Kamis, 11 Oktober 2012

Pak Wako Pernah Jadi Pelanggannya

Sofyan Yakop, Tukang Sol Sepatu
Seorang pria  bertelanjang dada duduk seorang diri di gang sepi tepat dibelakang kantor Babinsa Nagoya. Sambil bersandar pada dinding kantor bercat hijau tua itu, tangannya menjahit sebuah alas sepatu fantofel pria. Sepatu hitam itu diletakkan diatas celana jeans yang robek pada bagian lututnya. Ajo begitu ia biasa dipanggil tampak begitu asyik. Konsentrasinya tak terganggu dengan keramaian pengunjung toko-toko tas branded di sepanjang jalan Nagoya.
Matanya hanya tertuju pada sepatu yang harus diselesaikan hari itu juga. Bagi Sofyan, menyelesaikan jahitan tepat  waktu adalah yang utama. Selain kerapian jahitan sepatu. ''Itu adalah servis terpenting yang bisa saya lakukan untuk pelanggan saya,''kata pria asal Pariaman, Sumatra Barat.
Tempat sol sepatu Sofyan memang bukanlah tempat yang ada di pusat keramaian. Didalam gang sepi yang tak dilewati lalu lalang orang. Apalagi jika mobil-mobil parkir di kanan kiri jalan. Maka lapak Sofyan makin tak terlihat. Tapi mungkin  itu juga yang membuat seorang Ahmad Dahlan, pegawai BP Kawasan (dulunya bernama Otorita Batam) yang sekarang menjadi Walikota Batam, memilih tempat Sofyan untuk menjahitkan sepatunya.
Sofyan pun teringat kembali ketika sepuluh tahun lalu, sebuah mobil sedan silver dikendarai seorang pria berkumis memarkir mobilnya didepan kedai kopi Nagoya. Ia datang masih dengan pakaian kerjanya menenteng sebuah tas plastik. ''Beliau mendatangi saya, dan mengeluarkan sepasang sepatu fantovel yang jahitannya terbuka.  ''. Kebanyakan sepatu yang disolkan terbuka jahitannya atau lemnya. Tidak pernah juga ganti tapak sepatunya. , makanya selalu ditunggui,''kata Sofyan dengan semangat.
Dua tahun juga pak wali menjadi pelanggannya, begitulah Sofyan menyebut dengan bangga nama pelanggannya yang kini menjadi walikota Batam.
Apa saja yang diobrolkan selama menunggu sepatunya diperbaiki? Sofyan mengaku tak banyak yang dibicarakan. Pak wali bukan tipe orang yang suka bicara, dia lebih banyak diam, memperhatikan dirinya bekerja.
Kini, Sofyan tidak pernah melihat lagi pelanggan kebanggaannya itu. ''Ya ngak mungkin aja seorang walikota ngesol sepatunya. Sepatu belum rusak saja, pasti sudah beli yang baru. Lagian juga jalannya tidak jauh dan tidak lewat jalan becek,'' kata Sofyan yang kini berumur 62 tahun.
Banyak hal yang didapat Sofyan dari profesinya ini. Selain mendapat pelanggan yang kini menjadi orang no 1 di Batam, ia juga bisa menyekolahkan tiga anaknya hingga menjadi sarjana. Tiga puluh tahun juga ia berkutat dengan sepatu-sepatu rusak, paku, palu juga pisau. ''Pekerjaannya ini ngak ada resikonya. Paling juga kena pisau atau kena pukul palu. Tapi itu ngak ada artinya. Daripada saya tidak punya penghasilan,''kata suami dari Asni (57).
Apalagi dari ngesol sepatu ini ia bisa membawa anaknya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Anak pertamanya, Riri Yulia Abdi, seorang sarjana teknik. Kini bekerja di Dry Dock. Yang kedua, Susan Asniwati, seorang perawat. Baru dua tahun lalu meninggal karena kecelakaan lalu lintas. Si bungsu, Dodi Sofia Dinata, sarjana sosial, kini menjadi PNS di Subang.
Lalu sampai kapan Sofyan menjalani profesinya ini ? Ia mengaku sampai sekuatnya. Memang diakui Sofyan, anak-anaknya sudah melarang ia bekerja. Kalau kondisi badan, Sofyan memang merasa mudah capek. ''Dulu saya bisa perbaiki 20 sepatu sehari. Sekarang 10 sepatu saja sudah capek sekali.
Setiap hari kata Sofyan, ia bisa duduk berjam-jam untuk menjahit sepatu. Berdiri sebentar hanya untuk cari makan dan sholat. Sofyan paling senang duduk bersandar ke dinding kantor Babinsa. Karena mengurangi rasa pegal di bagian punggungnya.  Sedangkan tak jauh dari tempat duduknya, ada sebuah lapak kayu yang menjadi tempat menggelar dagangannya.
Lapak sol sepatu Sofyan hanya dibuatnya dari kayu-kayu palet. Jika buka, ia meletakkan tapak-tapak sepatu yang dibelinya pada seorang pedagang dari Jakarta. Saat tutup. Ia hanya memasukkan tapak-tapak sepatu tadi kedalam lemari kecil dibawah lapak.
''Saya tidak pernah kemana-mana. Sejak berpuluh tahun jadi tukang sol sepatu saya selalu memilih yang menetap,'' kata Sofyan. Tahun 1980, pertamakalinya Sofyan buka di di belakang Hotel Nagoya Plaza. ''Waktu itu saya gantikan teman. Dia yang ajarin saya cara ngesol sepatu. Waktu dulu di hotel Nan Tongga itu hanya ada rumah panggung yang dibawahnya air bakau. Disana saya ikut ngesol. Karena teman tadi pindah ke Tanjungpinang, saya lanjutkan saja usahanya,''kata Sofyan yang pernah menjadi pedagang kelontong di Tanjungpinang dan tukang bangunan di Singapura.
Dulu, kata Sofyan lagi, ongkos ngesol masih Rp10 ribuan. Kalo sekarang antara Rp15-30 ribu. Ganti tapak sepatu juga bervariasi tergantung kwalitas bahannya tapi berkisar antara Rp60-80 ribu. ''Kalo lagi sepi saya bisa dapat uang Rp50 ribu, tapi kalo rame pernah dapat sampai Rp300 ribu,''kata Sofyan dengan logat minangnya yang kental.
Kini menjelang hari tuanya, Sofyan juga sudah menyiapkan usaha pengganti. Ia membuat kos-kosan di lantai 2 rumahnya yang ada di kawasan Pelita.  ''Dulu tahun 97 sampai 2003 ada 19 kamar yang disewakan Rp60 ribu perorang. Sekarang hanya 10 kamar yang disewakan dengan harga Rp350 ribu perkamar,''kata Sofyan.
Ditanya kapan akan menunaikan ibadah haji, Sofyan hanya tersenyum. Ia hanya mengatakan belum tahu kapan. ''Uangnya belum ada. Nantilah, suatu saat saya juga akan kesana,''katanya pria yang rambutnya sudah banyak beruban. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar