bisnis. Itu yang dilakukan Faza R Irmawanti, pada kemahirannya memotret. ''Saya kok kepikiran dengan kamera Nixon D90 dan aksesorisnya yang sudah kami beli dengan total harga puluhan jutaan rupiah. Sayang saja kalau tidak diberdayakan menjadi ladang bisnis baru,''kata Faza di kantornya di ruko Dutamas Batam Center, Rabu (26/10).

Kamera itu, kata Faza sebelumnya banyak digunakan untuk kebutuhan pribadi saja. Seperti untuk koleksi pribadi, ikut lomba foto juga untuk memotret koleksi terbaru baju batiknya. Faza memang memiliki usaha batik. Konternya ada di BCS mall depan Bakso Malang.

Tak ingin berlama-lama membiarkan kamera tersimpan begitu saja. Tepat bulan Juli lalu, Faza mulai membuka Irma Foto. Faza mulai menawarkan paket-paket foto pada teman-temannya juga sekolah anaknya. ''Order pertama dari teman, dia minta dibuatkan fotp pra wedding. Kemudian ada juga yang minta foto masa kehamilannya diabadikan dalam album. Yang paling baru order foto keluarga,''cerita wanita yang pernah meraih juara 4 lomba foto Dancow 2011 'Hebatnya Indonesia'.

Dari hasil foto itu, kata Faza, ia mulai melengkapi studio fotonya. Kini satu persatu perangkat foto Faza mulai banyak. Bahkan Faza sudah bisa membeli lensa tele juga lensa white untuk memotret gedung secara utuh dan jejeran tamu undangan bersama pengantin diatas pelaminan.

Sama juga yang dirasakan Wahyuji Andayani (41), sejak berhenti bekerja sebagai marketing properti, Ayu ingin tetap berkarya. Keputusannya berhenti bekerja karena tak ingin meninggalkan buah hatinya di rumah dari pagi sampai sore. Ia ingin selalu memantau perkembangan Salsabillah Wahyu Dyah Pasha (7). Vakum tanpa kegiatan, dan adanya desakan dari teman-teman untuk buka sanggar tari, membuat Ayu berfikir untuk membangunkan keahliannya di masa lalu. Dengan background penari, Ayu mengambil kursus teknik mengajar tari anak usia TK hingga SD di lembaga seni budaya Candra Wilya Tikta di Surabaya. Pulang dari pelatihan, Ayu langsung membuka sanggar tari tradisional Duta Santarina di ruko Legenda Malaka.

Kini, tawaran menari tak pernah sepi. Setiap dua hari sekali Ayu terima order menari. Bahkan pernah, kata Ayu, tiga minggu berturut-turut dipanggil menari. Sebagai pemilik, Ayu juga merangkap tugas sebagai pelatih, penari, marketing, yang menyiapkan makanan penari juga supir. ''Saya juga selalu memikirkan agar sanggar ini terus berkembang. Saat ini penari saya sudah berjumlah 30 orang. Karena itu saya selalu diskusi dengan mentor saya yang juga seorang entrepreneur di Jakarta. Dia jadi tempat saya tukar fikiran,''kata wanita yang menguasai semua tarian tradisional.

Tak Melulu Materi

Tak selalu materi yang dikejar. Tapi juga keinginan untuk membagi pengetahuan tentang kesehatan. Ade Zaini (44), istri dr Zaini MARS ini, punya tujuan lain dari bisnis yang dijalankan. Sebagai istri dokter, uang bukan masalah. Tapi Ade masih mau berkeliling dari satu kantor ke kantor lain, menawarkan brosur ke pengunjung mall BCS untuk sebuah produk makanan kesehatan dari beras merah.

''Awalnya teman yang memperkenalkan bekatul ini. Ia minta saya minum. Saya merasakan manfaatnya. BAB lancar. Usus lebih sehat. Dan berbagai keluhan penyakit saya hilang. Lalu saya minta saudara-saudara saya minum juga. Lalu saya kumpulkan testimoninya. Dari situlah saya mulai tawarkan Bekatul ke luar,''kata ibu dari 4 orang anak ini.

Dukungan suami juga diterima Ade. Enam bulan lalu, Ade pernah melakukan presentasi tentang Bekatul di kantor Apindo Tanjungpinang berdua dengan suami. ''Suami yang menerangkan secara medis tentang kesehatan tubuh, sedangkan saya lebih pada produknya,''kata Ade lagi.

Diakui Ade, izin melakukan bisnis ini diberikan suami, karena melihat saya begitu menyenangi pekerjaan itu. Apalagi melihat manfaat dari produk Bekatul itu, yang bisa menolong siapapun yang bermasalah dengan kesehatannya. Bahkan kata Ade, suaminya membagikan ilmu marketing yang dipunyainya. ''Maklum bapak kan MARS, punya ilmu marketing tapi untuk rumah sakit. Saya dikasih tau trik-trik marketing yang baik,''jelas Ade.

Dari sisi materi Ade mengaku mendapat tambahan. Kini dari jualan Bekatul itu, minimal Ade dapat Rp6jutaan. ''Kalau rajin jualan, saya bisa dapat sekitar Rp28 juta. Ade merasa tak perlu malu dengan aktivitasnya. Masuk dari satu kantor ke kantor lain, bertemu banyak orang membuat Ade banyak teman dan dikenal. ''Dulu waktu baru pindah dari Palembang, selama tiga tahun saya ngak punya teman. Sekarang alhamdulillah, teman saya dimana-mana dan berbagai profesi. Bahkan saya juga bisa ketemu teman lama sewaktu SMA di Tanjungpinang dan sepupu,''cerita Ade.

Prinsip Ade, saat menawarkan produk tidak dengan cara memaksa. Ia hanya menjelaskan manfaatnya. Jika berminat silahkan membeli, jika tidak ngak apa-apa. "Jadi kenapa saya harus malu. Memang banyak yang bertanya seperti itu. Kok mau ya jualan. Kadang anak-anak juga protes. Mungkin mereka malu. Tapi karena melihat saya senang-senang saja, mereka justru mendukung. Anak saya paling bungsu pernah saya suruh kasih brosur ke pengunjung mall, dan dia mau saja. Malah dia bilang kalau mama dapat uang bekatul, bisa belikan adek jajan ya,''kata Ade lagi. ***



Tidak ada komentar:

Posting Komentar