Kamis, 11 Oktober 2012

Pengalaman Pertama Pergi Umroh



Kabut tipis masih menyelimuti kota Jeddah, saat pesawat A330 Batavia Air tiba di bandara King Abdul Aziz, Sabtu (21/4) pukul 07.55 waktu Jeddah atau pukul 11.55 waktu Indonesia. Dengan suhu 24 derajat celcius, suhu yang tidak terlalu panas dan juga tak terlalu dingin untuk saat ini.

Pesawat carteran yang membawa 300 jamaah umroh Zulindo, tour and travel service itu landing di terminal khusus haji dan umroh. Terminal dengan desain bangunan yang dibagian atapnya terdapat payung-payung raksasa.Bandara  King Abdul Aziz memang memiliki 4 terminal berbeda yang sudah dibagi menurut jenis pesawat dan penumpangnya seperti terminal satu untuk haji dan umroh, terminal 2 untuk pesawat kerajaan Arab Saudi, terminal 3 untuk pesawat komersil dan terminal 4 untuk pesawat Saudi Arab Airlines.
Bandara ini ternyata menetapkan aturan yang ketat untuk urusan memotret juga merekam. Sebelum penumpang keluar dari pesawat, pramugari sudah menjelaskan aturan itu. Bahwa selama di bandara tidak boleh mengambil gambar atau mengabadikan bangunan bandara di kamera. Terbukti, seorang pria yang tengah berfoto-foto, oleh petugas bandara, ponselnya di ambil dan tidak dikembalikan.
Dibandara, proses imigrasi tergolong cepat karena  6 petugas standby di konter cek paspor. Pemeriksaan paspor dilakukan hingga 3 kali. Pada pemeriksaan  terakhir paspor kita di scan untuk arsip imigrasi Saudi.
Pengambilan bagasi juga semakin mudah, karena ikut dalam penyelenggara umroh, zulindo membereskan bagasi hingga ke hotel. Walau begitu masih ada saja yang tidak mengerti dan mengambil tas kopernya sendiri. Namun akhirnya dibantu juga oleh porter yang sudah disediakan zulindo. M.Kamsa Bakri, pemilik zulindo yang baru selesai cek imigrasii ikut mengarahkan jamaah agar membiarkan saja bagasi itu. Ia bahkan menunggui porter bandara mengangkat tas koper terakhir milik jamaah. "Saya hanya memastikan semua tas tak ada yang tertinggal,"kata Kamsa.
Untuk beberapa saat jamaah umroh zulindo menunggu di tempat duduk yang disediakan bandara di luar terminal khusus haji.  Karena bus yang akan membawa ke Madinah belum tiba. "Kita sampai di Jeddah lebih cepat dari perkiraan. Diperkirakan jam 9, kita sampai 1 jam lebih cepat,"kata ustad Lukman Rifa'i, pembimbing ibadah umroh kami.
Bus berjumlah 7 unit itu akhirnya datang juga. Seluruh jamaah pun naik berdasarkan no bus. Rata-rata ditiap bus selalu berlebih bangkunya. Karena disetiap bus hanya diisi 45 orang dari kapasitas bus yang seharusnya 50 seat.
Bus bergerak beriringan menuju kota Madinah. Selama di perjalanan, bus berhenti satu kali di SPBU untuk memberi kesempatan jamaah sholat Zuhur sekaligus jamak sholat Ashar.  Makan siang  diberikan di dalam bus. Menu ayam bakar, sambel tomat plus tempe dan ikan goreng tepung terasa nikmat karena dimakan sambil melihat pemandangan kota Jeddah. 
Kota Jeddah saat ini terus melakukan pembangunan, sepanjang jalan batu-batu berukuran besar diratakan. Sebagian digunakan untuk pelebaran jalan. Dibeberapa bagian jalan lain di buat jembatan penyeberangan. Kondisi jalan-jalan yang ada di kota yang artinya nenek ini  sudah sangat lebar. Ada dua ruas jalan. Untuk dua jalur saja saja. Sepanjang jalan hingga Madinah yang jaraknya 400 km itu tak satupun terlihat lubang. Bahkan macet pun tidak ada, padahal iring-iringan kendaraan cukup banyak. Kebanyakan bus yang membawa jamaah umroh dari berbagai negara.

Kota Jeddah oleh pemerintah Saudi Arabia di setting sebagai pusat perdagangan dan bisnis. Karena itu pembangunan terus di gesa. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar