Kamis, 11 Oktober 2012

Tarian Jaranan Paling Disenangi Orang Singapura

Lilik Karyanti dan Nita Agustina, PRT yang juga Penari

Alunan musik jaranan Safitri Putro dari CD terdengar membahana di dalam gedung Lagunsari Indonesia Seafood Pte Ltd di 381 Joo Chiat Rd, Singapura.
Seiiring dengan musik itu, tiga orang perempuan berdandan ala laki-laki lengkap dengan kumis buatan mengenakan pakaian serba hitam mempertunjukkan gerakan beladiri. Disusul kemudian tarian jaranan (kuda lumping) yang juga ditarikan wanita-wanita itu dengan kostum berbeda.
Saat penampilan kedua, mereka tampil dengan kaos lengan panjang putih dikombinasi celana hitam selutut dan jarik juga kuda lumping. Dengan sangat luwesnya mereka membawakan tarian kuda lumping. Meloncat sambil memainkan kuda lumping yang terbuat dari bambu itu.
Di sesi selanjutnya, tiga penari wanita lengkap mengenakan sanggul beronce melati, jarik hijau daun dan kemben warna senada mengisi tarian Gamyong. Dengan gerakan gemulai ketiganya menari.
Begitulah jika Lilik Karyanti dan Nita Agustina, TKW asal Blitar dan Jakarta ini tampil sebagai penari dalam grup Dewi Patria. Orang tak akan menyangka kalau mereka adalah pembantu rumah tangga (PRT).
''Saya ngak nyangka jadi penari. Karena saya tidak punya keahlian menari, hanya punya basic beladiri aja. Sewaktu SMA di kampung ikut ekstrakurikuler beladiri. Dua tahun ikut, saya lulus jadi pelatih. Dan kemahiran beladiri ini ternyata bisa digunakan untuk modifikasi tarian,''kata Lilik yang sering membawakan atraksi silat.
Kepiawannya menari justru didapat dari sesama PRT. ''Mbak Umi yang bimbing saya menari. Kami suka memadukan antara gerakan tari dan beladiri. Hasil kreasi kami ini ternyata sangat disukai orang Singapura. Biasanya sebelum masuk pada tarian jaranan, saya dan dua orang teman tampil dulu dengan atraksi beladiri, setelah itu baru tarian kuda lumping,''tutur Lilik.
Nita, gadis berparas ayu ini pun menimpali, menurutnya, atraksi silat sebagai pembuka tarian kuda kepang menjadi penampilan pertama dan masih satu-satunya di Singapura. ''Tarian kuda kepang Dewi Patria kami serasa ada gregetnya. Setiap kali kami tampil, sambutannya luar biasa. Bahkan  grup tari kami dijadikan ikon sebagai penarik pendatang di Lagun Sari (weding & catering service),''tutur gadis yang dulunya aktif di teater Taman Budaya Raden saleh, Semarang.
Diakui Nita, minatnya pada dunia seni justru terwujud di negeri orang. ''Sekarang kami sering di undang. Rata-rata tiap hari minggu saat kami off day. Jadi ngak ganggu kerjaan. Waktu off day kami menjadi lebih terarah untuk hal-hal yang positif. Jadi tinggal jaga stamina aja biar ngak sakit, ''kata sarjana D3 Business Management Lee Community College Singapura.
Nita memang harus pintar-pintar memanfaatkan waktu untuk latihan. ''Majikan saya tidak mendukung kegiatan saya. Pokoknya sangat sulit. Makanya saya siasati saja. Kalau  ada waktu luang, seperti bangun tidur, mau tidur, saya selalu latihan menari sendiri. Pokoknya kapan aja ada kesempatan. Karena kalau menunggu hari libur, bisa-bisa lupa, padahal di hari Minggu itu sudah harus tampil,''kata gadis yang kini sedang sekolah lagi di Sekolah Entrepreneur Ciputra.
Berbeda dengan Lilik, yang mendapat dukungan dari majikannya. Setiap kali akan manggung, ia pasti diantar majikannya. Bahkan laptop diberi gratis oleh majikannya itu. ''Lumayan jadi hemat ongkos,''kata Lilik yang saat ini juga sedang mengambil kursus di sekolah Entrepreneur milik Ciputra yang ada di Singapura.
Dewi Patria adalah grup tari beranggotakan PRT-PRT yang ada di Singapura. Grup tari ini dibentuk tanpa rencana empat bulan lalu. ''Kami sudah sering dipanggil manggung. Namun suatu saat, waktu kami diundang menyanyi campursari/langgem Jawa, presenternya bertanya nama grup tari ini. Saya dan mbak Umi Susanti spontan menyebut Dewi Patria. Yang artinya wanita atau putri dari Blitar. Walau begitu anggota Dewi Patria tak semua berasal dari Blitar. Kebetulan saya dan mbak Umi Saya dan mbak Umi Susanti saja yang sama-sama dari kota itu,,''kata Lilik.
Walau baru empat bulan berdiri, Dewi Patria tak pernah sepi panggilan manggung. Sebelum terbentuk grup, hampir setiap libur, mereka pasti tampil di acara-acara Kedutaan Besar RI, di Sekolah Indonesia Singapura juga kadang-kadang diundang untuk acara pernikahan warga Singapura, pernah juga tampil di Grand hyatt hotel Singapura. Beranggotakan sepuluh orang diantaranya Lilik Karyanti, Umi Susanti, Riyani, Nita Agustina, Halimatus Khasanah, Puji Musbini, Sriati, Wati, Danyra, Maya dan Shamsiah.
''Setiap hari Minggu, kami latihan di Siglap South CC (balai rakyatnya Singapura), disitu ada gamelan dan tempat latihan karaoke dan menari,''kata Lilik yang sudah menyekolahkan empat adikknya hingga sarjana.
Rencana dalam waktu dekat ini, kata Lilik, Dewi Patria akan tampil dalam perayaan Hari Kartini tanggal 22 April. Selain itu di undang pada malam tangga 26 April di sebuah acara yang akan dibuka oleh Menteri Singapura.
''Kami memang belum menetapkan tarif untuk tampil. Saat ini kami baru tahap promosi aja. Tapi nantinya minimal uang saku 100 dolar Singapura menjadi bayaran untuk setiap pemain, seperti yang selama ini kami dapat kalau tampil di acara-acara,''timpal Nita.
Saat ini, kata Nita, Dewi Patria bisa menyuguhkan tiga jenis tarian yaitu Jaranan, Gamyong dan Goyang-goyang. Bahkan tarian-tarian yang disuguhkan Nita, Lilik dan teman-temannya ini pernah mendapat penghargaan dari KTM SRTAR Club Singapura pada 15 Desember 2012.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar