Kamis, 11 Oktober 2012

Buat Kebun Karang di Pulau Sarang

Ramses, Penggiat Lingkungan

Kesukaannya pada alam, membuat Ramses menekuni dunia menyelam. Disini juga ia bisa melihat keagungan ciptaan Allah dan bisa ikut menyelamatkan terumbu karang.

Karang-karang didasar laut itu sebagian mati. Semuanya ditutupi lumut. Sebelum terlambat, Ramses membersihkan karang-karang yang  masih hidup. Di bawah laut berkedalaman 15 meter di Pulau Sarang, Belakang Padang Ramses membersihkan karang bersama warga. Pembersihan lumut kebanyakan dilakukan dibawah air. ''Karena kalau kena cahaya, karang bisa stres. Tapi sesekali kita bawa ke permukaan air, itupun kalau cuaca mendung,'' kata dosen Unrika Fakultas FKIP program studi biologi untuk mata kuliah biologi konservasi.
Kini sejak serangan lumut itu, hampir setiap hari Ramses ke pulau Sarang dan menyelam ke dasar laut.
Menurut Ramses, kejadian ini sebelumnya tidak pernah ada. Makanya, ia berupaya segera melakukan pembersihan karang dari lumut-lumut yang menempel. ''Capek memang… tapi senang melihat karang hidup dan tumbuh dengan baik , dan ikan-ikan banyak berdatangan,''kata Ramses, penggiat lingkungan di Batam.
Sudah tiga tahun ini, Ramses membuat kebun karang di Pulau Sarang. Ini berawal  dari kegiatan menyelam yang sering dilakukan Ramses. Menurut pria kelahiran Batu Besurat ini, kegiatan budidaya karang itu dilakukan atas dasar keprihatinannya terhadap kerusakan ekosistem terumbu karang. ''Kerusakan itu akibatkan kegiatan manusia dikawasan pesisir dan laut. Ditambah lagi  maraknya perdagangan karang hidup yang diambil dari alam oleh masyarakat,''kata alumnus Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Riau.
Dari keprihatinan inilah, kata Ramses, ia bersama masyarakat mulai melakukan budidaya karang. Ramses mengaku, awalnya sulit meyakinkan masyarakat. ''Mereka bilang, pekerjaan ini gila dan tak menghasilkan,''kenang Ramses. Tapi dengan kegigihan dan keyakinan Ramses berhasil mengajak warga menanam karang.
Kini, selain memelopori pembuatan kebun karang, Ramses juga membantu pemerintah Kota Batam melalu dinas KP2K dan Dinas Pariwisata dalam pengembangan dan promosi wisata bahari khususnya perairan Pulau Abang. ''Saya diajakmemperkenalkan potensi wisata bawah laut kota batam kepada dunia,''kata suami dari Delviana Gloria Dewa Tari. Sudah banyak juga wisatawan manca Negara yang menyelam di Pulau Abang. Menurut Ramses ada wisatawan  dari Hongkong, Singapura, Norwegia, Philiphina. ''Bahkan Artis Nasional pernah kita ajak menyelam di pulau abang. Seperti Nadin Chandrawinata yang juga mantan Putri Indonesia, dia pernah ke pulau Abang.
Pulau Abang memang dikenal menyimpan taman laut dengan kekayaan terumbu serta beragam biota lautnya. Lautnya tidak dalam hanya antara 15-18 meter. ''Pulau Abang adalah spot selam yg menarik dan punya karakter.  Disana banyak gorgonian (akar bahar) dari berbagai jenis.
Lautnya juga jernih. Hanya dengan kedalaman 15 meter sudah bisa melihat pemandangan bawah laut yang indah,''cerita Ramses yang sudah pernah menyelam ke Bali, Baubau Sulawesi, Bangka Belitung, pulau Mapur Bintan, dan beberapa tempat di Senayang Lingga.
Keindahan bawah laut Pulau Abang memang tak kalah dengan Taman Nasional Komodo,
Bunaken maupun Raja Ampat. Bahkan pulau ini ditetapkan sebagai pusat penelitian bawah laut khusus untuk terumbu karang atau Coral Reef Rehabilitations and Management Program (COREMAP).
Ramses merasa sangat bersyukur sudah dapat mengenali dan belajar ilmu selam. ''Dengan ilmu menyelam saya  bisa melakukan banyak hal baik untuk diri sendiri maupun untuk lingkungan,''kata ayah dari Raisa Faiza Shahira dan Tuah Shahjahan Arzu.
Ramses pun terkenang ketika masa kecil di Kampar, Riau. ''Bersama teman sebaya waktu masa SMA, kita suka mandi di sungai Kampar. Ada permainan sembunyi batu, yang mengharuskan kita menyelam mencari batu yang disembunyikan di dasar sungai. Selain itu saya juga kuliah di fakultas Kelautan dan perikanan. Dari sinilah kecintaan saya terhadap laut mulai tumbuh,''tutur Ramses.
Setelah tamat di universitas, Ramses ingin selalu mendekatkan diri dengan laut. Ia kemudian  hijrah Ke Kepri. Sekitar tahun 1999 ada suatu pekerjaan yang mengantarkan Ramses bermukim di Batam. ''Pekerjaannya adalah  penyelamatan terumbu karang. Dari sinilah mulanya saya tertarik pada dunia penyelaman. Saya ingin tahu lebih banyak kehidupan dan keindahan bawah laut dan mendukung pekerjaan saya,''kata Ramses bersemangat.
Ternyata saat menyelam pertamakali, Ramses juga merasakan takut. ''Bagi saya rasa “takut” waktu pertama kali menyeburkan diri ke air selalu ada, ini juga mungkin dialami oleh semua orang, namun setelah sampai didasar laut rasa “takut” itu hilang, berganti dengan rasa takjub atas keagungan Allah,''kata Ramses. Tapi kata Ramses lagi, sebenarnya yang dirasakannya itu  bukan rasa takut, tetapi rasa was-was atau selalu waspada, karena masuk ke dunia yang bukan tempat kita. Karena Segala kemungkinan bisa saja terjadi, seperti juga di daratan. ''Oleh karenanya dalam penyelaman scuba ada prosedur standar yang harus di kuasai dan di patuhi,''tambah Ramses.
Kini, Ramses tak hanya menyelam, ia juga seorang dosen. Dari dua bidang berbeda ini, Ramses menemukan kesamaan visi. Mengajar mata kuliah  biologi konservasi, membuat Ramses sering bercerita  tentang sumberdaya alam dan bagaimana melestarikan keanekaragaman hayati itu. ''Sebenarnya mengajar mahasiswa di kampus bukan yang saya cita-citakan, namun saya senang melakukannya karena selain saya harus banyak membaca buku dan jurnal-jurnal untuk di sampaikan, juga sebagai tempat berbagi pengalaman dan cerita selama menyelam. Dengan demikian akan banyak orang yang tertarik dan peduli terhadap kelestarian lingkungan,''kata pria bertubuh besar ini.
Untuk ilmu menyelam, Ramses juga sudah sering melakukan pelatihan. Sudah dua minggu berturut-turut, Ramses melatih fotografer yag tergabung dalam Pewarta Foto Indonesia. (PFI) di kolam renang hotel Vista. Sabtu kemarin, ia kembali melatih fotografer beberapa media di Batam termasuk fotografer Batam Pos. Selanjutnya, pada hari Minggu, anggota PFI diajak menyelam di pulau Abang.
''Setiap kali mengajarkan orang ada saja yang lucu dan dan masalahnya berbeda-beda, ''kata Ramses.  Ada kejadian lucu ketika mengajari seorang ibu peserta latihan selam. Ia kesulitan mengunakan regulator (alat bernapas dengan mulut). Setiap kali ia memasukkan regulator ke mulutnya selalu ia katakan tidak bisa dan masuk air. ''Kita cek alatnya ngak ada masalah. Ternyata masalahnya ada pada gigi si ibu. Tenyata si ibu ini mengunakan gigi palsu. Setelah diketahui masalahnya dan diyakinkan ibu ini akhirnya berhasil menyelesaikan rangkaian kegiatan pelatihannya,''kata Ramses sambil tertawa.
Bagaimana dengan dukungan keluarga? Ramses sangat bersyukur memiliki istri dan anak-anak yang mengerti pekerjaannya. ''Mereka sudah tau dan  mengerti dengan apa yang saya lakukan. Jadi tidak begitu masalah, walaupun terkadang ada juga. Karena terkadang sudah janji denga keluarga untuk jalan-jalan misalnya, taunya saya harus ke pulau atau menyelam,''tutur Ramses.
Untuk menjaga diri selama menyelam, Ramses selalu berdoa sebelum menyelam. ''Alhamdulilah tidak pernah mengalami hal buruk. Bahkan saat kami menyelam di pulau anak Karas, yang menurut masyarakat ada gurita raksasa, dan sudah banyak nelayan yg hilang Di pulau itu,  beberapa kali kami menyelam di sana belum pernah melìhatnya,''kata Ramses.
Yang penting kata Ramses, sebelum menyelam jangan minum-minuman yang beralkhohol.
Ramses juga sangat merencanakan ketika akan menyelam. Seperti dimana, kapan dan untk keperluan apa. ''Tentunya kalau pada saat badai penyelaman di tunda, jika pun ada badai kita masih di bawah air, ya ngak apa-apa karena biasa nya di bawah air ombaknya tidak ada, tidak seperti di permukaan air,''tutur Ramses lagi.
Menurut Ramses, ia akan menunda menyelam jika air keruh atau hujan.
Ternyata resiko tetap ada, tidak saat menyelam tapi justru di saat akan ke tengah laut. Kapal yang ditumpangi Ramses dan teman-teman mengalami kecelakaan. Kapalnya karam di perairan padang sumbar. ***.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar