Kamis, 11 Oktober 2012

Tidak Dibayar Kalau Tidak Ada Air

Amat, Pembuat Sumur Gali di Tanjungpinang

Sulitnya air di Tanjungpinang, menjadi sumber rezeki bagi Amat. Resiko menjadi tidak ada apa-apanya dibandingkan penghasilannya.

Pagi itu, tak ada satupun awam gelap diatas langit kota Tanjungpinang. Bagi Amat, cuaca cerah seperti ini adalah waktu yang baik, karena disaat hujan, tanah menjadi sangat licin dan mempersulit perkerjaannya.
Tanpa menunda waktu lagi, Amat pun bergegas menghidupkan sepeda motornya. Mengenakan jaket jeans, kaos oblong dan celana jeans, Amat membawa motornya menuju batu 9. Melewati jalan yang mulai ramai oleh kendararaan.
Hari itu, Senin (25/6), adalah hari kedua Amat bekerja di proyek Areca Water Park  di km 9. Ia dapat proyek dari developer membuatkan 20 sumur di perumahan.  Namun yang sedang dikerjakan saat ini adalah membuat sumur di tempat rekreasi water park tahap 2.
Setiba di tempat kerjanya, Amat bergegas mengganti celana jeans dan kaosnya dengan celana pendek dan kaos yang sudah berwarna merah karena tanah. Ia pun masuk kedalam lubang  sedalam 4 meter. Dengan bertelanjang kaki ia menuruni sumur itu melalui lubang-lubang kecil yang sudah dibuatnya disisi kanan kiri lubang. Dengan cepat Amat sudah sampai dibawah. Sudah dua hari ini, Amat (29) mengerjakan sumur di area  water park.  Hanya menggunakan cangkul dan garpu, Amat bisa membuat sumur dengan kedalaman sampai 11 meter. "Kalau menggali  1,5 meter masih saya kerjakan sendiri. Tapi lebih dari itu saya ajak asisten,"kata Amat yang sudah 2 tahun menjadi pembuat sumut.
Seperti kemarin, ketika ditemui Batam Pos, Amat baru saja keluar dari dalam sumur. Ia baru mencangkul tanah untuk menambah kedalaman sumur , sedangkan buyung, asistennya diatas berdiri menggerek ember berisi tanah dari dalam sumur.
Bagi pria asal Pontianak ini, pekerjaan ini lebih menjanjikan dibandingkan bekerja jadi tukang bangunan atau membuat kapal feri. "Kalau buat sumur, 4 hari saja sudah bergaji 2 juta. Makanya saya tinggalkan pekerjaan yang lama dan mulai serius jadi pembuat sumur,"kata suami dari Martini, wanita asal Pontianak.
Namun Amat juga sadar, bahwa pekerjaannya ini tak hanya beruntung besar saja tapi resiko juga besar. Gas beracun atau  tertimba cincin sumur yang terbuat dari batu adalah hal yang paling membahayakan dari pekerjaannya ini. Pernah suatu kali, kata Amat, baru dua menit menggali tanah, ia merasa sesak. Padahal, biasanya ia bisa bertahan sampai tiga jam didalam lubang-lubang yang akan menjadi sumur itu.  "Sesak adalah tanda kalau ada gas beracun didalamnya. Biasanya saya naik keatas, dan saya tidak lanjutkan pekerjaan itu hingga gas itu tidak ada lagi,"kata Amat yang belajar otodidak saja.
Resiko tertimpa cincin sumur bisa juga terjadi. Biasanya ketika menambah kedalam sumur atau mengganti cincin sumur dibagian dalam yang pecah. "Karena saya harus bekerja di bawah dan ada cincin menggantung diatasnya. Memang begitulah resikonya kalau harus memperbaiki sumur yang salah satu cincin didalamnya rusak. Sama juga ketika menambah kedalaman sumur, saya juga bekerja dibawah cincin sumur yang sudah ada diatasnya, artinya ada cincin sumur yang menggantung. Bahaya memang, karena bisa menimpa saya yang dibawah,"kata Amat yang menetapkan tarif 1,5 juta untuk memperbaiki cincin sumur yang rusak.
Di Tanjungpinang, permintaan membuat sumur cukup banyak. Apalagi sumur gali yang harganya lebih murah dibandingkan sumur bor yang ongkosnya mencapai Rp15 juta. "Kalau ongkos sumur gali permeternya lebih murah hanya Rp300ribu. Dengan kedalaman 10 meter saja, biayanya hanya Rp3juta,"jelas Amat.
Peminat sumur gali, kata Amat memang terus bertambah. Makin meningkat lagi disaat  musim kemarau, jumlahnya bisa sampai 5-6 sumur dalam sebulan. "Kalau musim hujan hanya sekitar 1-2 sumur saja.
Baru-baru ini Amat bercerita bahwa Ia baru saja menyelesaikan pembuatan sumur seorang warga di perumahan Taman Harapan Indah Blok H no 12, km 9. Kedalamannya sampai 11 meter.
Dan dikerjakan dalam 5 hari. "Kalau harga permeter itu sebenarnya ditentukan dari jauh atau tidaknya tempat membuang tanah galian. Semakin dekat tempat membuangnya maka harga permeternya juga lebih murah. Ya..paling murah Rp200ribu permeternya. Beda lagi kalau borongan seperti di water park ini, harga permeternya hanya Rp150ribu,"tutur Amat.
Suhermin, yang sumurnya baru saja selesai dibuat Amat, mengaku agak lega. Karena ia tak lagi kebingungan kehabisan air. "Biasanya saya harus beli air dari mobil tanki. Seminggu Rp125 ribu satu tangki. Satu bulan sudah Rp500 lebih. Kalau ngarapin air PAM, agak susah. Rumah kami agak ditengah, jadi sering kali airnya ngak kedapatan. Dengan adanya sumur ini, sangat-sangat membantu kami,"kata pemilik kantin bu Darno, yang menjual masakan khas Surabaya di RSAL.
Setiap kali membuatkan sumur, Amat hanya bertanya pada pemilik rumah, dimana tempat yang tidak mengganggu saja. Ia mengaku tak memiliki ilmu khusus. Ia bahkan tidak tahu tempat yang banyak airnya. Jadi, Ia  hanya menggali berdasarkan permintaan pemilik rumah saja. "Karena itu, ketika saya menggali tanah dan ketemu batu atau tidak juga keluar air, ongkos saya gratiskan.  Walaupun saya sudah menggali tanah cukup dalam,"kata Amat yang baru sekali mengalami kejadian seperti itu.
Tapi, kata Amat, sering juga ia tidak perlu capek atau berlama-lama menggali. Karena ada yang baru digali, sudah keluar airnya. Seperti di daerah Suka Berenang, Amat pernah membuat sumur hanya 3 meter saja, Airnya sudah banyak sekali. Kalau di km 9 seperti di Jalan Ganet, hanya digali 7-8 meter saja, juga sudah keluar airnya.
Sebagai kota tua, tanah-tanah di Tanjungpinang ternyata menyimpan barang-barang peninggalan zaman dulu. Amat yang sudah sering menggali tanah mengaku pernah menemukan mesin pompa tua. Ada juga kain sarung. "Kain sarungnya bagus sekali. Masih utuh lagi. Kedua barang itu saya simpan dirumah,"cerita bapak satu anak yang masih berusia 6 bulan.
Tanah yang digali Amat itu didaerah Lembah Asri. Menurut pemilik rumah, Ia sudah tinggal di tempat itu sekitar 37 tahun. Pemilik rumah juga tidak tahu kalau ternyata di tanahnya ini tersimpan barang-barang tua.
Ketika  dapat orderan membuat sumur, Amat biasanya bekerja lebih pagi. Pukul  08.00 WIB Amat sudah mulai. Agar cepat selesai, Amat juga bekerja sampai  pukul 17.00 WIB.
Pagi itu, Amat masih terus menggali. Wajah terus terlihat sumringah. Karena air sudah mulai keluar dari tanah  yang digalinya. Artinya ia akan segera menyelesaikan pekerjaan itu dan mendapat bayaran. ***

1 komentar:

  1. Hi mbak agnes,
    saya mencari tukang sumur di tgpinang.
    ada nomor yang bisa di hubungi terkait tukang sumur mbak ?

    Terimakasih
    Meikel

    BalasHapus