Kamis, 11 Oktober 2012

Salsabilah, si bayi jompo.

Salsabilah, si bayi jompo. Begitulah kelakar nenek Ana yang merawat bayi perempuan ini, Selasa (22/5) saat syukuran 40 harinya.  Julukan  itu diberikan karena sejak lahir, Salsabilah yang saat itu berusia 3 hari dirawat di panti jompo. "Saya terpaksa menitipkan di sini. Karena di panti, sering dijahilin kakak-kakaknya,"kata Su'aidah Hajar pemilik  panti asuhan Assakinah Anwarah dan panti jompo Anisa Umul Qhoirot ini di Bengkong.

Salsabilah adalah satu dari tiga bayi baru lahir yang diberikan pada Su'aidah. Dua bayi lain, kini sudah besar. Rayhan yang dulu diantar ke panti umur 8 bulan sekarang sudah 5 tahun. Sedangkan Zahra sudah 1,5 tahun, dulu bocah berwajah imut ini diserahkan ke panti oleh keluarganya saat umurnya masih 3 hari.
"Kalau Salsabila, sewaktu bunda baru pulang umroh. Ini rezeki dari Allah. Ibunya Salsabilah sakit. Sekarang udah dibawa pulang ke kampungnya di Jawa. Neneknya si bayi yang ngasih ke bunda,"kata Suaidah.
Salsabilah lahir prematur. "Waktu lahir beratnya 1,4 kg. Sekarang sudah 3 kg,"kata Ana, nenek yang selalu menjaga Salsabila. Siang itu, Salsabilah yang dipakaikan rok terusan putih tanpa lengan itu masih terlihat kecil dan kurus. Ia tertidur pulas dipangkuan Rosna. Tidurnya tak terganggu ketika nenek-nenek di panti jompo membaca sholawat. Hari itu, adalah hari spesial untuk bayi berhidung mancung ini. Umurnya genap 40 hari, tali pusarnya juga sudah lepas. Su'aidah juga sudah mengkhitankan anak asuhnya ini.
Sejak dibawa kesini, Salsabilah tak pernah lepas dari tangan Rosna, wanita lansia asal Sumatra Barat itu. "Kalo di pegang orang lain Salsabilah rewel. Sekarang saja saya harus begadang dari jam 12 malam  sampai pagi,"kata Rosna.
Ada sekitar 25 anak yang diasuh Su'aidah. Mereka tinggal di rumah tingkat tiga di kawasan Bengkong Polisi no 45. Untuk membantu merawat anak-anak tersebut, Su'aidah mempekerjakan dua orang wanita. Umi bertugas mengurus anak-anak, Dariman memasak. Su'aidah juga mengajak Habibi, putra bungsunya membantu mengurus panti.
Sejak tahun 1998, Su'aidah merekrut anak-anak jalanan untuk dididik  di panti asuhan. Selain itu ia juga sering kedatangan orangtua atau keluarga si bayi yang ingin  anak-anak atau cucunya diasuh.  "Ada yang sudah yatim piatu, ada juga yang diserahkan karena ibunya si bayi hilang ingatan setelah jadi TKW di Malaysia, tapi banyak juga yang diantar karena keluarganya tidak mampu," kata wanita yang sering diundang sebagai pembaca Al Quran.
Anak-anak yang diberikan pada Su'aidah usianya juga beragam. Tapi sekarang Su'aidah hanya menerima anak-anak usia 3-4 tahun saja. "Mudah mendidik anak-anak usia balita. Kalo yang besar sudah susah diatur,"kata wanita asal Sumatra Barat ini.
Lia, putri kedua Su'aidah yang selama ini mengurus anak-anak panti, juga merasakan hal yang sama. "Bayi dan  anak-anak mudah ngurusnya. Alhamdulilah, bayi-bayi yang dititipkan disini tidak rewel. Mereka tetap tenang walau diletakkan di tempat tidur. Mereka juga tidak selalu minta digendong. Sepertinya anak-anak ini tahu keadaannya,"kata wanita yang sedang hamil 6 bulan ini.
Su'aidah juga menyekolahkan anak-anak. Tak heran kalau anak-anak di panti ada yang tidak mau kembali ke keluarganya. "Biasanya setelah dibawa balek ke kampung, ngak sekolah lagi. Ada yang disuruh kerja, atau mengurus sawah,"kata Su'aidah dengan suara lirih.
Seperti Yahya, bocah laki-laki yang dirawat  di panti asuhan  sejak bayi ini tidak lagi sekolah. "Saya dapat kabar kalau Yahya kerja di sawah. Padahal kalau msih terus sekolah, seharusnya dia itu sudah kelas 5,"kata wanita yang sering menemani jamaah umroh Zulindo .
Aa'  juga mengalami hal serupa. Ia menjadi putus sekolah sejak diambil tetehnya dari panti. "Dia sering telpon saya minta dijemput. Katanya dia kepengen tinggal dengan teman-teman di panti,"kata Su'aidah.
Rata-rata, anak-anak yang sudah agak besar diambil lagi keluarganya.  "Ada yang sudah pulang ke Jambi, Jawa juga Bandung. Biasanya mereka disuruh kerja. Kadang saya melarang, tapi kadang pihak keluarga memaksa mengajak pulang,"kata Su'aidah.
Sering juga kata Lia, anak-anak yang sudah disekolahkan diambil lagi keluarganya. "Ada yang datang dan mohon izin. Tapi ada juga yang dibawa kabur. Awalnya diajak jalan-jalan. Tapi ngak dipulangin lagi. Biasanya saya tidak dirumah atau lagi umroh. Makanya mereka berani,"kata Su'aidah di panti jompo Anisa Umul Qhoirot binaannya di Bengkong.
Bagaimana Su'aidah menghidupi anak-anak panti asuhan itu?
"Ada aja rezekinya. Selain itu saya kan juga dagang baju muslim juga perlengkapan umroh dan haji. Dagangannya ada di lantai 3 panti asuhan,"kata Su'aidah yang juga menjadi pengumpul jamaah umroh Zulindo.
Salsabilah, bayi yang belum genap 2 bulan ini saja, selalu kebanjiran rezeki. Di panti jompo itu, ada kursi goyang bayi, tempat tidur, baju-baju juga makanan bayi pemberian orang. "Ada saja yang mengantarkan kesini. Bahkan ada yang memberikan seperangkat perhiasan untuk Salsabilah. Orang itu diterima kerja, dia bernazar akan memberi seluruh perhiasannya untuk Salsabilah,"cerita Su'aidah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar