Kamis, 11 Oktober 2012

Sekolah Ditengah Ruli

Sekolah Bhineka Nusantara, Yayasan Multazam

Azan Magrib tanda berbuka puasa masih dua jam lagi. Namun siswa sekolah Bhineka Nusantara sudah mulai berdatangan. Mereka mengenakan baju melayu berwarna hijau muda. Rata-rata menenteng bungkusan plastik berisi nasi. Di depan jalan masuk sekolah yang tak berpintu itu, Soleh, pendiri sekolah Bhineka Nusantara menyapa siswa-siswanya yang baru datang.

''Ayo masuk nak, langsung ke ruangan,''sapa Soleh pada 4 orang siswi berkerudung.
Sore itu, Soleh mengajak siswa-siswinya buka puasa bersama. ''Sekalian menutup kegiatan belajar selama bulan Ramadan. Kita makan bersama-sama,''kata Soleh yang sudah mendirikan sekolah Bhineka Nusantara sejak tahun 1999.
SMP Bhineka Nusantara adalah sekolah menengah pertama di Tanjungpiayu. Berawal dari satu lokal, menyewa ruko di perumahan Griyatama. Siswa pertamanya berjumlah 38 orang. Tiga tahun disana, Soleh pindah lagi ke pancur. Hanya enam bulan saja. Tepat tahun 2002, pengajuan lahan untuk mendirikan sekolah di setujui BP Kawasan. Kini sekolah Bhineka Nusantara dibawah Yayasan Multazam berdiri diatas lahan 4000 meter persegi.  Yang sekelilinginya adalah rumah liar. Bahkan sekitar 75 m dari gedung sekolah berdiri tower Sutet (saluran udara tegangan ekstra tinggi). ''Alhamdulillah sampai sekarang tidak ada pengaruh apa-apa. Lokasinya juga agak jauh,'' kata Soleh.
Sekolah yang didirikan Soleh ini menjadi harapan. Disaat biaya sekolah mahal, Soleh hanya membebankan SPP Rp50 ribu perbulan. ''Disini banyak anaknya  roda tiga alias pemulung. Anak-anak ketururan Tionghoa juga banyak. Karena diseberang sini dulu di dam duri angkang ada perkampungan China. Tapi sekarang sudah dipindahkan ke Dapur 12.. Jumlah anak-anak China itu sekitar 30 persen,''tutur Soleh yang juga dosen Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu pendidikan Al Fayed..
Orangtua China diakui Soleh, lebih perhatian pada anak-anaknya. ''Coba lihat itu, kalau orangtua China mengantar anaknya sampai kedalam sekolah. Kalau anak-anak kita biasanya diturunkan  di tepi jalan,''kata Soleh sambil menunjuk seorang wanita China mengonjeng anak laki-lakinya.
Bagi Soleh, pendirian sekolah ini untuk membantu anak-anak dari keluarga menengah kebawah. Karena itu Soleh tak terlalu membebani biaya sekolah. Untuk siswa baru, uang pendaftaran SMP Rp425 ribu sudah termasuk baju melayu dan baju olahraga), SD hanya Rp 540. ''Kami juga sudah mulai  ajak kerjasama teman untuk menjualkan baju putih biru dan bisa dicicil,'' kata Daeng masse're, Kepala Sekolah SMP Bhineka Nusantara.
Walau dengan segala kekurangan, SD Bhineka Nusantara sudah punya 5 lokal. SMP 3 lokal dan 1 kantor. Saat ini kantor SD masih menumpang di kantor SMP.
''Ada beberapa pihak yang menjadi donatur sekolah ini. Yang rutin sejak awal Yayasan Anak Bangsa milik Sri Soedarsono juga Lembaga Amil Zakat Masjid Raya Batam (LAZ MRB). Lapangan olahraganya dibantu Sekolah Tinggi Teknik Singapura. Dibuatkan tiang basket, tiang voli, juga ngecat lokal,'' kata Soleh sambil menunjukkan lapangan yang sudah di semen.
Murid SD Bhineka Nusantara sekarang 140 orang, SMP 54 anak. Dulu, kata Soleh, untuk ujian akhir siswa kelas 3 SMP harus menumpang.  Kira-kira lima tahun juga numpang. Dan tahun 2007, mulai ujian sendiri.
''Alhamdulillah sudah 3 tahun ini, SMP selalu lulus 100 persen. SD, dua tahun. Ini juga lulus semua. Rata-rata nilanya 7-8,5,''kata Daeng masse're, guru asal Sulawesi ini.
Soleh merasa sangat senang dengan pencapaian itu. Karena gaji guru di sekolah Bhineka Nusantara sangat kecil.  '' Setiap bulannya para guru terima gaji Rp 350 ribu. Kepala sekolahnya Rp800 ribu sudah ditambah dengan tunjungan,''kata Soleh yang berperawakan tinggi besar.
Karena itu, Soleh selalu memberi kesempatan pada guru-guru itu mencari sekolah yang bisa memberi gaji besar. Diakui Soleh, sudah banyak juga guru sekolah Bhineka Nusantara diterima menjadi pegawai negeri sipil. Kepala sekolah SD  saja juga berganti 2 kali. SMP sudah 3 kali. Guru-guru sekolah Bhineka Nusantara umumnya masih kuliah. Mereka masih menyelesaikan strata 1 nya. ''Hanya disini saja mereka diterima mengajar. Kalau disekolah lain tidak bisa, karena ijazah minimum sarjana,''kata Soleh yang rajin menawari mahasiswanya mengajar di sekolahnya.
Sampai saat ini, siswa yang belajar di sekolah Bhineka Nusantara makin bertambah. Siswa SMP 58 orang, SD 140 orang.
Permasalahan utama yang dihadapi guru-guru sekolah Bhineka nusantara sekarang ini adalah kebiasaan murid-muridnya pada game online di warnet. ''Anak-anak jadi malas belajar. Makanya untuk mengantisipasinya, sejak kelas 2 selalu ada pemantapan setiap mata pelajaran. Biayanya dari  bantuan dana bos,'' kata Soleh.
Jadi, kata Soleh, murid-murid yang berhenti sekolah disini bukan karena diskor akibat melanggar aturan sekolah. Tapi karena malu belum membayar  SPP.
''Ada yang sampai tiga bulan belum bayar. Padahal dari pihak sekolah memberi keringanan dengan tetap belajar, walau masih nunggak. Tapi anaknya malu, dia akhirnya berhenti,''kata Daeng menimpali.
Sekolah Bhineka Nusantra ini hanya berjarak 50 meter dari jalan utama di Tanjungpiayu. Untuk masuk kedalam harus melewati gang yang hanya bisa dilewati kendaraan bermotor. Siswa-siswi Bhineka Nusantara ini kebanyakan tinggal di ruli sekitar sekolah.
Area  sekolah Bhineka Nusantara masih terbuka, karena tak berpagar. Sekolah ini juga belum memiliki saluran air dari ATB. Melainkan dari sumur yang dibuat di depan ruang kantor SMP. Saat tiba azan sholat, murid-murid Bhineka Nusantara harus antri bergiliran mengambil wudhu. ***


Yayasan pendidikan multazam, smp, sd bhineka nusantara. Pemiliknya soleh. sdh 3 kali pindah, pertama di griyatama (3 th), pancur (6 bln),  yg sekang ini di ruli pancur tower. Dgn spp 50 ribu. Lulusan dgn rata2 nilai 7 tertinggi 8,5. Ada 2 donatur tetap yayasan anak bangsa, badan amil zakat,  murid sd 140 org; smp 54 org. Pengaruh warnet besar membuat anak2 malas belajar. Daeng masse're, kepsek smp (sejak th 2003) asal sulawesi. Paling lama berdua dgn pendiri pak soleh.
Dulu pertamakali numpang ujian ke smp 9 basecamp (dari tahun 2000-2005). 2007 sdh bisa ujian sendiri krn tdk ada lagi lokal di negeri yg tdk bisa dipake.
Dulu pertama kali buat smp krn di piayu tdk ada smp tahun 1999 -2000 dgn siswa 38 anak2 sekitar, kebanyakan cina. Kran dulu di dam duri angkang ada perkampungan cina. Dulu anak2 lain agama yg masak, yg muslim fokus ibadah. anak2 ini lebih sopan diantar lgs ortunya ke dalam kelas. Guru 6 smp, 7 sd.
Dulu ngajar bertiga saja. Skrg tinggal berdua saja.
Lapangan olahraganya dibantu sekolah tinggi teknik singapura, tnag basket, tiang voli, ngecat lokal.
murid cina sampai 30 persen.
Utk ngajarin anak kristen, buda minta pendeta sama biksu di vihara. , ayo kalo mau kembangkan agama, bantu disini tapi tidak digaji.  Sdh tiga tahun smp 100 persen, sd 2 thun 100 persen. Sejak kelas 2 remedial (pemantapan)setiap mata pelajaran dgn bantuan dana bos. Uang masuk smp termasuk baju (melayu dan baju olahraga), spp, 425 ribu. Sd 540 ribu spp, juga baju. Sdh ajak kerjasama teman, menjualkan baju putih biru dan bisa dicicil.  Guru2nya krrn harus ada akta 4, dimasukkan kuliah di al fayed. Berapa aja duit, masuk aja dulu. Gaji guru di sini 350 ribu. Gajikepala sekolah 800 ribu. Muridnya ada juga yg ngak sanggup bayar spp nunggak sampai 3 bln: sbnrnya ngak masalah asal mau tetap sekolah. Tapi anaknya malu, jadi berhenti sekolah. rata2 orangtua pemulung (roda tiga). Ingin kenalkan bahwa sekolah ini dibawah yayasan multazam, yayasan islam, jadi bukan sekolah kristen

Tidak ada komentar:

Posting Komentar