Kamis, 11 Oktober 2012

Kurelakan Payudaraku Demi Nyawa

Kisah Para Penderita Kanker

Jam istirahat makan siang belum usai. Dari luar gedung MG3, di Baloi itu masih sepi. Namun satu persatu mobil memasuki pekarangan kantor yang bersebelahan dengan pintu masuk perumahan Baloi Center. Beberapa wanita berwajah segar masuk ke kantor itu dan naik ke lantai 3. Mereka menuju ruang sekretariat Cancer Information Support Center (CISC) BATAM di lantai 3 gedung M3G Baloi, Selasa (27/3). Wanita-wanita itu mengenakan rompi berwarna ungu bertuliskan CISC. Rata-rata sudah berumur 40 tahun keatas. Mereka inilah penderita kanker yang sekarang menjadi aktivis.
Bagaimana kisah mereka menghadapi kenyataan ada kanker yang menakutkan itu bercokol di tubuh mereka? Noni (44) sekretaris CISC mengaku perasaannya bercampur aduk antara sedih, bingung juga takut ketika tahu ada benjolan sebesar kacang hijau di payudaranya.

''Saya tidak mau operasi dulu, tapi saya minum obat-obat sinshe. Satu tahun minum obat, justru benjolan itu tambah besar,''kata wanita yang pernah bekerja 7 tahun di BCA.

Selain itu kata Noni, sudah ada tanda-tanda kanker. Puting payudaranya sudah masuk kedalam, ada kerutan di payudara juga ada flek di pakaiannya. ''Karena itu ketika dokter bilang operasi, saya sudah pasrah. Dan benar, setelah operasi, kanker itu sudah stadium 3,''kata wanita yang telah menjalani operasi pengangkatan payudara tahun 2004.

Demikian juga Lili, wanita yang terlihat segar di usianya yang sudah 64 tahun ini, juga mencoba khasiat obat-obat Cina, herbal, sirip ikan hiu, akar ular, kunyit putih untuk mengobati kankernya. ''Tapi ternyata tiga bulan saya minum obat-obatan itu justru tidak ada perubahan. Benjolan itu tetap membesar,''kata istri dari Riginoto Wijaya, konsultan, trainer marketing terkenal di Batam.

Darmayanti (50), penderita kanker payudara dan paru-paru ini justru tak ingin percaya ketika tahu pada payudaranya juga terdeteksi kanker ganas. Ia berharap ada hasil berbeda di rumah sakit lain. Tapi setelah berpindah-pindah rumah sakit hasilnya tetap sama. Benjolan di payudara sebelah kiri itu benar-benar kanker ganas. Hingga akhirnya di rumah sakit Singapura, Darmayanti, mau menerima kenyataan payudaranya harus diangkat. Bahkan kelenjar dibawah lengan kirinya juga harus dibuang untuk mencegah penyebaran kanker.

''Setelah operasi, saya harus jalani 8 kali kemotrapi dan minum obat. Karena sudah terasa enakan, tahun keempat setelah operasi saya tidak kontrol ke dokter dan minum obat lagi. Tapi ternyata di tahun ke delapan, saya terkena kanker paru, akibat penyebaran kanker itu,''kata istri anggota dewan, Tuahman Purba.

Bercak atau flek di paru-paru Darmayanti inilah penyebab sesak dan batuk yang tak sembuh-sembuh. Sudah lima belas bulan ini, Darmayanti minum obat, dan hasilnya flek di paru-paru Darmayanti berkurang.

Rasa sakit yang sering dirasakan pada payudara sebelah kiri Risma Elisabeth L. Tobing, membuat ia lebih kuat menerima kenyataan kalau dirinya terkena kanker. ''Justru teman dan saudara yang datang kepada saya sambil nangis-nangis. Saya yang menguatkan perasaan mereka,''kenang istri anggota dewan, Onward Siahaan.

Risma mengaku dukungan suaminya yang membuat dirinya kuat menghadapi kenyataan. Bahkan ketika, dokter menyarankan membuat payudara buatan, suami Risma menolak. ''Bapak bilang tak usah lah. Tak apa-apa. Bapak juga selalu menunggui saya selama di kemotrapi. Saya ingat sekali bapak yang mengelap air liur yang terus keluar dari mulut saya setiap kali dirawat usai kemo,''kata Risma yang sudah menjalani operasi delapan tahun lalu.

Bagi Risma pengalaman 6 kali kemotrapi membuat dirinya sangat menderita. Minum saja hanya boleh 1 gelas dalam sehari. Setiap kali selesai di kemo, dari mulut sampai tenggorokan seperti ada sariawan. Makan dengan menu yang salah, badan juga deman.

''Pedihnya luar biasa, untuk makan dan minum saja susahnya minta ampun. Biasanya baru sembuh 1 minggu kemudian. Tapi nanti tiga minggu lagi, saya harus kemo lagi, dan harus siap menderita lagi, jadi setiap kali jadwal kemo, saya sudah stres duluan. Padahal untuk bisa kemo, badan harus fit,''kenang wanita yang kini berusia 49 tahun.

Meri (46), wanita keturunan tionghoa yang datang paling akhir di ruang sekretariat CISC itu ternyata juga pernah menderita kanker. Ia bahkan harus merelakan rahimnya dibuang karena kanker ovarium yang sudah ganas. ''Waktu itu saya baru pulang jalan-jalan dari Korea, pas bangun tidur, pinggang saya terasa kejang. Lalu hilang dan timbul lagi. Saya coba periksa, ketika di cek up ternyata ada benjolan sebesar 12 inchi diluar kandungan saya. Waktu itu, jaringan diambil sedikit, dan ternyata hasilnya kanker ganas stadium 2,''cerita ibu dari satu orang anak yang sudah berumur 18 tahun.

Dokterpun menyarankan Meri segera operasi. ''Mungkin karena saya sudah mengikhaskan tubuh saya ini, ketika operasi selesai tidak terasa sakit. Bahkan saat orang lain sangat menderita ketika kemotrapi, saya justru bisa makan dan makin gemuk. Waktu itu tahun 2001, saya dioperasi di RS Mahkota, wanita yang bekerja di AIA Financial.***


Ada yang Mencurigakan, Periksa Saja

Ketika ditanyain pengalamannya sebagai penderita kanker payudara, Dewi Koriati (46) memilih memberikan tips. Ia menyarankan wanita-wanita yang ingin tahu kondisi payudaranya agar datang ke RS Awal Bross. ''Periksa ke dokter radiologi, minta di usg, kita bisa lihat sama-sama dengan dokter menggunakan layar lebar. Kalau memang ada benjolan akan terlihat''kata Direktur PT Ocarina Development ini.

Hal penting lain, kata Dewi, jangan percaya mitos seperti kalau kanker di operasi maka akan makin menyebar.
''Itu salah. Yang benar, benjolan kanker yang dibiarkan akan terus membesar dan makin menyebar. Padahal kalau makin cepat ditangai biayanya lebih murah,''kata wanita yang, ''kata wanita yang sudah menjalani operasi kanker payudaranya yang sudah masuk stadium 2 sekitar 3 tahun lalu.

Kanker itu, kata Lili, tidak perlu ditakuti, semakin cepat diperiksa maka semakin cepat diobati. ''Banyak hal yang sebenarnya perlu diketahui untuk mencegah terjadinya kanker. Seperti penggunaan bra yang ada kawatnya, sebaiknya tidak dipakai saat tidur,''kata Lili yang selalu mensosialisikan pada ibu-ibu PKK.

Menurut Lili, sebaiknya mulai mengurangi makanan seperti daging dan minum manis. ''Tubuh kita sebenarnya tidak lagi butuh gula putih, karena gula sudah ada pada nasi yang kita makan, kue juga buah-buahan,''kata Lili yang menceritakan ulang penjelasan dari dokter pribadinya.

Melalui lembaga CISC, kata Lili, ia bersama anggota lainya berupaya memberikan kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang kanker dan pentingnya deteksi dini. Selain dukungan moral dan sosial bagi penderita dan keluarganya.

Selain penyuluhan, CISC juga sering menggelar seminar. Seperti Sabtu lalu, (31/3), CISC menyelenggarakan seminar setengah hari tentang gaya hidup sehat jauh dari kanker. Acara tersebut menghadirkan pembicara Mr Yeow dari Singapura, dan psikolog, Wiwit dari RSAB. (agn)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar