Kamis, 11 Oktober 2012

Pembantu Rumah Tangga Itu juga Seorang Mahasiswa

Nita Rovita, TKI di Singapura

Kesempatan kuliah itu justru datang saat di negeri orang. Menjadi pembantu rumah tanggapun tak jadi masalah bagi Nita Rovita. Tujuannya hanya satu yaitu mengubah penghidupan keluarga.

''Lima belas menit lagi saya sampai di rumah. Kalau dijalan sinyalnya ngak bagus, biasanya putus-putus,''kata Nita Rovita yang dihubungi melalui hape, Rabu (4/1).

Sore itu, Nita Rovita (36), baru saja menjemput anak majikannya di Changkat Primary School dengan menggunakan Mass Rapid Transit (MRT), angkutan kereta cepat di Singapura. ''Anak majikan saya ini sudah kelas 5 SD, umurnya juga sudah 10 tahun. Tapi masih manja, mamanya yang minta saya menjemput dan mengantar dia,''kata Nita yang sudah tiba di apartemen majikannya di Tampines street 82 Blok 856 D #12-196 Singapura.

Sudah dua tahun lebih, Nita bekerja sebagai pembantu rumah tangga pada keluarga Mr Tan. ''Mereka orang Singapura. Mr Tan seorang pilot, sedangkan istrinya marketing manager Bank. Mereka punya dua anak, yang sulung sudah kelas 2 SMA dan yang bungsu baru kelas 5 SD,''kata lajang asal Cirebon ini.

Cerita Nita, sejak bekerja dengan Mr Tan inilah, ia bisa kuliah di Universitas Terbuka (UT) Pokjar Singapura di Sekolah Indonesia Singapura. Padahal, Nita mengaku kerasan (betah) dengan majikan yang lama. ''Enam tahun juga saya bekerja dengan majikan saya yang lama. Neneknya baik banget. Tapi sayang, mereka tak ngasih izin saya kuliah. Mereka kurang percaya kalau saya keluar rumah,''kenang Nita yang sudah bekerja di Singapura sejak tahun 2004.

Karena itu, kata anak kedua dari empat bersaudara ini, memilih keluar dan mencari majikan baru. ''Saat interview dengan Mr Tan, saya ajukan syarat agar diberi kebebasan untuk kuliah. Dan dia setuju. Makanya saya memilih keluarga ini,''tutur mahasiswa semester enam Jurusan Akuntasi.

Dukungan keluarga Mr Tan sangat dirasakan Nita. Saat pertama kali tes masuk, Mr Tan juga yang mengantar ke tempat ujian. ''Waktu itu dia tunjukkan tempatnya. Mereka juga membelikan peralatan untuk ujian. Bahkan saya boleh beli laptop dan pakai jaringan internet di apartemen,''kata Nita.

Mr Tan, kata Nita, benar-benar memberikan dukungan penuh. Bahkan mereka juga menyarankan saya untuk belajar walau siang hari saat tidak ada pekerjaan. Sejak awal, Mr Tan menerapkan sistem keterbukaan. Nita mengaku tidak sungkan. Seperti ketika akan ujian semester, Nita akan bicara. ''Biasanya saya ngomong jauh-jauh hari. Saya bilang mam, saya akan sibuk beberapa malam untuk belajar karena akan ujian,''kata Nita.

Nita mengaku sangat bersyukur bisa mendapatkan majikan yang baik. Karena ia lebih beruntung dibandingkan temannya yang bekerja di apartemen sebelah. ''Teman saya itu tidak boleh kemana-mana. Bicara saja dengan kita tidak boleh. Semuanya dilarang. Teman saya itu hanya boleh di rumah,''kata Nita lagi.

Nita memang harus bekerja keras agar bisa meraih gelar sarjana Ekonomi. Ia harus bisa membagi waktu antara pekerjaan sebagai pembantu rumah tangga juga menyelesaikan tugas-tugas di kuliah. Pagi hari Nita sudah harus bangun menyiapkan sarapan pagi. Setelah itu mengantar sekolah. Sepulang mengantar sekolah, Nita masih harus belanja dan memasak, membersihkan apartemen yang terdiri dari dua lantai, dan kembali menjemput sekolah. Jika ada les, Nita juga mengantar dan menjemput anak majikannya.

Ketika sedang berbicara dengan Batam Pos, tiba-tiba telepon di apartemen itu berbunyi. ''Sebentar ya, itu pasti majikan saya, ''kata Nita dan meninggalkan hapenya dalam posisi on. Dari hape itu terdengar Nita berbicara sangat lancar dalam bahasa Inggris. Obrolan yang tak sampai lima menit itupun berakhir. Nitapun kembali mengambil hapenya. ''Tadi majikan perempuan. Dia tanya, bahan makanan apa saja yang habis. Saya minta sayuran, buah-buahan juga untuk sarapan besok pagi. Kebetulan saya tadi memang tidak ke pasar,''kata Nita mengaku menguasai percakapan dalam bahasa Inggris.

Karena kemahirannya dalam berbahasa Inggris ini juga, Nita memilih Singapura sebagai negara tujuan bekerja. Ia tak berminat sedikitpun memilih Taiwan. ''Waktu itu memang saya dapat tawaran dua negara itu.


Menjadi Tulang Punggung Keluarga

''Bapak saya, Yanto buruh bangunan. Usianya sekarang 60 tahun. Kalau ibu saya, Epah jualan. Umurnya sekitar 58 tahun. Tapi sekarang kedua orangtua saya sakit dan tidak bisa lagi bekerja. Mereka hanya di rumah. Dan tidak punya penghasilan lagi,'' kata Nita.

Nita mengaku tak bisa mengharapkan kakak laki-lakinya yang sudah memiliki anak dan istri. Sebagai anak kedua, Nita menjadi harapan bagi orangtuanya. ''Saya masih punya adik bungsu yang masih sekolah. Dia masih butuh biaya sekolah. Makanya saya nekad berangkat. Kalau masih jadi SPG supermaket, gaji saya tidak cukup,''kata Nita yang kini sudah bergaji 500 dolar Singapura setiap bulannya.

Maka berangkatlah Nita, dengan tekad ingin mengubah kehidupan di kampung halaman. Dengan bekal kemampuan bahasa Inggris dan ijazah SMA, Nita berani ke luar negeri. Pilihannya jatuh pada negara Singapura karena Ia yakin tidak akan sulit dalam berkomunikasi dibandingkan ke Taiwan. ***


Jadi Editor Sekaligus Layout News Letter Khusus untuk PRT

Awalnya News Letter itu untuk hadiah kejutan acara perpisahan Wardana, Duta Besar Indonesia di Singapura pada 18 Oktober 2011 lalu. ''Kami ingin tunjukkan kalo pembantu rumah tanggapun juga bisa buat media cetak. Walau hanya beberapa lembar namun cukup memberi informasi semua kegiatan yang dilakukan anggota Himpunan Laksana Rumah Tangga Indonesia di Singapura (HPLRTIS),''kata Nita dengan bangga.

Namun akhirnya, news letter itu berkelanjutan hingga sekarang. Nita dan seorang temannya yang bernama Nia, yang membuat news letter ini tetap terbit. Nita mengaku mendapat tugas sebagai editor sekaligus layout halaman. Sedangkan Nia yang membuat berita dan artikel.

Semua tulisan yang sudah dibuat Nia kemudian diperiksa Nita. Setelah selesai, Nita membawa seluruh artikel ke KBRI. ''Di KBRI inilah, news letter dicetak sebanyak 500 eks dan terbit setiap bulan sekali. Dan kemudian diberikan kami kembali. News letter ini kami jual ke teman-teman dengan harga 50 sen. Dari hasil penjualan news letter tadi, kami jadikan kas HPLRTIS. ''Uang ini kembali juga ke anggota. Karena dengan uang kas inilah kami gunakan untuk bermacam-macam acara, seperti perayaan hari Kemerdekaan.

News letter yang terdiri dari 6 halaman itu memang menarik. Dengan sentuhan warna ungu yang dikombinasi merah muda. Seperti pada edisi 6 Oktober lalu, pada halaman utama disajikan berita tentang gebyar Indonesia Merdeka di KBRI Singapura. Kemudian di halaman dua, ada halaman Liputan Kita. Di halaman ini berisi tentang kisah PRT. Pada edisi ini mengkisahkan pengalaman PRT di Singapura membuat Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri. Di halaman ini juga ada informasi no telepon pusat pelayanan pengaduan TKI.

Selanjutnya, di halaman tiga, Nita membuat halaman pendidikan. Pada edisi kali ini, Nia membuat liputan tentang Universitas Terbuka dan Pendidikan Kesetaraan & P3K. Di halaman ini juga terdapat iklan Indosat. ''Kami sebenarnya banyak didukung sponsor. Salah satunya yang sangat membantu adalah Singtel,''kata Nita lagi.

Sedangkan pada halaman 5, diisi seputar Info. Pada edisi tersebut, dimuat tentang work permit condition. Tulisan itu sudah masuk bagian kedua.  Pada halaman akhir yaitu halaman 6, ada tips dan resep. Ayam taliwang menjadi giliran resep kali ini. Selain tips mengempukkan daging dengan beras juga info tentang fakta secangkir kopi.

Pada pojok kanan bawah, terdapat foto dua orang tim redaksi News Letter yaitu Nita dan Nia. Mereka juga memuat alamat email untuk kritik , saran dan ide. Juga nomor telepon darurat seperti KBRI Singapura, Polisi, pemadam kebakaran dan ambulan. (agn)

2 komentar:

  1. KAMI SEKELUARGA TAK LUPA MENGUCAPKAN PUJI SYUKUR KEPADA ALLAH S,W,T
    dan terima kasih banyak kepada AKI atas nomor yang AKI
    beri 4 angka [7978] alhamdulillah ternyata itu benar2 tembus .
    dan alhamdulillah sekarang saya bisa melunasi semua utan2 saya yang
    ada sama tetangga.dan juga BANK BRI dan bukan hanya itu KI. insya
    allah saya akan coba untuk membuka usaha sendiri demi mencukupi
    kebutuhan keluarga saya sehari-hari itu semua berkat bantuan AKI..
    sekali lagi makasih banyak ya AKI… bagi saudara yang suka PASANG NOMOR
    yang ingin merubah nasib seperti saya silahkan hubungi KI JAYA,,di no (((085-321-606-847)))
    insya allah anda bisa seperti saya…menang NOMOR 750 JUTA , wassalam.





















    BalasHapus
  2. Dulu Saya bekerja di kuala lumpur. tapi saya sudah menyerah tinggal disana. Waktu itu mau pulang ke indo tapi gak dikasih gaji dari bos. sempat saya putus asa. Dan ada temen saya kenal mbah Suro. sy dikasih nomer nya +6282354640471 katanya sering menolong orang melalui dana hibah nya. Alhamdulillah bener-bener terbukti sama sy sekarang. Biarlah orang pada bilang itu musrik tidak halal tapi hanya tuhan yg tau. Yang penting niat hati saya sekarang sudah bertaubat sm yang kuasa. Mungkin itu salah satu jalan rejeki sy. Beliau Bisa jg membantu melalui pemasangan nomer togel. semoga sahabat di perantauan sana sukses bisa balik ke kampung nya. Amin

    BalasHapus