Kamis, 11 Oktober 2012

Ku Gapai Harapanku di Homeschooling


Kini belajar bisa dibuat menyenangkan. Belajar tidak harus menggunakan cara formal. Belajar dapat dilakukan di mana saja, kapan saja, tanpa harus menggunakan pembelajaran yang tradisional dan kaku. Dengan homeschooling, pendidikan menjadi lebih ramah untuk anak-anak.

Sebuah mobil Nisan X-trail berwarna hitam mengkilat berhenti di depan home schooling Primagama di ruko Permata Niaga Blok C No 27 Sukajadi, Rabu (2/11) sekitar 13.00 WIB. Seorang gadis belia keluar dari mobil yang dikendarai seorang ibu muda. Ia membawa sebuah tas berisi buku dan satu tas laptop berwarna merah jambu. Mengenakan celana jeans hitam juga kemeja dari bahan yang sama, gadis itu masuk ke dalam ruko yang kini menjadi sekolahnya. Sudah tiga bulan ini, Roseline Octavianne Juan Teofila (14) menjadi siswa homeschooling Primagama. Sebelumnya gadis yang juga reporter xpresi Batam Pos ini siswa kelas 2 SMP Sekolah Global Indo-Asia. ''Saya ingin fokus menjadi penulis. Waktu itu saya sedang dalam proses menyelesaikan sebuah novel. Kini novel itu sudah rampung hanya tinggal cari editor saja. Makanya saya ingin cuti sekolah formal dulu. Saya mau masuk homeschooling saja,''kata Roseline memberi alasan pada Pek Juan papanya juga Veronica, mamanya.

Awalnya, kata gadis kelahiran Batam ini, papanya tidak setuju. Banyak hal yang ditakuti papa, dia tak suka kalau saya menjadi santai. Tak heran kalau papa bertanya banyak hal tentang homeschooling yang akan saya masuki itu. Termasuk ijazah yang akan saya terima nantinya. Dan mamalah yang paling aktif bertanya ke pihak homeschooling juga cari informasi di internet.

Setelah semua penjelasan bisa diterima papa, akhirnya Roseline diperbolehkan belajar di homeschooling. Sejak itu, kegiatan Roseline berubah. Ia mengaku lebih tenang, lebih banyak waktu dan tidak mudah sakit. Dulu, kata anak sulung dari tiga bersaudara ini, hari-harinya habis di sekolah dan les. Pukul 20.00 malam ia baru sampai di rumah. Ditambah lagi tugas dan PR sekolah yang banyak sekali. ''Rasanya otak saya ini penuh banget. Capek sekali. Lagi pula saya ngak nyaman belajar dengan suasana berisik dan ramai. Makanya, di homeschooling ini saya ambil yang kelas personal. Hanya saya saja di kelas itu. Saya memang suka sendiri,''kata siswa yang pernah mewakili sekolah untuk olympiade IPS dan mewakili Batam untuk Olympiade Biologi.

Bahkan sejak di homeschooling ini juga, Roseline mulai mempersiapkan diri untuk masuk Fakultas Kedokteran. Gadis berkacamata ini memilih Universitas Indonesia (UI) dan Universitas Gajah Mada (UGM). ''Saya benar-benar fokus pada empat mata pelajaran, yaitu Matematika, biologi, fisika dan kimia. Setiap harinya, mata pelajaran itu yang diberikan. Sebelumnya saya diajarkan materinya dulu, lalu saya mengerjakan soal. Jika ada soal yang tidak bisa saya kerjakan atau salah, akan dibahas lagi,''kata siswa yang sejak SD hingga SMP meraih rangking 3 besar.

Berbeda dengan Helen (17) yang mengambil paket A di homeschooling di PKPM Omega Jaya Sei Panas. Ia mengaku ingin belajar lagi setelah 9 tahun berhenti sekolah. Terakhir kali, Helen belajar di kelas 3  SD di Tangerang. Karena masalah keluarga, Helen tak melanjutkan sekolah. Ia hanya di rumah saja. ''Saya memang tidak ada kegiatan. Tapi sekarang saya baru ada keinginan untuk kuliah di Putra Batam. Makanya saya ikut homeschooling agar dapat ijazah SD, kemudian SMP dan SMA, setelah itu melanjutkan kuliah,''kata Helen yang malam itu ikut bimbel Sekolah Harapan Utama di Jodoh (samping top 100 Jodoh).

Ketika Batam Pos sedang ngobrol dengan Helen di depan mini market Circle K di samping Top 100 Jodoh, datang seorang bocah laki-laki bermata sipit mengenakan celana pendek dan kaos oblong. Ia diantar seorang wanita dan pria. ''Pak tolong anak saya, ajarkan dia supaya mau sekolah lagi. Saya sudah pusing mikirkan kelakuan dia. Setiap hari maunya main games di warnet,''kata wanita paruh baya itu pada Purwati S.AG, pimpinan Homeschooling PKPM Omega Jaya.

Nama anak saya Jetro, kata wanita itu, umurnya 14 tahun. Sudah sebulan tak sekolah lagi. Dari rumah berangkat sekolah, tapi tidak pergi ke sekolah justru main games di warnet. Dia sekarang kelas 5 SD. Sudah dua kali tak naik kelas. Katanya dia malu sekolah, karena tidak naik kelas lagi. Dia ini hanya takut dengan papanya, kalau ada papanya pasti dia mau sekolah. Tapi papanya tidak di sini. Dia punya usaha di Tanjung Batu. Sesekali datang ke Batam. Di sini hanya saya dan dua anak saya. Setiap harinya mulai dari pagi sampai malam saya jualan di kedai. Di rumah hanya Jetro dan adiknya. Tapi adiknya tidak bermasalah. Adiknya pintar, sekarang sudah SMP. Hanya Jetro saja yang sulit diatur.

Beragam Alasan

Menurut Gusrizal, manajer Homeschooling Primagama, orangtua di Batam sudah mulai memilih homeschooling untuk mengatasi permasalahan anak-anaknya. Jadi, anak-anak yang dimasukkan homeschooling bukan karena tidak mampu secara akademik dan juga bukan anak berkelainan khusus seperti autis. ''Kamipun tidak memiliki keahlian menangangi anak-anak berkebutuhan khusus seperti itu. Ada lembaganya sendiri. Jadi kami pun tidak menerima anak-anak dengan permasalahan seperti autis dan kebutuhan khusus lainnya,''kata Gusrizal.

Yang sudah kami tanggani, kata Gusrizal diantaranya anak yang mampu secara akademik tapi tidak mau sekolah formal, ada yang menjadi korban bullying, ada yang trauma menjadi korban penculikan saat sekolah formal, ada yang ingin kebebasan waktu tidak suka rutinitas dari pagi sampai sore,  ada yang ingin mempersingkat masa belajar, tapi ada juga yang ingin agar anaknya terarah bakatnya, bahkan ada yang ingin menghindari anaknya dari pergaulan bebas di sekolah, seperti merokok juga seks bebas.

Di PKPM Omega Jaya, siswa yang mengikuti homeschooling justru remaja putus sekolah. Hampir sekitar 75 persen, siswa tersebut menurut Purwati, sudah bekerja, mereak biasanya dari keluarga kurang mampu. Ada yang jadi cleaning service, bekerja di galangan kapal kepengin melanjutkan sekolah pelayaran, ada juga yang kerja di toko sepatu, bengkel juga supir. Rata-rata mereka putus sekolah di SD. Sedangkan yang 25 persen lagi belum bekerja dan tinggal di rumah saja, biasanya akibat dari kenakalan remaja. Anak-anak dengan kasus seperti Jetro banyak sekali, gara-gara keranjingan main games online di warnet membuat anak-anak itu malas sekolah. Sebagian lagi, kata Purwati, ingin punya ijazah yang dikeluarkan Dinas Pendidikan Kota Batam atau ijazah dari Indonesia, agar bisa melanjutkan sekolah atau kuliah di Batam. Umumnya mereka sudah sekolah di Singapura tapi merasa tidak cocok dengan sistem pengajaran di sana.

''Saya kan pasang iklan di Batam Pos. Jadi rata-rata setiap harinya saya ditelepon 5-10 orang menanyakan prosedur sekolah homeschooling disini. Bayangkan saja, di Batam ini banyak yang membutuhkan sekolah seperti homeschooling ini. Siswa homeschooling kami saja sudah ratusan. Ada yang sudah melanjutkan kuliah,''kata Purwati.

Demikian juga homeschooling Primagama yang baru berdiri 3 bulan ini juga di minati anak-anak di Batam. Kini ada sekitar 30 an siswa yang sedang menempuh studi di jenjang SD, SMP juga SMA. ''Kami sudah meluluskan 4 orang. Salah satunya melanjutkan ke Inggris, di sekolah koreografi tari,''kata Gusrizal.

Boleh Sendiri, Ada juga yang Berkelompok

Proses belajar di homeschooling Primagama bisa dilakukan dalam dua pilihan yaitu homeschooling individu (tunggal) dan homeschooling Komunitas. Siswa homeschooling tunggal diberi pilihan belajar mandiri dirumah, dengan cara didampingi orangtua atau pengajar. Namun bisa jika siswa yang datang belajar ke Primagama di ruko Sukajadi. Seperti Roseline, dia akui memang sejak awal tidak suka dengan keributan. Dia suka sendiri. Dia merasa nyaman belajar tanpa gangguan. Sebelumnya di sekolah formal, Roseline tidak punya pilihan, tapi setelah tahu homeschooling dia memilih belajar disini.

Untuk homeschooling komunitas, siswa didalam kelas dibatasi hanya 4 orang saja. Memang, kata Gusrizal, ada yang tidak nyaman kalau bersama-sama seperti ini. Karena ada yang usianya lebih muda bahkan ada yang sudah orangtua. Tapi ada yang justru senang dengan belajar bersama seperti itu, karena seperti sekolah formal. Bisa sosialisasi dan memiliki teman.

SPP untuk homeschooling tunggal di Primagama sebesar Rp2 juta/bulan. Sedangkan homeschooling komunitas hanya Rp600 ribu/bulan. Selain itu, ada juga uang pangkal yang bisa dicicil selam 4 kali. Uang pangkal itu sebesar Rp11juta. Penetapan SPP di beberapa homeschooling yang ada di Batam memang beragam. Di PKPM Omega Jaya tidak menerapkan SPP perbulan melainkan uang sekolah yang dibayar di muka sebesar Rp2,5juta selama proses belajar. Dan dapat mengikuti bimbingan belajar gratis di lembaga bimbel sekolah Harapan Utama di Jodoh.

Di homeschooling Primagama, kegiatan belajar dilakukan tiga kali dalam seminggu (waktu fleksibel ditentukan oleh orangtua), ada  satu kegiatan ekstrakurikuler atau outing dengan berkunjung ke media cetak dan elektronik, belajar online juga konsultasi diluar jam belajar. Sedangkan di homeschooling PKPM Omega Jaya dilakukan di hari Sabtu dan Minggu pukul 09.00 sampai 14.30 WIB. Dengan jumlah siswa 5-10 oarng dalam satu lokal.


Ijazah Bisa Dipakai Hingga ke Luar Negeri

Semua siswa homeschooling wajib memiliki sekolah payung (umbrella School). Dan Primagama sudah memiliki beberapa sekolah payung yang bisa menaungi mereka di pendidikan formal. ''Saat Ujian Akhir Nasional (UAN), siswa ikut ujian di sekolah payung tersebut, sedangkan aktivitas belajar tetap di homeschooling. Standar nilainya juga berdasarkan sekolah tempat dia bernaung tadi,''jelas Gusrizal. Dari hasil ujian itu, siswa menerima ijazah formal.

Untuk ujian Nasional Kesetaraan khusus homeschooling (UNPK), dilakukan online dengan Dinas Pendidikan Tangerang Selatan. Khusus di Primagama dilakukan secara Video Conference (untuk pengawasannya). Dan hasilnya dikirim ke Asah Pena  (Asosiasi Rumah dan dan Pendidikan Alternatif) di Tangerang Selatan. ''Ketua Asah Pena Kak Seto, dia juga pemilik Homeschooling Kak Seto (HSKS) dibeberapa daerah. Untuk ujian ini, siswa mendapatkan ijazah Non Formal.

Selain itu siswa homeschooling Primagama juga dapat mengikuti ujian dalam standar internasional.  Karena Primagama telah bekerjasama dengan Center of Cambridge yang memungkinkan siswa mengikuti sertifikasi dalam Cambridge International Examination. Cambridge International Examinationa adalah sebuah sertifikasi bertaraf Internasional yang dikeluarkan oleh Universitas of Cambridge, Inggris dimana sebagian besar universitas besar di seluruh dunia menerima hasil ujian AS Level dan A Level sebagai prasyarat untuk masuk ke universitas. Karena itu, siswa yang mengikuti ujian ini bisa memili ijazah Internasional. ''Tiga ijazah tadi, bisa dipilih dan disesuaikan dengan kemapuan siswa,''kata Gusrizal.

Di homeschooling PKPM Omega jaya, ujian mengikuti petunjuk Provinsi melalui Dinas Kota Batam. Ujian dilaksanakan selama 4 hari, maksimal harus diikuti 20 orang siswa. Nilai kelulusan, kata Purwati, dipengaruhi nilai raport (40 persen) dan nilai Ujian Akhir Nasional (60 persen). Sama seperti sekolah formal. Ijazahnya dari Jakarta tapi ditandatangai Dinas Kota Batam. ***


Tidak ada komentar:

Posting Komentar