Kamis, 11 Oktober 2012

Seger Hariyanto, Veteran Pembela Kemerdekaan RI


Usianya sudah 71 tahun, namun tubuhnya masih terlihat bugar. Ia bahkan masih bekerja di salah satu perusahaan swasta di Tanjungpinang. Setiap pagi, Seger Hariyanto, veteran pembela Kemerdekaan RI ini berangkat kerja dari rumahnya di batu 5 bawah mengendarai sepeda motor, satu-satunya kendaraan yang dimilikinya.


Namun Kamis pagi kemarin (10/11), Seger tidak melakukan  kegiatan seperti biasa. Ia sudah mengenakan seragam batik warna kuning dan peci berwarna senada. Didadanya terpasang 7 tanda penghargaan yaitu Satya Lencana Kesetian 8 Tahun,2. Satya Lencana Kesetian 16 Tahun, Satya Lencana Kesetian 24 Tahun, Satya Lencana Wira Dharma (Dwikora), Satya Lencana Penegak (Penumpasan G30SPKI), Tanda kehormatan Jalasena Nararya
 dan Bintan Kehormatan Veteran Pembela Kemerdekaan RI Khusus Dwikora.

Ia kemudian mengendarai sepeda motor itu kearah kantor Gubernur Kepri di Jl Basuki Rahmat. Tiba di kantor Gubernur Kepri itu, sudah ada beberapa teman-teman veteran dan tamu undangan lain. Mereka juga sudah berpakaian sama. Hari itu, 25 orang veteran hadir sebagai tamu undangan di perayaan Hari Pahlawan 10 November 2011.

Seger Hariyanto adalah satu dari sekian banyak tentara yang mendapat gelar Bintan Kehormatan Veteran Pembela Kemerdekaan RI Khusus Dwikora. Gelar itu diperoleh Seger Hariyanto, karena ikut dalam operasi Dwikora (Dwi Komando Rakyat). Operasi Dwikora ini adalah upaya 'ganyang Malaysia' (perang terhadap Malaysia) yang dilakukan atas perintah Presiden Soekarno. Karena pembentukan Malaysia (yang dulunya bernama Federasi Malaysia) dianggap hanya 'boneka Inggris'.

Seger yang saat itu, dinas di Angkatan Laut berpangkat klasi I, baru saja pulang dari job training di Rusia. Ia ditugasi menjadi anggota kapal KRI Diponegoro (dulu bernama RI Diponegoro) untuk ikut dalam operasi Dwikora. ''Waktu itu saya baru saja selesai training untuk pengambilan kapal KRI Diponegoro dan KRI Brawijaya di Rusia selama 11 bulan. Ternyata dengan kapal ini juga saya akhirnya bertugas.''kata pria kelahiran Kediri, Jawa Timur.

Sejak itu, tahun 1964 Seger bersama 250 teman-teman Angkatan Laut bertugas di KRI Diponegoro. Kapal bernomor lambung 307 dikomandoi Mayor Laut S. Kartamajana. Kapal buatan Rusia ini harus menjaga keamanan perbatasan. ''Waktu itu kami ditugasi menjaga keamanan antara perbatasan Jakarta, Tanjunguban, Tanjungbalai Karimun, Belawan, Sabang, Sibolga dan Teluk Bayur. Kapal baru lego jangkar di Selat Sunda. Selama legi jangkar, lampu kapal harus dimatikan, hanya lampu di dalam ruang kapal saja yang boleh hidup. Dari luar tidak terlihat sama sekali kalau ada kapal yang sedang lego jangkar. Ini bagian dari penyamaran dan menghindari serangan,''cerita pria yang saat itu masih berumur 22 tahun.

Di KRI Diponegoro, Seger sebagai anggota kamar mesin I dari dua kamar mesin yang ada. Di tiap-tiap kamar mesin terdiri dari tiga grup. Masing-masing grup terdiri dari delapan orang. Dan setiap orang menjaga satu mesin.

Mesin yang harus diawasi Seger adalah handle manuvier (mesin untuk maju dan mundurnya kapal). Handle manuvier ini hanya digerakkan setelah perintah dari anjungan. ''Kami yang dikamar mesin selalu berkomunikasi dengan telepon, jadi apapun perintah dari anjungan, kami tinggal menggerakkan,''kata pria yang mendapat juara Ketua RT Teladan tahun 2000 sekota Tanjungpinang mewakili Kecamatan Tanjungpinang Timur
.

KRI Diponegoro, adalah kapal yang digerakkan dengan turbin uap. Tugas kami, kata Seger mengawasi mesin condentak (mesin pembuat uap kering) bekerja normal. Karena, mesin yang rusak tidak dapat mengubah air laut menjadi air tawar, maka uap kering yang dibutuhkan untuk menggerakkan turbin uap pun tidak tersedia. Akibatnya kapal tersendat. Kondisi ini tidak boleh terjadi. ''Karena itu kami tidak boleh meninggalkan tempat tugas sebelum habis jam piketnya. Setiap regu bertugas selama 4 jam. Jam piket dimulai dari pukul 08.00 hingga jam 12 malam,''kata bapak dari 7 anak ini. 

Di dalam ruang mesin itu, kata Seger, panasnya luar biasa. Ini pengaruh dari uap kering yang dihasilkan mesin condentak. Suhu uap kering yang dibutuhkan kapal  230 derajat dengan tekanan uapnya 27kg/cm2 (tekanan udara normal 1 atmosfer = 1 kg/cm2). ''Jika terjadi kebocoran pada klep (antara pipa), kami tidak boleh menyelamatkan diri ke atas atau geladak kapal. Melainkan kami harus sembunyi di ruang bawah kamar mesin. Tubuh yang berpindah mendadak dari ruangan bertekanan tinggi ke tekanan rendah dapat menyebabkan kematian. Karena itu, kami harus sembunyi dulu hingga kebocoran tadi diperbaiki,'' kata Seger yang bertugas di kapal KRI Diponegoro hingga tahun 1970.

KRI Diponegoro adalah kapal perang berkecepatan 18 knot. Total ABK yang ikut dala operasi Dwikora itu, kata Seger sekitar 250 ABK. Selama 6 tahun bertugas, Ia juga teman-teman seperjuangan hanya bisa berkumpul dengan keluarga sekitar 2 minggu saja. Sedangkan 2-3 bulan berlayar menjaga perbatasan. Bagi Seger, perjuangan seperti itu hendaknya dihargai dan dihormati oleh generasi muda saat ini. Ia berharap agar keutuhan NKRI ini dijaga dengan baik oleh yang muda-muda.  Karena sudah banyak pengorbanan yang telah dilakukan pahlawan baik yang sudah tiada maupun yang masih hidup. ***







Tidak ada komentar:

Posting Komentar